Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin

Ardi Winangun - detikTravel
Kamis, 28 Feb 2019 10:50 WIB
loading...
Ardi Winangun
suasana pasar apung lok baintan
para pedagang hilir mudik menjajakan dagangannya
mendayung demi dagangan
mendekati pembeli
wisatawan menuju Lok Baintan
Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin
Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin
Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin
Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin
Pengalaman Unik Belanja di Pasar Terapung Banjarmasin
Jakarta - Banjarmasin punya pasar terapung yang unik. Pengalaman belanja di sini sungguh tak terlupakan.Selepas pukul 05.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA), beberapa orang yang menginap di sebuah hotel di tepi Sungai Martapura, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu mulai keluar dari kamarnya.Mereka rela meninggalkan mimpi dan dinginnya subuh demi ingin mengikuti wisata ke pasar apung Lok Baintan. Mereka harus bangun subuh sebab pasar yang berada di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, itu buka hanya pada kisaran pukul 06.00 hingga 10.00 WITA.Meski wisata yang diadakan hotel itu bagian dari pelayanan tamu namun pada hari itu, awal-awal November 2017, hanya diminati sekitar 8 orang; 6 wisatawan dari dalam negeri dan 2 wisatawan dari China. Di antara tamu hotel yang lain mungkin sudah pernah ke Lok Baintan, mungkin juga di antara mereka tidak suka berpertualang.Setelah semua peminat wisata apung itu terdata sesuai dengan catatan pihak hotel, mereka diantar ke dermaga yang tak jauh dari Jembatan Pangeran Antasari. Di dermaga kecil yang tersusun dari kayu berwarna hitam itu sudah menunggu Fahmi, seorang pria berumur sekitar 50 tahun yang mengemudikan perahu klotok. Pria asli Banjarmasin itu sambil memegang perahu, mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam.Perahu yang memiliki panjang 13 meter dan lebar 2 meter itu mampu menampung 20 penumpang. Namun karena yang naik sekitar 10 orang, 8 orang tamu, ditambah Fahmi dan petugas pengamanan hotel maka jumlah totalnya menjadi 10 orang."Tamunya dari mana-mana, dari dalam negeri, ada pula yang dari luar negeri," ujar pria yang sudah 27 tahun mengemudikan perahu itu.Setelah semua penumpang berada di angkutan sungai yang dicat warna-warni itu, Fahmi pun segera mendorongkan sebuah balok ke tangga dermaga. Tujuannya agar perahu agak menengah mencari tempat yang lebih dalam.Ketika perahu sudah bergeser dari dermaga sejauh 2 meter, ia segera menyalakan mesin. Mesin yang berada di perut perahu itu pun menyala dan terdengar bunyi: tok, tok, tok. Β Fahmi segera memutar haluan, perahu itu mulai bergerak namun ketika berada di tengah sungai, tiba-tiba ia menepikan perahunya ke tepian sebelah. Sepertinya ada gangguan pada mesin. Kayu yang menutup mesin itu pun dibongkar.Diotak-atiknya mesin yang ada. Selang selama 5 menitan, perbaikan yang dilakukan membuahkan hasil. Alat penggerak perahu itu dinyalakan kembali dan perlahan namun pasti gerak lajunya semakin bertambah hingga akhirnya perahu melaju kencang.Dikatakan oleh Fahmi untuk menuju ke pasar apung Lok Baintan dari dermaga yang berada di samping Jembatan Pangeran Antasari itu ditempuh kisaran 1 jam hingga 1,5 jam. Selama menyusuri Sungai Martapura itu, perahu itu dikangkangi beberapa jembatan yang menjadi penghubung lalu lintas di Kota Banjarmasin. Ketika melewati Jembatan Pangeran Antasari, terdengar cuitan ratusan kelelawar.Sepanjang lintasan sungai, kita amati tepian Sungai Martapura padat dengan perumahan penduduk. Rumah-rumah itu masih banyak yang terbuat dari kayu-kayu sehingga menampilkan pemandangan yang alami. Di antara rumah-rumah itu, sering kita lihat bangunan masjid, baik berukuran kecil maupun besar dengan menara yang menjulang tinggi.Sungai Martapura dari yang kita amati, rupanya tidak sekadar menjadi sarana transportasi namun juga menjadi tempat untuk mandi, mencuci pakaian, usaha perikanan keramba jaring apung, dan aktifitas lainnya seperti bermain kano.Itu terlihat saat kami melintas di depan atau belakang rumah-rumah yang berada di tepi sungai itu. Bagi penduduk di tepian sungai, melihat perahu melintas sudah terbiasa, terbukti saat melintas mereka tidak terpengaruh, mereka tetap melakukan aktifitas mandi, mencuci, dan kegiatan lainnya seperti biasanya. Ada sesekali di antara mereka melambaikan tangan kepada penumpang perahu wisatawan.Dalam perjalanan itu sesekali perahu yang kami tumpangi simpangan dengan perahu yang lain namun pagi itu kami lebih sering searah dengan perahu-perahu lain yang sepertinya mempunyai tujuan sama yakni pasar apung Lok Baintan.Simpangan atau gerak searah dengan perahu yang lain membuat gelombang sungai menjadi lebih kuat. Deburan air gelombang yang tertekan berat perahu terkadang muncrat ke dalam perahu. Di sinilah petualangan itu terasa.Sepanjang perjalanan, di sisi yang lain, selain perumahan yang padat penduduk, juga terlihat masih banyak lahan-lahan kosong. Terlihat ada beberapa pohon sawit yang terendam oleh arus pasang sungai. Pemandangan yang demikian kita jumpai setelah perahu semakin menjauh dari keramaian Kota Banjarmasin.Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam lebih, akhirnya pasar apung itu terlihat. Mendekati pasar tradisional itu perahu yang kami tumpangi mulai memperlambat gerak hingga akhirnya tak terasa kita mulai didekati bahkan ditempel oleh jukung atau sampan para pedagang.Mereka menawarkan berbagai dagangannya seperti makanan yang terdiri nasi, sayuran masak, jajanan pasar, sayur-sayuran, pisang, jeruk, souvenir, kopi, kerajinan tangan seperti tas rotan, dan hasil kebun lainnya. Seperti yang kita jumpai di pasar-pasar tradisional di darat.Di pasar apung itu seseorang mengatakan ada sekitar 150 sampai 200 pedagang. Jadi ada sekitar 150 sampai 200 jukung. Jumlah itu membuat separuh sungai terasa padat sehingga antara jukung dengan perahu pembeli dan wisatawan saling berimpit atau bersenggolan.Tak heran bila para pedagang itu sering mendorongkan tangan atau dayungnya untuk mencari jalan atau menghindari jepitan perahu. Pedagang pasar apung Lok Baintan menurut salah seorang penduduk di sana, jumlahnya menurun dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.Dulu dikatakan sungai itu penuh dengan jukung-jukung pedagang. Tidak hanya separuh sungai seperti saat ini namun penuh hingga tepian sebelah. Hal demikian sampai ada petugas yang mengatur pergerakan perdagangan di atas sungai yang berwarna coklat itu agar tidak menimbulkan kemacetan.Menurunnya pedagang di pasar apung itu menurut penduduk tadi karena tidak adanya regenerasi. Anak-anak para pedagang itu setelah lulus dari sekolah tidak meneruskan pekerjaan orangtuanya (ibu) mereka. Anak-anak lebih memilih bekerja di tempat lain.Pedagang di pasa apung itu mayoritas adalah para ibu-ibu yang sudah berumur. seorang ibu yang bernama Diana mengaku berdagang di pasar apung sejak 7 tahun yang lalu. Di atas jukung dari ibu empat anak itu terlihat ada berbagai jenis jajanan pasar, nasi, lauk, kopi, dan sayuran matang.Ia selalu mendekati perahu-perahu pembeli dan wisatawan sambil menawarkan dagangannya. Diana mengaku berdagang di tempat itu mulai pukul 06.00 hingga 10.00. Dirinya bersyukur atas usaha yang dijalankan itu. Ò€œSehari dapat untung bersih Rp100.000,Β  ungkapnya.Pada Diana ini saya membeli secangkir plastik kopi. Sama seperti Diana juga dikatakan ibu bernama Mastorani. Dirinya berdagang di pasar apung sudah 10 tahun. Di atas jukung-nya ada dagangan seperti ikan, jeruk, bunga, dan makanan. Seperti Diana, Mastorani mempunyai empat anak. Dikatakan suaminya telah meninggal.Pedagang yang lain, Hana, mengatakan apa yang dijual di pasar apung itu seperti sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan hasil kebun yang mereka miliki. Menurutnya, di sini mayoritas yang berdagang adalah ibu-ibu karena suaminya (bapak) pergi ke kebun."Mereka memetik hasil kebun. Jadi kita bagi tugas," tambahnya. Hana di sungai itu menjual ikan, jeruk, dan tas rotan. Sudah sepuluh tahun dirinya menekuni pekerjaan itu.Soal pedagang yang sudah puluhan tahun menggali rejeki di pasar apung, bisa kita jumpai pada sosok Hajjah Arbaina. "Saya sudah 30 tahun berdagang di sini," ujar perempuan yang menjual dagangan dari kebunnya sendiri itu.Ibu dari empat anak itu mengatakan suaminya sebagai petani dan kerja di sawah. Perempuan yang bertempat tinggal 1 km dari pasar itu mengaku mendapat keuntungan sehari Rp300.000.Pasar apung itu menurut sebuah catatan sudah ada sejak Kesultanan Banjar berdiri. Pada masa itu bisa jadi pasar yang ada tak sekadar untuk proses jual beli namun juga barter."Beberapa tahun yang lalu masih terjadi barter," ujar salah seorang di sana. "Dibarter, misalnya antara beras dan hasil kebun," papar pria yang bekerja di salah satu bank milik pemerintah itu.Geliat aktivitas pasar apung itu terasa padat. Cuaca panas dan hujan tak menghalangi mereka untuk mencari rejeki. "Meski hujan kami tetap jualan, pakai tudung," ujarnya.Bila di saat terang di mana terasa sinar matahari menyengat maka untuk menghadapi yang demikian, para pedagang itu mengakali dengan mengoleskan pupur beras pada wajahnya.Pupur beras itu diyakini bisa membuat wajah menjadi dingin. Hal demikianlah yang membuat kita banyak jumpai para pedagang yang berpupur putih. "Biar tidak panas," ujar salah satu pedagang.Sama seperti di terminal atau pusat keramaian lainnya, di sela-sela jukung-jukung pedagang dan perahu pembeli dan wisatawan, kita temukan sebuah jukung yang dikemudikan oleh dua orang yang memakai sarung dan peci. Di tengah jukung dua orang itu tertulis permohonan bantuan untuk pembangunan masjid. Melihat yang demikian, para wisatawan ada yang beramal.Meski di tengah gempuran berdirinya pasar permanen dan mall di Kota Banjarmasin dan terbukanya jalur darat, jalan, namun pasar apung Lok Baintan masih tetap ada. Keberadaannya sekarang menjadi tujuan wisata dari dalam dan luar negeri. Saat kami ke sana, ada beberapa perahu lain yang terisi puluhan penumpang.Mereka ke sana untuk melihat langsung pasar apung itu. Salah seorang wisatawan, Siswanto, mengatakan dirinya senang bisa melihat pasar apung. Dikatakan masih alami. Apa yang dikatakan itu juga disampaikan Syahrial, wisatawan yang lain. Ò€œSenang bisa ke sana,Β  tuturnya.Dalam bepergian saya sering menggunakan fasilitas yang ada di www.tiket.com, mengapa memilih tiket.com? karena aplikasi teknologi yang ada mudah dipahami, semua layanan yang dibutuhkan ada baik itu pesawat, hotel, maupun layanan perjalanan lainnya, Dan yang pasti harganya lebih ok dibanding dengan portal perjalanan lainnya. #semuaadatiketnya
Hide Ads