Sang Raksasa, Jejak Tsunami 2004

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wahid Masrukan|841|NAD|10

Sang Raksasa, Jejak Tsunami 2004

- detikTravel
Kamis, 28 Jul 2011 11:20 WIB
Nangroe Aceh Darusalam - Takjub itulah kesan pertama kali ketika kami menyaksikan monumen PLTD apung ini. Bagaimana tidak? Sebuah tongkang raksasa berbobot mati 2000 ton yang memiliki luas 1600 meter persegi ini berada di tengah-tengah pekampungan padat penduduk di Kampung Punge Blang Cut.

Inilah objek wisata paling favorit di Banda Aceh setelah Masjid Raya Baiturrahman. Banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Tak hanya lokal, wisatawan luar Aceh hingga manca negara juga penasaran dengan tongkang raksasa PLTD Apung I ini. Semua komentarnya selalu sama, takjub. Salah satu diantaranya adalah Bapak Sumarsono, wisatawan asal Madiun, Jawa Timur yang datang berdua dengan istrinya. Sungguh menakjubkan,kapal sebesar ini bisa terseret jauh hingga kesini. Tak terbayang dahsyatnya tsunami ketika itu ujarnya.

PLTD Apung I ini awalnya lego jangkar di pelabuhan Ulee Lheu yang berjarak 4 kilometer dari lokasi saat ini. Saat bencana tsunami 2004, ombak besar menyeret tongkang jauh melaju ke tengah daratan hingga akhirnya terdampar di desa Punge Blang Cut .

Untuk menuju lokasi wisata ini cukup mudah. Jaraknya tak jauh dari Masjid Baiturrahman, membuat spot ini sebagai tujuan lanjutan. Hanya butuh waktu 15 menit untuk meluncur ketempat ini dengan becak motor. Di lokasi museum ini, Anda juga bisa mengunjungi Taman Edukasi Tsunami yang berada persis di samping tongkang.
Di taman ini, pengunjung bisa mendapatkan beragam informasi seputar bencana alam tsunami mulai dari gejala hingga tindakan penyelamatan yang harus dilakukan. Selain itu juga dipaparkan dokumentasi foto dampak kerusakan tsunami Aceh tahun 2004. Taman yang didirikan dan dikelola oleh kelompok sadar wisata Desa Punge Blang Cut ini memang bertujuan membuat pengunjung senantiasa ingat tentang bencana alam tsunami sekaligus waspada mengantisipasinya.

Anda tidak akan dipungut biaya untuk berkunjung ke spot wisata ini, namun demikian kotak sumbangan seikhlasnya tersedia di tangga naik tongkang dan taman edukasi. Anda juga dapat melihat museum ini sembari menikmati pahitnya kopi Aceh. Di bagian samping tongkang ini terdapat beragam warung kopi pilihan. Sembari duduk, Anda dapat menerawang membayangkan dahsyatnya gelombang tsunami yang menyeret bangunan logam raksasa ini hingga berada tepat di depan Anda.

Sayangnya tak ada souvenir ciri khas monumen PLTD apung ini. Jangan mengharapkan miniatur PLTD apalagi foto repro tongkong ini saat bencana. Bersiaplah selalu untuk membawa kamera dan mengabadikan moment.

Meski dijadikan monumen, sejatinya PLTD ini masih dapat berfungsi normal. Pembangkit ini mampu menghasilkan kapasitas 10, 8 Megawatt. Saat ini, tongkang ini di non aktifkan dikarenakan lokasinya tidak memungkinkan untuk pasokan minyak diesel secara langsung. Keputusan untuk menjadikan PLTD ini sebagai monumen dikarenakan keberadaannya yang mampu memukau siapapun yang melihatnya. Terdamparnya PLTD Apung telah menjadi bukti bekas kedahsyatan tsunami yang akan membuat siapapun dagunya senantiasa ternganga. (Taufiq-Wahid)
(gst/gst)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads