Backpack ke Ujung Genteng

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Backpack ke Ujung Genteng

- detikTravel
Kamis, 10 Feb 2011 12:17 WIB
Jawa Barat - Ujung Genteng, 1- 3 Januari 2010 sebuah backpacking yang meninggalkan banyak cerita dan pengalaman untuk di share di blog ini. Selain sebagai nirwana pantai selatan, daearah yang ada di Kabupaten Sukabumi bagian selatan ini tak ubahnya seperti surga traveller yang ditunjang dengan spot- spot wisata lain yang ada di sekitarnya.

Jalan- jalan bareng Amri kali ini diikuti 9 orang dari berbagai kalangan diantaranya dari pojok kiri bawah ke kanan : Novi Muharrami sang wartawan Okezone, Ratu Sya dari blogger Bekasi, Lalas Sulastri sang penikmat backpacking, Kiki Kartini Phsikolog dari UI, Reza N Sanusi (icha) sohib kongkow, Aga Wahyu sohib kongkow, Hidayat Abdullah dari Indobackpacker, Dodi Mulyana sang ketua blogger Depok dan saya sendiri sang penggoda wanita tsaaah!!!

DAY I, 1 Januari 2010

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

08.00 Meeting Point Pertama di Depan Giant Mampang Prapatan

Mata sepet akibat shift malam, tak menyurutkan semangat saya berangkat ke Ujung Genteng. Jam 8 pagi ketemu Kiki di depan Giant Mampang kemudian jalan kaki menuju perempatan fly over Kuningan untuk cegat bus P6. Keluarlah biaya pertama untuk bus tersebut Rp.3000 *cring*.

09.00 Meeting Point Kedua di Depan Alfamart Jalan Baru, Kampung Rambutan

Awal kekompakan tim backpacker yang bagus, seluruh peserta datang tepat waktu jam 9 pas tidak ada yang telat satupun. Sebelum berangkat, saya sempatkan untuk membreafing dan memimpin doa supaya selamat sampai tujuan, sesuai jadwal dan itinerary juga semoga budget tidak membengkak, Amiiin. Setelah berdoa, bus patas tujuan Sukabumi yang kami cegat selama setengah jam tidak kunjung lewat. Yang lewat hanyalah bus ekonomi, itupun penumpangnya penuh dan berdiri.Kami memutuskan naik angkot menuju terminal Kampung Rambutan untuk mencari bus yang masih kosong dengan tarif angkot Rp.2000 *cring*. Masuk terminal ditodong para penjaga terminal untuk dikenai retribusi Rp.500 *cring*.

10.30 Menuju Sukabumi, Kesialan

Berhubung waktu sudah semakin siang,dan bus patas/AC gak kunjung ada,terpaksa kami memilih bus ekonomi. Untung di Terminal Kampung Rambutan bus masih kosong, jadi kami dapat tempat duduk. mak jreb, hati yang kaget ketika melihat bus tak bermerek ini pintunya mau copot dan diikat tali tambang kedalam badan bus! Fyuuuuh.. Kaca depan bus retak- retak, bahkan kaca samping di tempat duduk saya yang terbuka itu tidak bisa ditutup! Penderitaan di dalam bus bertarif Rp.16.000 *cring* ini semakin lengkap dengan semakin banyaknya penumpang yang dipaksakan naik. Full, panas, sesak dan bau keringat dimana- mana. Berhubung saya duduk di depan sendiri, maka dihadapan saya ada sedikit ruang untuk berdiri penumpang.. Ya, betul selama 2 jam hanya melototi pantat- pantat orang yang berdiri di depan saya, sekali lagi, pantat!!!. Sopirnya sudah tua, ugal- ugalan pula. Sesekali bus berhenti di pom bensin dan ternyata. wahai pemirsa sekalian.. tern yata mesin depan bus panas dan harus disiram air 2 ember *paraah!!.. saya dan novi ngikik sembari tepok jidat*.



14.30 Tiba di Terminal Sukabumi, Makan Siang

Setibanya di terminal Sukabumi, kami jalan kaki 100 meter meninggalkan terminal dan mendapatkan warung makan ajib dan enyaaak, beli sate ayam Rp.9000 *cring* ditambah jus alpukat seharga Rp.5000 *cring*. Berdasarkan informasi peta mulut (alias tanya2) kami diharuskan naik angkot warna kuning seharga Rp.5rb *cring* menuju terminal Lembur Situ supaya bisa menuju Surade.


15.30 Sensasi Naik ELF

ELF, merupakan kendaraan khas daerah Sukabumi semacam angkot tapi duduk menghadap depan. Setiba di terminal Lembur Situ kami langsung disambut calo bak selebritis, diwawancarai ini- itu Mau kemana ? Surade? Ujung Genteng? Sini- sini.. ayo naek. Kami sempat berantem dengan salah satu calo ELF tersebut, karena ELF yang sudah penuh tinggal 4 orang lagi, kok dipaksain untuk kami yang bersembilan, cih.. dikira kasur bisa dilipet- lipet! Akhirnya kami memilih ELF yang janggol di belakangnya seharga Rp. 27.000 *cring* melewati Surade, bahkan diturunkan langsung di depan resort Amanda Ratu. Di terminal ini saya juga beli rambutan seharga Rp.9rb *cring*. Luaaaar biasa, sepanjang perjalanan sopirnya ugal- ugalan, melewati jalan sempit, naik gunung turun gunung dan berkelok kelok. Saking kencengnya, sesekali bokong bergeser ke kanan dan kiri, badan tergoncang ke atas seperti naik kuda lengkap dengan kepala kejedot di pegangan mobil. Wahana extream DUFAN ? kalaaah.. le bih extream naik ELF ini, pantes di samping mobil tergantung plastik yang disediakan untuk muntah.

20.00 Bermalam di penginapan/ Resort Amanda Ratu

Resort paling bagus dan dibangun di areal perkebunan kelapa ini tempat bermalam kami. Yang namanya backpacker ya tetep backpacker, meski nginap di resort mahal ya tetep disiasati supaya murah. Hahaha, kami menyewa 1 malam dengan villa tipye penyu seharga Rp. 500rb *cring* dengan 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi shower, AC, dan TV kecil. 1 kamar di share bersembilan donk biar murah, untung spring bed dari kasur tersebut double dua, jadi bisa buat tidur rame- rame.Yang lain pada antri mandi, malamnya saya dan dodi berenang di kolam renangnya yang bagus itu. Kemudian jam 21.00 makan malam di restorannya dengan menu nasi goreng ati Rp. 12rb *cring* dan lemon tea Rp. 7rb *cring* itu belum termasuk pajak service 25%.. Semuanya langsung tercengang melihat service tax semahal hotel berbintang 5 itu, ya lupakan sajalah! Jam 11 kami segera tidur dan mengumpulkan tenaga untuk esok hari.


DAY II, 2 Januari 2010

05.30 Berburu Sunrise di Tanah Lot Amanda Ratu

Di Amanda Ratu terdapat pulau kecil (pulau Karang) yang mirip Tanah Lot di Bali, yang merupakan ujung dari muara sungai Cikarang.Ya ya ya, meski gak sebagus tanah lot di Bali, setidaknya ketika sunrisenya lumayan bagus.



08.00 Check Out, Menuju Curug Cikaso

Setelah check out, kami berjalan kaki keluar Amanda Ratu menuju jalan raya yang menghubungkan Ujung Genteng- Amanda Ratu- Surade. Disinilah kami ditakdirkan ketemu dengan sopir angkot yang baik hati bernama mang Udui. Setelah tawar- menawar akhirnya kami sepakat sewa angkot dari pagi sampai sore sesuai rencana trip kami seharian yaitu dari Amanda Ratu- Curug Cikaso- Curug Cigangsa- Goa Sungging- Ujung Genteng seharga Rp.300rb *cring* 1 angkot, kekekeke murah sekali!!! Angkot kami berangkat diselimuti semangat para penumpangnya yang saling bercanda di dalamnya. Dari Amanda Ratu menuju Surade kemudian belok di pertigaan yang menuju curug Cikaso selama 1,5 Jam. Sebelum masuk curug Cikaso, diwajibkan naik kapal menyeberang sungai selama 5 menit seharga Rp. 6rb/ orang *cring* plus tiket masuk seharga Rp. 2rb/ orang *cring*. Sebenarnya bisa tanpa naik kapal dengan menyusuri tepi sungai melewati pematang sawah, tapi berhubung kami suka yang formal-fomalÒ€¦ ya naik pera hu deh.


11.00 Menuju Curug Cigangsa

Belum sarapan pagi maupun makan siang, perjalanan dilanjutkan. Berbagai makanan ringan ternyata masih bisa mengganjal perut yang kosong. Angkot mang Udui segera di starter menuju Curug Cigangsa. Perjalanan Cikaso- Cigangsa sekitar 1 jam melewati jalan makadam berbatu dan berlobang yang merupakan proyek pemerintah yang tak kunjung selesai. Tiba di Cigangsa, angkot dititipkan salah satu rumah penduduk. Dan kami diantar ke curug Cigangsa oleh penduduk sekitar ( semacam guide ) dengan uang tip Rp.25rb *cring* karena saat musim hujan air sungai yang kami seberangi cukup deras, jadi perlu guide. Beberapa orang dari tim kami sempat kepleset, bahkan sandal Novi hanyut disungai terjun bersama air, hahaha justru inilah serunya.


12.30 Makan Siang

Puas dengan curug Cigangsa, perjalanan di lanjutkan. Kami berhenti di alfamart surade untuk beli berbagai makanan ringan. DIlanjut makan siang bakso dan teh botol seharga Rp.12rb *cring*. Setelah kenyang, langsung berangkat ke gua Sungging memakan waktu 45 menit dari Surade.

13.30 Mistis di Gua Gunung Sungging

Gua Sungging, gua yang katanya ada di gunung Sungging ini ternyata tidak terlalu gunung- gunung amat, wong letaknya aja di sawah- sawah. Angkot di parkir di sekitar rumah penduduk. Oleh mang Udui kami diketemukan dengan juru kunci Gua Sungging kalau gak salah namanya engkong Entab yang turun temurun telah mejaga gua. Busyet marusyeeet, pintu gua tersebut cuman berukuran 1 meter dan bisa dikunci pula, seperti almari saja. Bersama 1 buah lampu petromax, rombongan kami menerobos gelapnya gua. Di dalam goa ternyata luas, licin, sedikit kerikil, becek dan berlorong- lorong. Tiba di pemberhentian pertama di lorong gua, pak Entab menunjukkan sebuah patung 2 harimau yang saling berpelukan. Adalah Kiki satu- satunya rombongan kami yang saat di goa Sungging memiliki kepekaan mengenai hal- hal gaib. Ya betul, saat pemberhentian pertama di patung 2 harimau, mendadak kiri berteriak histerisΒ  mbak.. mbak ada mayat mbak ada mayat. Hah??? rombongan kami langsung merinding, karena memang selain Kiki, kami memang tidak melihat apa- apa disekitar situ. Menurut Kiki, dia melihat bapak- bapak tidur telentang di bawah patung harimau, grrrr. Kami mencoba mengalihkan perhatian Kiki supaya tidak panik dan terus melangkah menuju lorong- lorong gua yang lain. Sesekali setiap melewati belokan atau sebuah ruangan di dalam gua, pak Entab membunyikan isyarat Ehem, ehem.. Astaga, ini ternyata isyarat pak Entab untuk izin kepada sesuatu bahwa rombongan kami lewat, errrr. Tiba disebuah batu gede mirip lidah kami berfoto- foto :


Lampu petromax terus digiring, beberapa teman kami kepalanya kejedot atap gua yang rendah, bahkan si Aga kepleset.. Sepanjang perjalan ternyata Kiki masih dibayang- bayangi penampakan, entah yang berwujud manusia seperti orang- orangan sawah tinggi gede maupun anak kecil mirip tuyul.. Astajiiiim *dilangsir cerita Kiki ketika sudah keluar gua*. Sebenarnya Kiki masih bertahan dan ngotot masih bisa melanjutkan perjalanan padahal dengan kondisi ketakutan dan muka ditutupin topi, tapi kami memutuskan berhenti dan keluar gua melihat kondisi Kiki yang tidak memungkinkan. Akhirnya belum 1/4 dari total trip menelusuri Gua Sungging kami keluar gua dengan prinsip apabila salah satu diantara kami ada yang tidak memungkinkan, jangan dipaksakan dan harus segera keluar demi keselamatan bersama. Ya, inilah terasa kebersamaan kami.. *tsaaah*.

Ketika sudah keluar dari gua, kami berbincang- bincang dengan pak Entab selaku juru kunci sekaligus curhat tentang kejadian- kejadian di dalam gua. Nasehat dari pak Entab gak usah takut, memang tidak semua orang bisa melihat hal- hal gaib di situ Okey, kami berpamitan ke pak Entap tanpa ketinggalan uang tips + petromax yang sudah disepakati sebelumnya sebesar Rp.130rb *cring*.

15.30 Check In di Penginapan Pondok Adi

Dari Gua Sungging menuju penginapan Pondok Adi yang berada di depan persis pantai Ujung Genteng sekitar 1 jam. Tiba di penginapan cuma naruh bawaan, tanpa mandi tanpa apa kami langsung telp pak Adi yang punya penginapan, kemudian kami diketemukan dengan salah satu tour guidenya yang bernama mang Udin. Okey, oleh mang Udin kita ditawarin ojek menuju pantai pangumbahan untuk melihat pelepasan tukik. Setelah proses tawar menawar ala pasar induk, disepakati Rp.35rb *cring* PP. Eh iya sampai lupa, penginapan Pondok Adi sendiri berupa rumah panggung, bertembok kayu. Kebetulan kami menyewa yang tipe ombak tujuh, berfasilitaskan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah seharga Rp.400rb *cring*.

16.30 Pelepasan Tukik di Pantai Pangumbahan

Dari penginapan Pondok Adi ke pantai Pangumbahan sekitar 15 Menit menunggangi ojek. 9 sepeda motor beserta pengemudinya sudah menunggu kami di depan, terpaksa belum mandi langsung ke pantai. Jalanannya becek, menerobos semak- semak, ngepot- ngepot di pasir serrrrr. Tiba di pantai pangumbahan, kami hampir telat. Bersyukur kami masih dapat kesempatan pelepasan tukik aka anak penyu itu :


17.30 Berharap Sunset Pantai Pangumbahan

Usai melepas tukik, saya baru sadar ternyata pantai Pangumbahan bagus banget. Ombaknya berderu- deru. Suasana pantai Pangumbahan ramai, maklum tahun baru. Mendung, maklum musim hujan. Tampaknya sang surya memang betul- betul malu terhadap kami, nyatanya dia hanya bersembunyi dibalik mendung. Tapi tetep kami tidak mati gaya, ada pasir terbentang luas kok gak dimanfaatkan, ya langsung jepret sana- jepret sini.



Target kami di pantai Pangumbahan adalah sunsetnya, alhasil aksi mati gaya ditengah mendung lumayan bisa dijadikan oleh- oleh

18.15 Balik ke Penginapan, Dodi yang malang

Saking asyiknya foto loncat- loncat, gak kerasa sudah malam. Saat keluar pantai pangumbahan, kami di stop oleh petugasnya, e e e ternyata melepas tukik tadi itu mbayar toh, kirain gratis *kekekeke* Rp. 5rb/orang *cring*. Rombongan ojekers berangkat, beberapa ojek lampunya tidak ada.. Lah?? nanti kalau nyungsep di pasir dan semak- semak gimana pak!! Well, adalah korban bernama Dodi Mulyana yang ternyata ojeknya mogok alias busi motor mampus ketika awal- awal meninggalkan pantai Pangumbahan. Sialnya lagi, ojek dia dibelakang sendiri dan hilang kontak. Sepertinya Dodi dan ojeknya nyangkut di semak- semak, hahaha. Ketika kami ber 8 sudah sampai penginapan, baru dapat sms dari dodi kalau ketinggalan, akhirnya bantuan dikirimkan.

19.00 Makan Malam Yang Lama

KELAPARAN, karena siangnya kami hanya makan bakso. Berhubung mengejar waktu untuk melihat penyu bertelur, kewajiban mandi kami skip dan langsung nyari makan dengan jalan kaki 1 kilometer di sebuah rumah makan, kalau gak salah namanya Bahari. Tepat di depan rumah makan ini, berjejer- jejer warung remang- remang lengkap dengan anuan dan disko- diskoannya. WalaaaaahÒ€¦ pantes, lha disono anginnya kuenceeng, *seeer*. Sambil menunggu makanan yang dipesan, kami sharing soal resolusi 2010. Gak jauh- jauh, resolusinya ya cinta, kerjaan, masa depan, jodoh dll. Tak terasa setengah jam sharing resolusi selesai, makanan belum datang. Setelah ditanya, sepertinya belum dimasak. Haah!!. Akhirnya kami siasati dengan menu yang sama, yaitu nasi goreng semua deh tanpa seafood-seafoodan. Setelah nunggu 1,5 jam akhirnya nasi goreng datang. Dengan muka manyun kami mencoba mencicipi dan ternyata rasanya anyep kurang garam kurang bumbu. Nunggu 1,5 jam tidak sebanding dengan kualitasny a bok!!!. Okey, kami segera nyelonong pergi dengan bayar Rp. 19rb + teh manisnya *cring*.

21.00 Penyu- Penyu itu Bertelur di Pantai Pangumbahan

Para tukang ojek sudah kami suruh menunggu di depan rumah makan, berangkaaaat Eits, ojeknya bayar lagi sebesar Rp.35rb *cring*PP. Setelah 20 menit perjalanan melewati semak- semak dan berpasir tibalah di pintu masuk pantai Pangumbahan. Dan ternyata.. rame banget bok, liburan tahun baru memang banyak dimanfaatkan para pelancong untuk melihat penyu bertelur. Tidak lupa bayar tiket masuk ke petugas, Rp. 5rb/orang *cring*. Ternyata penyu- penyu itu bertelur jam 11 malam pemirsa, jadi kami nunggu sekitar 1,5 jam. Mati gaya? tidak juga. Sedangkan para pengunjung lain yang bengong alias melamun karena antri menunggu giliran, kami malah ketawa-ketiwi asyik sendiri. Duduk melingkar, menseting slow speed pada kamera dan menyalakan handphone sehingga terlihat silau di kamera, membuat suatu tulisan, bangun dan lain2. Serentak para anak- anak kecil itu mengerumuni kami yang asyik duduk melingkar bermain slow speed kamera, bahkan ada bapak2 dan ibu2 yang pengen tau apa ya ng kami asyikkan, bwahaha makanya join tim kami donk pak!!!.

Akhirnya jam 11 kami medapat giliran masuk, dengan tiket sip 1 ( padahal maksudnya shift, sunda mode on). Pantai pangumbahan ternyata terang, lha wong ada bulan di langit. Sial, ternyata penyunya gak mau bertelur di dekat- dekat pintu masuk, malah bertelur di ujung jauh. Jadinya jalan kaki 2 km, hufff. Berhubung ramai, kami gak bisa narsis- narsis di depan penyu bertelur, tapi gak papa lah. Melihat penyu bertelur sangat berkesan.

Day III

01.00 Balik ke Penginapan

Tiba di penginapan, gak ada yang mandi karena sudah malam. Kamar mandi cuman satu, males ngantri mending tidur, ngantuk *alesyan*. Paginya bangun jam 6 dan ternyata hujan deras, tidur lagi sampai jam 7. Berhubung jam 12 harus check out, kami harus pintar- pintar memafaatkan waktu, karena berencana ke pantai Ombak Tujuh yang katanya fenomenal itu. Okey, saya langsung telp tukang ojek dan nego harga ojek menuju kesana. Awalnya si pimpinan ojeknya gak berani ngantar naik ojek, karena jalannya sulit, apalagi habis hujan. Ditawarin naik perahu saja menuju Ombak Tujuh, berhubung cuaca buruk dan ada yang gak bisa renang, kami tetep ngeyel naik ojek. Okey, tawar- menawar sudah deal, sepakat menuju pantai Ombak Tujuh dengan harga Rp.130rb *cring*. Yang lain pada sarapan nasi uduk, tapi saya masih kenyang jadi gak sarapan.

09.00 Empat Jam Offroad Menuju Pantai Ombak Tujuh

Bismillah, perjalanan nekat ini dimulai! Start jam 9 dengan 9 ojek. Nomalnya perjalanan memakan waktu 1,5 jam, nyatanya? lihat saja ntar. Trip pertama kami melewati jalanan bermakadam (belum diaspal, masih batu-batu) yang cukup membuat perut mual. Kemudian dilanjut melewati kebun kelapa, licin sekali. Motor yang saya tumpangi kepleset 3 kali. Lumpur menempel semua di roda, ngepot, selip. Mang ojek yang mbonceng saya sialnya sudah agak tua, kasihan juga jatuh melulu. Ojek terus berjalan perlahan, disanggah dengan 2 kaki biar tidak jatuh, sesekali saya harus turun untuk mendorong motor yang selip. Tak ketinggalan bokong geser kanan-kiri depan-belakang. Apa iya bisa sampai tujuan kalau kondisi jalan seperti ini ?, khawatir dalam hati. Ahsudahlah, ojek kembali digeber melewati semak belukar, padang ilalang, kuburan dan genangan- genangan air. Sesekali saya bertanya ke mang ojeknya, pak, masih jauh kah? dan dijawab masih seperempat nih.. tenang aja, nanti ada jalan lebih susah lagi juga belum lewat 2 sungai, haah!!!! seperempat? masih ada yang lebih susah? ampuuun. Iya kalau motor yang kita tumpangi motor cross yang dikhususkan buat jalur offroad, lha ini motor bebek, sekali lagi bebek offroad!!. Tiba di sungai yang pertama, semua turun motor dituntun, kami saling berpegangan menyeberang sungai. Saya pikir teman- teman pada kecewa akan tripnya, eh justru mereka malah senang dan merasa tertantang. Tak diduga motor Dayat ban-nya bocor dan lepas hahaha. Untung para ojekers sudah mempesiapkan peralatan tambal ban lengkap dengan pompanya yang dibawa dari Ujung Genteng.

Ketika menerobos hutan, suasana hening, rada gelap, dingin, gerimis turun. Lagi- lagi saya bertanya ke mang ojek, bagaimana pak? masih jauh? dijawab masih setengah dek. Mampus dah!!! Sudah jam 11 siang, dan harus check out jam 12 siang. Gak peduli, sudah setengah jalan kami tidak menyerah. Melanjutkan perjalanan melewati rumput- rumput ilalang, kaki beset semua. Tiba di penghujung jalan, terdengar debiran ombak. Seketika saya berteriak, pak, apa itu pantai? itu pantai kah? ternyata benar, kurang 1 Km lagi sampai.

13.00 Tiba di Pantai Ombak Tujuh, Surganya Peselancar



Meski tidak bergulung- gulung sampai tujuh kali, tapi ombak di pantai ini tergolong besar hingga 4 meter. Turis luar negeri biasanya ke pantai Ombak Tujuh memang tujuannya berselencar di ombak yang menurut tukul, BOMBASTIS!!
Dresscode putih, sun glass, selendang pantai dan topi sudah kami siapkan untuk mempersembahkan keindahan pantai Ombak Tujuh.


14.30 Pengamalan extream, Rafting di Samudera Hindia

Pulang dari pantai Ombak Tujuh kami kapok naik ojek dengan bebek offroadnya dan waktu tidak memungkinkan. Akhirnya disepakati pulang naik perahu motor, ya perahu motor nelayan bisa cuman 1,5 jam sampai Ujung Genteng. Untung ada signal, jadi pimpinan ojeknya nat nit nut sms para nelayan di Ujung Genteng. Perahunya sangat kecil, pas untuk kami bersembilan plus 2 orang nelayannya. Ketika kapal berangkat, apa yang terjadi ???? busyeeeet, ternyata melawan Ombak Tujuh yang 4 meter itu! saya yang duduk di depan sendiri terdiam, berpegangan erat- erat di kapal, ombaknya benar- benar gede dan kenceng. Perahu miring kanan- miring kiri bahkan nge jump ke depan. Ya Alloh, saya belum nikah belum apa-apa, doa dalam hati diiringi ayat kursi. Saya mencoba memejamkan mata ketakutan, sesekali mencoba membuka mata eh ombah datang gede dari arah kanan, mak byuuuur. Baju basah semua, hp juga basah. 1,5 jam terombang- ambing ombak di samudera hindia ini terasa lama se kali, bahkan seperti 1 abad. Masih mending rafting di sungai kalau jatuh masih dangkal, lha ini?? rafting ala samudera hindia tak terlupakan seumur hidup.

