Desa Tentram Tanpa Modernisasi di Bali
Selasa, 23 Jun 2020 10:55 WIB

Andremiko Sekut
Jakarta - Bali tak hanya soal pantai, tapi juga budaya dan desa adatnya. Di Penglipuran, Bangli, ada satu desa adat yang belum tersentuh modernisasi.Wilayah Bali memang punya banyak destinasi wisata yang indah dan wajib dikunjungi para wisatawan. Tempat wisata yang saya maksud itu bernama Desa Adat Penglipuran Bali. Dari dulu sampai saat ini, kunjungan wisatawan yang berwisata ke Desa Adat Penglipuran, masih didominasi oleh wisatawan mancanegara.Tempat wisata ini berlokasi ini sangat sejuk dan masih asri tepatnya berada di desa Kubu, kabupaten Bangli, provinsi Bal. Wisata ini masih kental nuasa Bali asli dan belum banyak mendapatkan pengaruh modernBagi yang pertama kali berlibur ke Desa Penglipuran Bangli, pastinya akan terkejut melihat bentuk dari tiap-tiap rumah penduduk hampir sama. Kemiripan dari tiap-tiap rumah terlihat pada pintu gerbang rumah, atap rumah dan dinding rumah menggunakan bambu, lebar pintu gerbang yang hanya muat untuk satu orang dewasa. Di masyarakat Bali pintu jenis ini di sebut angkul-angkul.Tidak hanya bentuk rumah yang sama, pembagian dari masing-masing tata ruang rumah juga sama, seperti kamar tidur dan dapur. Cat tembok pintu gerbang yang digunakan bukan cat tembok yang biasanya kita kenal, melainkan menggunakan cat berbahan dasar dari tanah liat.Saya tidak tahu pasti tujuan dari tiap-tiap rumah penduduk memiliki kemiripan. Pendapat pribadi saya, sepertinya mereka ingin membangun kebersamaan dan mempertahankan konsep berpadu dengan alam. Pada bulan Februari 2020, saya berlibur ke Desa Penglipuran Bangli dan pada waktu itu sedang merayakan Hari Galungan dan Kuningan untuk mengadakan adat seperti biasanya dan banyak pengunjung untuk menyaksikan.Selain bentuk bangunan tradisional yang hampir sama, ada beberapa hal lain yang menarik dari Desa Penglipuran Bangli seperti, kesejukan udara, kebersihan dan tata ruang yang tertata rapi.Budaya Penduduk Desa Penglipuran BangliBudaya pengelompokan dari tata ruang desa sangat terlihat di sini. Di bagian utara dan letaknya lebih tinggi dari rumah penduduk terdapat pura Desa yang disebut pura Penataran.Di bagian tengah desa yang letaknya di bawah pura, adalah zona tempat penduduk. Saat ini desa dihuni oleh 226 kepala keluarga dan untuk nafkah sehari-hari penduduk desa berprofesi sebagai petani, pengerajin anyaman bambu dan berternak.Luas dari area desa sekitar 112 hektar dan tidak semua lahan desa digunakan sebagai rumah penduduk. Sekitar 40% dari lahan desa adalah hutan bambu. Menebang pohon bambu di desa ini tidak boleh sembarangan tanpa izin dari tokoh masyarakat setempat.Selain memiliki budaya menghormati alam, penduduk Desa Penglipuran Bangli juga memiliki budaya dan tradisi untuk menghormati wanita. Karena adanya aturan desa yang melarang pria untuk melakukan poligami, jika ketahuan melakukan poligami maka akan mendapatkan hukuman dikucilkan dari desa.Desa ini juga memiliki budaya hukuman untuk pencurian. Bagi yang ketahuan mencuri, akan dihukum untuk memberikan sesajen lima ekor ayam dengan warna bulu ayam yang berbeda di 4 pura leluhur mereka. Dengan cara ini, semua penduduk desa akan mengetahui siapa yang mencuri, tentunya akan membuat efek malu.Zona yang terakhir atau yang ketiga disebut setra atau kuburan. Walaupun penduduk desa Penglipuran Bali memeluk agama Hindu tapi penduduk Desa Penglipuran Bangli tidak mengenal upacara pembakaran mayat, jadi mayat langsung dikubur. Penduduk Desa Penglipuran Bali memiliki minuman khas yang disebut loloh cemceman. Minuman ini memiliki rasa seperti air tape dan memiliki warna hijau karena bahan dasarnya adalah perasan dari daun cemceman.====Traveler Punya pengalaman Traveling di berbagai tempat menarik? Kirim Artikelmu di Link Ini
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!