Kawasan Raja Ampat, Papua Barat, selain berpanorama bawah airnya yang indah datarannya juga memiliki pesona yang tidak kalah menajubkan. Bukit-bukit karst yang tegak menjulang sepintas nampak seperti kerucut betebaran di perairan hujau jernih.
Laguna-laguna berair biru pekat menyelingi. Hutan hujan tropis dengan fauna endemik Raja Ampat seperti kuskus waigeo (Spilocuscus papuensis), cenderawasih merah (paradisaea rubra) dan cenderawasih botak (cicinnurus respublica) pun ada di sana.
Selain bersnorkeling, traveler juga dapat trekking menikmati spot-spot pendakian pada gugusan bukit karst yang menampilkan keindahan alam pulau dan perairan, yang tentu saja menjadi latar yang instagramable untuk selfie di ketinggian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pucuk bukit karst Raja Ampat, traveler dapat membidikan kameranya untuk mengabadikan panorama pulau karst bertebaran di hamparan laut bening. Spot-spot yang cocok untuk trekking ini di antaranya yaitu Piyainemo dengan puncak bukit Telaga Bintang, dan Wayag dengan Lage Peley.
Tips bagi traveler yang akan berwisata trekking yaitu tidak semua bukit karst memiliki jalur pendakian. Jadi dapat dipastikan tak ada peneduh di puncak bukit dan sangat disarankan jangan berpakaian necis atau memakai swimsuit.
Lereng bukit karst memiliki ujung-ujung karang setajam parang yang siap menggoreskan luka di tulang kering dan tangan traveler.
Baca juga: Keakwa, Satu Lagi Pesisir Indah di Papua |
Hanya beberapa puncak bukit di Raja Ampat yang sudah dibuatkan jalur pendakian dengan fasilitas tangga, pijakan kaki terbuat dari potongan kayu yang diikat dengan tali hutan, seperti puncak Dapun Lol di Misool.
Dianjurkan traveler menggunakan sepatu trek, topi, bercelana nyaman dan membawa kaos tangan. Sepatu trek akan menghindarkan rasa sakit di telapak kaki.
Kaos tangan bermanfaat melindungi telapak tangan dari goresan karang. Untuk menghindari terik matahari, aktivitas trekking di bukit kars sebaiknya dilakukan pagi hari.
Selain itu traveler dianjurkan membawa air minum secukupnya, sebagai pelepas dahaga saat tiba di puncak bukit. Namun dapat dipastikan walaupun berpanas-panas dan kehausan, tapi puas sampai di atas bukit Raja Ampat itu.
***
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!