16.00 Tiba di Penginapan Adi, Check Out, Kelaparan

Ketika perahu berlabuh di pantai Ujung Genteng tepat di depan penginapan hanya 1 kata yang terucap, Alhamdulillah kami semua selamat. Pantai Ujung Genteng sendiri tidak terlalu bagus, kami hanya menyempatkan foto sekali dua kali dan langsung nyelonong packing. Langsung telp mang Udui selaku sopir angkot yang sudah kami kenal untuk antar ke Surade seharga 7rb/orang *cring*. Setelah check out angkot langsung berangkat dan ternyata seluruh angkutan umum dari Surade yang ke Sukabumi paling terakhir jam 17.30, angkot pun ngebuuut. Kami semua belum sempat mandi dari pagi, belum sempat makan siang bahkan saya belum makan dari pagi, sampai2 masuk angin. Bersyukur masih ada ELF pemberangkatan terakhir seharga 22rb*cring*. Berencana mencari warung makan tapi tidak bisa, ELF sudah mau berangkat. Ketika sudah di dalam ELF saya memohon ke mang kernetnya untuk diturunin sebentar beli makan dan dibungkus. Akhirnya hampir maghrib kami diturunkan di sebuah warung nasi. Sambi l berlari ada pisang langsung di telen saking laparnya. Pop mie langsung disedu air, dan beli nasi + ayam Rp. 9rb *cring* semuanya dibungkus dan dimakan di mobil karena gak enak ama penumpang lainnya. Hahaha, kerasa bener backpacker gelandangannya. Oh iya, penderitaan belum berakhir. Sialnya tempat duduk saya tidak ada sandarannya, jadi 4 jam naik ELF punggung serasa bengkong!!!

20.00 Tiba Di Sukabumi, Kehabisan Bus, Box Obat- Obatan Tertinggal

ELF berhenti di terminal Lembur situ dan dilanjut angkot kuning lagi menuju terminal Sukabumi seharga 5rb*cring*. Tiba di terminal Sukabumi, eh ternyata bus ke jakarta sudah habis. Akhirnya kami istirahat sebentar mencari toilet sambil berpeta mulus alias tanya2. Kami beruntung, masih ada angkutan mirip ELF dengan tujuan CIAWI. Okey, langsung naik saja seharga Rp. 15rb *cring* dan ternyata setelah angkot berangkat baru sadar kalau box obat- obatan saya tertinggal di terminal Sukabumi, apes-apes. Setelah 3 jam perjalanan, tiba di Ciawi. Entah kenapa kami beruntung lagi, ada orang nawarin naik avanza dia diantar ke Depok sampai Bekasi seharga 15rb *cring* murah sekaliii. Tiba di terminal Depok langsung di jemput ayahnya Kiki naik mobil bahkan saya diantar sampai kos- kosan (Mampang), terimakasih banyaaaak. Tiba di kos jam 1 malam dan langsung pingsan.

Informasi dan saran ini jangan dilewatkan :

- Perhitungan waktu :
* Jakarta- Sukabumi 3 jam,Sukabumi- Surade 4 jam
* Surade- Ujung Genteng 45 menit, Ujung Genteng- Ombak Tujuh 1,5 Jam (normal)
- Untuk laporan biaya, saya buatkan halaman khusus yang bisa dibuka disini
- Lebih baik naik bus MGI dari Depok yang langsung ke Surade, jadi tidak nyambung menyambung seperti kami via Sukabumi
- Hindari musim hujan, kalau tidak mau mengalami pengalaman extream diatas
- Barang bawaan yang wajib dibawa : Jas hujan, makanan mengenyangkan, Pakaian secukupnya, perlengkapan sholat, perlengkapan mandi, obat- obatan pribadi, uang sebanyaknya karena tidak ada ATM
- Contact Person :
* Resort Amanda Ratu, pak Donny +6285722111365
* Penginapan Pondok Adi, pak Adi +628101155
* Kalau mau sewa angkot mang Udui +6285863388306

- Berpandai- pandailah tawar menawar untuk segala sesuatu dengan bahasa sunda, entah angkutan, ojek, makan dll
- Jangan takut masuk Gua Sungging, pokoknya kita niat tidak macam- macam disana melainkan menikmati keindahan di dalamnya.

(adt/adt)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads