Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Jelajahi Indonesiamu

Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan

Yayu Arundina - detikTravel
Kamis, 30 Agu 2018 16:00 WIB
loading...
Yayu Arundina
salah satu sudut gunung papandayan
kawah gunung Papandayan
arena kemping
salah satu pesona gunung Papandayan
Swafoto membuat perjalanan kami semakin menarik
Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan
Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan
Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan
Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan
Jatuh Cinta dengan Panorama Gunung Papandayan
Jakarta - Gunung Papandayan di Garut, siapa yang sudah pernah mendaki? Pasti setuju, kalau panorama di sana benar-benar indah sekali.Pesona gunung Papandayan di Garut sangat menarik hati. Pengalaman kemping semalam dan menikmati suasana pagi di Papandayan itu suatu anugrah luar biasa. Walau ngos-ngosan dalam menempuh perjalanan, tapi asupan udara segar dan indahnya alam menjadi pelepas lelah yang paling ampuh. Bakalan menyesal kalau kita hanya duduk diam di dalam tenda sajaMendaki gunung? What?Jujur reaksi pertamaku ketika diajak naik gunung berjuta rasanya. Ragu-ragu. Takut. Penasaran dan sejumlah alasan atau pikiran lainnya. Seumur-umur belum pernah aku naik gunung. Jalan menanjak saja duh sudah kepayahan. Namun, karena bisikan teman yang menggoda sekaligus rasa penasaran yang tinggi. Akhirnya, kuiyakan juga ajakan itu. Deg-degan sih.Tantangan lainnya adalah aku harus membawa beban sambil naik. Tenda. Sleeping bag. Alas tidur dan berbagai macam bekal dan peralatan lainnya. Super wow deh pokoknya. Namun, rasa penasaran mengalahkan segalanya.Jadilah pagi itu, aku berangkat ke satu titik pertemuan, kemudian bersama-sama menuju Papandayan Garut. Perjalanan lumayan lancar. Sekitar dua jam perjalanan. Kami sampai di parkiran gunung Papandayan. Lalu, aku dan temanku mengurus administrasinya. Setelah itu perjalanan panjangpun dimulai.Aku terpana menatap gunung besar yang ada dihadapanku. Ragu itu kembali menyergap, tapi penasaran kembali mengalahkannya. Lalu, perlahan langkah demi langkah kuayunkan mengikuti rombongan. Pemandangan yang indah sangat menghiburku. Hijaunya pepohonan menjadi penyegar jiwa. Setelah itu, kami mulai menyusuri kawah. Putih dan bau belerang makin lama makin menyengat.Untung ada angin yang mengusirnya. Sambil beristirahat, kami sempat mengambil beberapa foto. Hasilnya menakjubkan. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan. Takut kemalaman sampai di tempat kemping. Kembali perjalanan berliku menyusuri jalan setapak yang cukup terjal. Kadang bergantian dengan motor yang lewat. Sampai akhirnya tiba di tempat kemping sekitar pukul 5 sore. Brrr... udara mulai dingin.Kami harus mendirikan tenda. Asli, aku lupa cara membangun tenda. Alhasil, tendaku didirikan oleh Kang Firman dan teman-temannya. Duh, rasanya senang sekali berada kembali di alam. Setelah membereskan barang, kami berjalan-jalan di sekitar area tempat berkemah.Hari itu, ternyata cukup banyak juga yang kemping, arena sangat penuh dengan warna-warni tenda yang semarak. Memandang sekeliling, betapa besarnya ciptaan Tuhan. Sebelum malam menemani kami, kami puaskan menikmati keadaan sekitar. Edelweis di tempat asalnya.Setelah Maghrib, kami mulai mempersiapkan makan malam dan bekal untuk besok pagi. Kembali menikmati api unggun itu sesuatu bangets. Kami membakar daging ayam yang telah dibumbui oleh temanku di rumah. Wanginya membuat perut keroncongan. Setelah semuanya siap, kamipun santap malam bersama sambil ngobrol. Seru deh pokoknya. Sekitar pukul 9-10 malam, kami masuk ke tenda masing-masing. Persiapan untuk jalan keesokan harinya.Tak disangka, malam sekitar pukul 2-3 pagi, datang babi hutan ke area tenda kami. Dan, sisa makanan yang digantungpun habis diambilnya. Dibawa lari ke hutan. Untung masih ada sebagian makanan ringan yang bisa dibawa untuk bekal perjalanan ke Tegal Alun. Tadinya, aku cukup duduk di tenda saja.Takut tak sanggup jalan ke puncak. Namun, semua teman-temanku menyemangati dan mendukungku. Akhirnya, akupun kembali melakukan perjalanan. Tak sia-sia memang. Walau nafas ngos-ngosan, aku dapat menghirup udara bersih sebanyak=banyaknya. Segar sekali. Anugrah yang tak terkira.Lalu, saat sampai di tujuan akhir, rasa lelah itu hilang oleh pesona alam yang begitu luar biasa. Benar kata temanku, rasanya menyesal seumur hidup kalau tak sampai ke tempat ini. Hanya duduk-duduk saja di tenda. Kami benar-benar menikmati keindahan alam itu sampai puas. Kami berkeliling di tempat yang sangat luas itu.Ada juga orang yang tidur di bawah pohon. Nikmat sekali rasanya dibuai angin pagi. Sayang, sebagian area ada yang terbakar. Jelaga hitam terhampar di hadapan kami. Rasanya seperti kampung mati. Rasa sedihpun menyeruak. Semoga alam bisa memulihkannya lagi.Setelah puas menikmati pesona gunung Papandayan dan sarapan pagi berupa puding dan makanan ringan lainnya. Kamipun kembali menyusuri jalan menuju tempat berkemah. Sehabis istirahat dan makan siang, kamipun berkejaran dengan kabut untuk turun gunung, kembali ke Bandung. Ah, pesona itu tetap melekat hingga kini. Satu lagi Wisata Indonesia yang menakjubkan.Keindahan alam gunung Papandayan bisa dinikmati oleh semua orang. Kalian yang berada jauh dari Garut bisa menggunakan jasa pegipegi.com untuk sampai di Tempat Wisata yang indah ini. Pesan tiket kereta api ke Garut. Biaya dari Yogyakarta ke Garut sekitar Rp 290.000. Juga bisa mencari tempat menginap di kawasan Kawah Kamojang Garut. Saat saya cek di pegipegi, tarif Kamojang Green Hotel dan Resort sekitar 746 ribu rupiah.Rasanya biaya sekitar itu untuk sebuah keindahan alam masih tergolong murah. Kita bisa menikmati dua tempat wisata, yaitu kawah Kamojang dan gunung Papandayan. Liburan dan jalan-jalan itu sangat menyenangkan.#Pegipegiyuk #JelajahiIndonesiamu @pegi_pegi
Hide Ads