"itu bahasa Portugisnya 'mano in figa', maksudnya sebagai lambang kepercayaan dan kesuburan, sekaligus untuk mengejek Belanda yang merupakan musuh Portugis saat itu," jelas Akum Suhanda yang merupakan pensiunan pemandu Museum Fatahilah, kepada detikTravel, Selasa (27/8/2013).
Meriam yang terletak di bagian belakang Museum Fatahilah itu memang tergolong unik. Ukurannya lebih besar dari meriam pada umumnya. Meriam itu juga terlihat anggun dengan adanya huruf latin serta ukiran yang seperti motif wayang pada pegangan meriam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meriam Si Jagur bukanlah terbuat dari bahan baru, melainkan lahir dari 16 meriam kecil yang dilebur dan digabungkan. Terdapat angka latin X + V + I = XVI yang merupakan angka 16. Benar-benar sebuah mahakarya dengan proses pembuatan unik.
Meriam Si Jagur memiliki panjang 3,81 meter, dengan berat 3,5 ton, dengan diameter dalamnya sebesar 24 cm. Tentu dapat dibayangkan, beratnya bagi petugas museum untuk memindahkannya ke area taman belakang museum setelah sebelumnya sempat ditaruh di area taman depan.
Meriam yang dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta, atau dikenal Museum Fatahilah sekarang, memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi. Dari segi sejarah, meriam ini dibuat di Macao untuk benteng Portugis di Malaka, sebelum akhirnya direbut oleh pihak Belanda. Sisi Spiritual, konon kabarnya, meriam tersebut dipercaya memiliki kekuatan gaib.
"Dahulu masyarakat sering menaruh sesajen dan berikhtiar di meriam ini, ada yang ingin berdoa agar cepat mendapat pasangan atau keturunan, tapi sekarang tidak lagi", jelas Khasirun, pengurus koleksi dan perawatan Museum Fatahilah.
Terlepas dari sisi sejarah dan sisi spiritual Meriam Si Jagur, pengunjung lebih sering mengartikan simbol jari tersebut secara negatif tanpa mengetahui ceritanya terlebih dahulu. Tak sedikit yang menertawakan juga.
Terkadang masih ada pengunjung yang menduduki meriam, bahkan mencoret, padahal sebenarnya tidak boleh. Sudah waktunya bagi kita untuk sadar sejarah dan menghargainya secara benar, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu akan sejarahnya.
(shf/shf)












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Bonnie Blue, si Artis Porno Penuh Sensasi Itu Akhirnya Diusir dari Bali
Fadli Zon Jumpa PB XIV Mangkubumi di Jakarta, Bahas Kepemimpinan Keraton Solo