Kabupaten Aceh Tamiang jadi salah satu wilayah yang terkena dampak banjir paling parah. Beberapa desa lenyap dan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Kabupaten Aceh Tamiang kembali disorot setelah bencana banjir dan longsor melanda beberapa wilayah di Pulau Sumatera, termasuk Provinsi Aceh. Daerah ini menjadi lokasi bencana banjir paling parah, salah satu desa di Kabupaten Aceh Tamiang, Desa Sekumur lenyap terendam banjir.
Menurut laporan detiknews, banjir di Desa Sekumur hampir mencapai ketinggian 7-10 meter. Ratusan bangunan lenyap terendam banjir, hanya menyisakan bangunan masjid dan pondok pesantren.
Sedangkan menurut catatan detikTravel terdapat 280 rumah dan sekitar 1.234 jiwa dilaporkan hilang akibat terendam luapan banjir.
Sejak lama, daerah Aceh Tamiang dikenal sebagai salah satu wilayah di Provinsi Aceh paling sering terdampak banjir. Setiap musim hujan, kabupaten ini selalu menghadapi ancaman yang sama, permukaan air naik, desa terendam banjir, dan lumpuhnya akses transportasi.
Terdapat sejumlah faktor yang membuat kawasan ini selalu terjamah oleh banjir, mengutip beberapa sumber informasi terdapat beberapa faktor yang membuat Aceh Tamiang menjadi wilayah dengan risiko banjir tinggi.
Faktor Penyebab Banjir di Kabupaten Aceh Tamiang:
1. Letak Geografis: Dataran Rendah dan Hilir DAS
Kabupaten Aceh Tamiang berada di ujung timur Provinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Sumatera Utara. Sehingga akses menuju Medan dari Aceh Tamiang lebih dekat daripada menuju Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh.
Sebagian besar wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang adalah dataran rendah dan perbukitan. Melansir arsip informasi Pusat Kritis Kesehatan, Kemenkes (2023), Kabupaten Aceh Tamiang berada di posisi hilir sistem Sungai Tamiang dan beberapa anak sungai lain. Lokasi ini secara alami membuat Aceh Tamiang lebih rawan menjadi wilayah yang terdampak banjir ketika permukaan air naik atau ketika air mengalir deras dari hulu sungai.
Situs itu juga mencatat banyak pemukiman dan area pertanian warga berada di dataran rendah yang terletak di sepanjang alur sungai sehingga sangat rawan terdampak banjir.
2. Hujan Ekstrem dan Curah Hujan Tinggi
Dalam beberapa tahun terakhir, pola cuaca di wilayah Sumatera dan Aceh menunjukkan hujan ekstrem yang lebih sering dan intens. Kondisi seperti ini meningkatkan beban aliran sungai sehingga luapan dan banjir besar menjadi lebih memungkinkan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Tamiang merupakan perbukitan, area bergelombang, dan dataran rendah dengan curah hujan tertinggi mencapai 1681,1 mm dalam setahun, dimana waktu tertinggi curah hujan pada bulan Oktober-Maret.
Melansir informasi situs PKB Kabupaten Aceh Tamiang, kondisi geografis ini membuat sejumlah kawasan memiliki tingkat rawan longsor yang tinggi. Faktor-faktor seperti suhu dan curah hujan, kemiringan lereng, jenis batuan, struktur ekologi, hingga alih fungsi lahan membuat potensi longsor semakin besar.
Beberapa kecamatan yang tercatat memiliki risiko rawan longsor seperti Bandar Pusaka, Sekerak, Tamiang Hulu, dan Tenggulun. Selain ancaman longsor, Aceh Tamiang juga rentan dilanda banjir. Curah hujan yang tinggi dan berlangsung terus-menerus sepanjang tahun membuat debit sungai meningkat dan meluap ke pemukiman.
Kawasan yang sering terdampak umumnya berada di sepanjang pesisir sungai Simpang Kiri, Simpang Kanan, dan Sungai Tamiang. Beberapa kecamatan yang masuk dalam zona rawan banjir yaitu Tenggulun, Tamiang Hulu, Kejuruan Muda, Kota Kuala Simpang, Karang Baru, Manyak Payed, Seruway, dan Bendahara.
Menurut catatan Indeks Risiko Bencana Tahun 2021, Kabupaten Aceh Tamiang berada dalam kategori risiko bencana kelas tinggi dengan skor 187,3.
Simak Video "Video Korban Banjir di Aceh Mengandalkan Barang Jarahan: Bantuan Lamban"
(wsw/wsw)