Merauke, Kota dengan Keharmonisan Antar Umat Beragama

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Merauke, Kota dengan Keharmonisan Antar Umat Beragama

Noor' Pasti Aye - detikTravel
Rabu, 22 Mei 2013 14:50 WIB
loading...
Noor' Pasti Aye
Masjid Merauke
Patung Yesus
Bandara Mopah Merauke
Merauke, Kota dengan Keharmonisan Antar Umat Beragama
Merauke, Kota dengan Keharmonisan Antar Umat Beragama
Merauke, Kota dengan Keharmonisan Antar Umat Beragama
Jakarta - Terkenal lewat lagu, Merauke di Papua adalah salah satu kota yang ingin dikunjungi banyak traveler. Datang ke sana, Anda tak hanya bisa melihat keindahan alam, tapi juga keharmonisan antar umat beragama.Sejak kecil saya sering menyanyikan lagu "Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau". Tapi di mana lokasi itu berada, saya tidak tahu. Tahun demi tahun berjalan, banyak teman-teman saya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh dan Papua.Tapi entah kenapa, tidak ada yang berasal dari Sabang dan Merauke. Rasa penasaran akan tempat tersebut makin besar di benak saya, mengenai apa dan di mana Merauke berada. Konon Merauke berada di ujung Indonesia dan berbatasan dengan Papua Nugini.Bagaimana kehidupan di sana, orangnya seperti apa, dan bagaimana bisa ke sana?Suatu saat dan memang tidak disengaja masuk sebuah SMS yang mengatakan saya akan ke Merauke untuk tugas kantor. Saya bertanya-tanya akan kebenaran tugas ini dan ternyata benar.Langkah selanjutnya adalah mencari informasi tentang tugas saya dan informasi tentang Merauke. Merauke dalam benak saya adalah tempat yang unik karena bisa menjadi sebuah lagu nasional "Dari Sabang Sampai Merauke".Ditambah lagi, Merauke berbatasan dengan negara sahabat, Papua Nugini. Ini merupakan kesempatan langka untuk ke sana dan semua akomodasi sudah disiapkan oleh kantor.Tepat hari Kamis malam pukul 22.00 WIB, saya terbang dari Jakarta ke Merauke via Makasar dan Jayapura. Penumpang di dalam pesawat rata-rata orang berkulit hitam dan bertubuh besar. Kebetulan kursi saya juga diapit oleh mereka.Dalam benak saya, bagaimana kalau sudah sampai ya? Apakah mayoritas penduduk berkulit hitam?Akhirnya sampailah saya di Makassar untuk transit. Penumpang yang turun di Masakar digantikan penumpang yang akan pergi ke Jayapura dan Merauke. Sedangkan penumpang Jayapura dan Merauke dari Jakarta tidak turun.Penerbangan dilanjutkan ke Jayapura sambil menikmati hidangan makan dan snack dari pramugari yang menebarkan senyum dan kenyamanan di kabin pesawat. Jam menunjukkan sekitar pukul 11.00 waktu setempat, saya pun tiba di Bandara Sentani Jayapura. Lalu perjalanan udara dilanjutkan selama 30 menit ke Merauke.Dalam perjalanan Jayapura sampai Merauke saya tidak tidur dan memperhatikan hamparan hutan. Pesawat terbang agak rendah dan cuaca mendukung, serta saya sempat berbincang-bincang dengan pramugari karena jumlah penumpang ke Merauke sedikit.Tibalah saya di Bandara Mopah Merauke. Saya kaget bukan kepalang, Patung Yesus yang besar menyambut kedatangan di bandara. Saya mulai berpikir, jangan-jangan penduduknya orang non Muslim semua di Merauke.Jika benar begitu, saya harus hati-hati mencari makanan yang halal di Merauke. Handphone saya berdering, menanyakan posisi saya di mana. Ternyata saya sudah dijemput. Dalam pikiran saya pasti orang yang menjemput saya berkulit hitam dan bertubuh besar semua.Ketika bertemu ternyata mereka berkulit putih semua dan pastinya pendatang. Kami langsung menuju hotel di pusat kota untuk istirahat sejenak dan langsung koordinasi tentang tugas kantor.Kebetulan hotel tempat saya menginap ada salib besar dan hari ini adalah hari Jumat. Sekitar pukul 11.30 waktu setempat saya dijemput untuk menunaikan ibadah salat Jumat. Ternyata ada Masjid Raya di tengah kota.Sebelum dan sesudah salat Jumat saya perhatikan masyarakat muslim yang sholat. Masyarakat asli kulit hitam dan pendatang kulit putih berbaur di dalam masjid. Mayoritas dari mereka adalah para pendatang yang sudah lama menetap di Merauke.Waktunya makan siang, kami pergi ke rumah makan padang yang berada di belakang masjid. Kemudian kami mengobrol bersama tentang Merauke. Ternyata Muslim di Merauke adalah mayoritas.Pertanyaan pun muncul di benak saya, kenapa ada patung Yesus di Bandara Mopah yang lumayan besar?Mereka menjawab di daerah Papua, walaupun banyak pendatang muslim, pemimpinnya dan pemerintahan di Merauke harus dari masyarakat asli sini yang beragama non Muslim. Jadi kebijakan daerah sangat menguntungkan mereka.Faktanya, Kabupaten Merauke merupakan kabupaten terluas se-Indonesia. Mayoritas penduduk di sana adalah pendatang dari berbagai daerah dan mayoritas muslim.Setelah selesai berbincang-bincang dan maka siang saya pun diajak jalan-jalan ke tugu kembar Sabang-Merauke, pelabuhan dan wisata lainnya di Merauke. Selepas jalan-jalan, saya pun langsung kembali ke hotel untuk menyelesaikan tugas kantor.Selepas Magrib tanpa diduga-duga saya di jemput oleh seseorang dan mengajak saya ke salah satu rumah makan ternama di Merauke. Sudah kumpul beberapa klien kantor dan kami pun saling bersilaturahmi. Yang pasti saya disuguhi makanan khas sana dari bubur papeda, bubur ikan sampai berbagai macam seafood.Ketika silaturrahmi, ternyata semuanya adalah Muslim dan mayoritas pekerjaan mereka adalah pengusaha, birokrat, pegawai bank, dan lain-lain. Mereka sudah sangat betah di Merauke. Mereka adalah para pendatang yang berasal dari Padang, Makasar, Kalimantan, Surabaya, Malang, Sunda, dan lain-lain. Tidak ada yang berasal Merauke. Harga atau kebutuhan hidup di Merauke sangat mahal, tapi kata mereka Merauke adalah kabupaten paling murah taraf hidupnya di daerah Papua.Hujan pun menutup pertemuan kami malam ini. Saya bergegas pulang ke Hotel untuk istirahat. Keesokan harinya saya langsung bangun pagi-pagi. Saya ingin merasakan suasana Merauke dan berkeliling kota. Kemudian saya langsung bergegas ke Bandara Mopah karena siang harinya saya harus terbang ke Makassar.Merauke, insya Allah saya akan mampir lagi.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads