Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!

Florentz Magdalena - detikTravel
Kamis, 18 Okt 2018 14:30 WIB
loading...
Florentz Magdalena
Piaynemo
Telaga Bintang
Snorkeling di Arborek
Senja di Waiwo
Air Terjun Warambin
Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!
Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!
Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!
Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!
Seminggu di Raja Ampat, Puas Banget!
Jakarta - Liburan selama seminggu di Raja Ampat akan meninggalkan kesan mendalam. Kita bisa puas menikmati pantainya. Tanpa harus menyelam pun semua isi lautnya sudah terlihat.Ditempatkan di bagian timur Indonesia sejak tahun 2014 lalu, membuat saya ingin sekali menjelajahi Pulau Papua. Soalnya jika dilihat di peta, Pulau Sulawesi dengan Pulau Papua jauh lebih dekat jika dibandingkan Pulau Sumatera dengan pulau Papua. Setelah mengecek harga tiket pesawat yang lumayan murah, akhirnya saya dan teman saya memutuskan untuk menghabiskan libur Lebaran kami di Raja Ampat.Tahun 2016, penerbangan Manado-Raja Ampat belum tersedia. Jadi, rute yang harus kami lalui adalah Manado-Sorong via udara, kemudian Sorong-Raja Ampat via laut. Jarak tempuh Manado-Sorong sekitar 2 jam kurang 10 menit sementara Sorong-Raja Ampat sekitar empat jam. Ada dua jenis kapal menuju Waisai di Pelabuhan Sorong yaitu kapal lambat dan kapal cepat dengan jadwal berangkat dan harga yang berbeda. Tiket kapal cepat dimulai dari harga Rp 130.000 (tergantung kelas) dengan durasi perjalanan sekitar dua jam, dan tiket kapal lambat dihargai Rp100.000 dengan durasi perjalanan empat jam. Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat. Beribukota di Waisai, kabupaten ini memiliki 610 pulau, termasuk Kepulauan Raja Ampat. Empat pulau besarnya adalah Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo. Waisai terletak di Pulau Waigeo. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.Tiba di Bandar Udara Dominique Edward Osok, saya dan teman tidak langsung menyeberang ke Raja Ampat. Kami masih menunggu beberapa teman untuk pergi bersama. Ada yang dari Palu, Jayawijaya, dan Sorong. Di Sorong kami menginap semalam di sebuah penginapan yang berhadapan dengan laut. Jika malam tiba, banyak tenda warung makan yang berjejer di sana. Mulai dari nasi goreng, ayam lalapan, hingga makanan laut seperti ikan laut, udang ataupun cumi-cumi. Harganya pun bervariasi mulai dari 30 ribu hingga sekitar 100 ribu rupiah.Keesokan harinya kami berangkat ke Waisai dari Pelabuhan Sorong sekitar jam 2 siang. Di Waisai kami akan menginap di rumah dinas, tempat senior dan teman kami tinggal. Lumayan untuk menghemat budget. Sampai di Waisai, kami bahkan dijemput oleh mereka. Karena tiba sore hari, kami hanya mengunjungi pantai dan makan malam. Biaya makan di Waisai tidak jauh berbeda dengan Sorong, saya memesan ayam lalapan yang harganya sekitar 40 ribu rupiah.Hari kedua kami pergi ke Air Terjun Warsambin. Suasana alami dan segar masih terasa saat berada di sana. Puas bermain air, kami melanjutkan perjalanan ke resort di Waiwo yang menjadi tempat berfoto Jokowi sedang duduk di dermaga dengan latar belakang panorama matahari terbit. Sayangnya, cuaca mendung sehingga panorama matahari tenggelam tidak kami dapatkan. Namun, hal tersebut tidak mengendorkan semangat kami. Kami memberi makan ikan, berenang, dan tidak lupa jepret-jepret di spot tersebut.Hari ketiga kami di Raja Ampat, kami mengikuti island hopping yang diadakan oleh agen perjalanan. Dengan biaya sekitar satu jutaan rupiah kami mendapat akomodasi satu malam di penginapan di Waisai. Spot yang kami datangi adalah Piaynemo, Telaga Bintang, Arborek, dan Pasir Timbul. Piaynemo adalah salah satu obyek terkenal di Kepulauan Raja Ampat berupa gugusan pulau karang yang memesona. Untuk mencapai Piaynemo, ada puluhan anak tangga kayu yang harus dilalui. Lelah memang, namun begitu sampai di atas pemandangan yang ada sungguh mengagumkan.Tidak jauh dari Piaynemo, ada Telaga Bintang, yaitu laguna yang dikelilingi bukit karang dan jika dilihat dari ketinggian bentuknya seperti bintang. Untuk mencapai puncak tebing, medan yang harus dilalui sangat terjal. Belum ada tangga yang dibangun sehingga cukup menyulitkan. Sangat disarankan untuk tidak memakai sandal jepit. Harus dengan sepatu atau sendal gunung. Lagi-lagi, sesampainya di atas pun pemandangan yang disuguhkan begitu indah. Panorama hijau toska dengan bentuk bintang membuat kami tidak berhenti berdecak kagum.Puas mengambil foto, kami melanjutkan ke Arborek yang merupakan perkampungan penduduk. Di sana kami makan siang yang telah disediakan dan snorkeling. Ikannya bergerombol dalam jumlah banyak bahkan terlihat dari kapal. Setelah dari Arborek, kami mengunjungi pasir timbul yang untungnya saat kami datang sedang timbul. Hari terakhir kami bermain air dan kayak di Pantai Saleo. Karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, tidak ramai orang yang berkunjung kesana. Kami juga makan siang dengan menu opor ayam di warung makan yang kebetulan buka saat itu. Setelah kenyang, kami memutuskan ke kampung Saporkren untuk melihat burung Cendrawasih. Di sana kami harus trekking kurang lebih selama satu jam untuk melihat penampakan burung Cendrawasih. Untuk biaya yang harus dikeluarkan cukup unik, per orang adalah Rp 50 ribu, namun jika berhasil melihat burung Cendrawasih biayanya menjadi 100 ribu. Ada seorang pemandu lokal yang akan menemani berburu di hutan di Saproken. Jerih payah kami tidak sia-sia, kami berhasil melihat burung Cendrawasih sedang bertengger di ranting pohon yang cukup tinggi. Kicauannya juga terdengar.Lelah berkeringat, kami langsung berenang di Pantai di Sarpokren. Airnya segar dan masih jernih. Masih banyak tempat wisata di Raja Ampat yang belum kami kunjungi, tapi waktunya tidak memungkinkan. Meski begitu, kurang lebih selama seminggu ini Raja Ampat telah meninggalkan kesan mendalam bagi kami. Indonesia bagian timur memang memesona, khususnya Raja Ampat.Tanpa harus menyelam pun semua isi laut dangkalnya sudah terlihat dan mewakili hampir sebagian besar isi laut dalamnya. Ikan-ikan kecil seperti menari memamerkan liukan tubuh mereka. Namun, jika tidak dijaga dan dipelihara, keindahannya tidak akan dapat dinikmati lagi oleh generasi penerus. Semoga kita bisa jadi wisatawan yang cerdas!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads