Rumah tua di Kampung Kelengan Besar, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang bukan rumah biasa. Rumah itu menyimpan kisah panjang sejak masa VOC hingga kini.
Pantauan detikJateng, di antara deretan permukiman padat di Jalan Kelengan Besar, berdiri satu bangunan tua dengan atap dan dinding yang kusam dan rusak. Dari luar pagar tertera nomor rumahnya 48 dengan tulisan 'Maaf Jalan Buntu'.
Tampak tak ada aktivitas di rumah dengan pelataran luas itu meski ada motor yang terparkir di sana. Dari luar, rumah dua lantai itu memang tampak seperti rumah kosong biasa. Namun bagi warga sekitar, terutama Nunuk (74), rumah itu menyimpan kenangan lama yang tak terlupakan.
"Memang aku dari kecil kan di sini. Di rumah besar tante sama bapakku yang boleh main di sana. Kalau tante aku ceritanya, dulunya ini ada tugunya, terus dipotong dibuat gapura orang kampung," kata Nunuk kepada detikJateng, Minggu (19/10/2025).
"Rumah itu peninggalannya sudah turun ke (generasi) ke-9. Dulu kan punya orang Belanda. Sekarang dengar-dengar itu mau jadi cagar budaya," dia menambahkan.
Nunuk lahir dan besar di lingkungan Kelengan. Dia menyaksikan rumah megah itu perlahan termakan usia. Rumahnya tepat berada di samping pagar rumah megah tersebut.
Baginya, rumah Kelengan bukan sekadar bangunan tua. Di bawahnya, tersimpan lorong rahasia yang dipercaya dulu menjadi jalur penghubung menuju kawasan Gajah Mada.
Di masa lampau, rumah itu juga sempat menyimpan gamelan Mega Mendung, yang kemudian dipindahkan ke Keraton Jogja. Nunuk masih ingat betul, dulu halaman rumah itu luas dan asri.
"Ini dulu tanahnya juga tanah pasir yang seperti Keraton Solo. Jadi kanan kiri ini ada pohon sawo manila. Rumahnya dulu tinggi, dari jauh langsung kelihatan, tapi sekarang sudah pendek karena penurunan tanah. Rumah saya dulu nggak banjir sekarang saja kena banjir," jelasnya.
Menurutnya, rumah itu dulunya merupakan pabrik kecap dan sabak -alat tulis zaman dulu-. Tanah rumah tersebut sangat besar, bahkan rumah-rumah di perkampungan itu dulunya juga tak ada.
"Dulu belum ada rumah, sekitar sini masih lahannya, masih tanah kosong. Kan carane ini punya tanah, terus disewa-sewakan. Jadi kita sendiri menyewa, terus mau membuat HM (hak milik) ndak bisa," ujarnya.
Dia mengatakan kondisi rumah tua itu memang memprihatinkan. Cat dinding mengelupas, jendela kayu lapuk, sebagian atap bocor.
"Dalamnya sudah hancur semua. Nggak ada yang bagus. Tapi ya masih ada lampu satu, 20 watt," tutur Nunuk.
Sekarang, rumah itu dijaga oleh dua orang.
Dibayangi Kisah Hantu
Cerita mistis pun tak lepas dari keberadaan rumah tua di tengah kampung tersebut. Saat detikJateng hendak memotret sekitar rumah, penjaga juga tak membolehkan.
"Aku jam 23.00 atau 00.00 WIB ke situ nggak apa-apa. Tapi kadang-kadang ada yang dilihatin (hantu). Kalau kita jorok, buang air kecil di teras, ada orang jongkok di depannya, kan cowok nek pipis sembarangan, asal," kata dia.
"Terus ada yang ceritanya mandi di belakang, terus ada orang yang gantung di tiang. Terus ada yang parkir di garasi belakang itu seperti ada yang ngasih tahu, mundur, maju sedikit. Padahal nggak ada orang. Kalau orang riwa-riwi seliweran ada yang pernah lihat," kata dia.
Simak Video "Video: Melihat Keunikan Sejarah SD Mexico yang Jadi Cagar Budaya Jakarta"
(fem/fem)