Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?

Priscilla Tjitra - detikTravel
Sabtu, 11 Nov 2017 13:55 WIB
loading...
Priscilla Tjitra
Sisa-sisa Keraton Kaibon
Masjid Agung Banten
Vihara Avalokitesvara
Pemandangan dari Gunung Pinang
Saksi bisu Benteng Speelwijk
Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?
Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?
Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?
Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?
Destinasi-destinasi Wisata Ini Ada di Banten, Tahu?
Jakarta - Jika traveler bosan dengan hiburan Jakarta yang berupa mall-mall itu-itu saja, datanglah ke Banten. Anda dijamin puas dengan wisata alam dan budayanya. Banten mungkin tidak sepopuler Bandung sebagai destinasi weekend getaway penduduk Jakarta. Saya jamin belum banyak kalian yang tahu kalau di Banten ada tempat-tempat wisata alam dan budaya peninggalan dari Kerajaan Banten kuno dan penjajahan Belanda. Sabtu itu, saya pergi dengan teman-teman untuk mengeksplor Banten. Kami berangkat dari daerah Jakarta pusat pukul 10 pagi, naik mobil lewat Tol Jakarta - Tangerang - Merak ke arah Serang. Exit tolnya di Serang Barat. Saran saya, berangkat lebih pagi lebih baik, untuk menghindari macet di tol. Ada beberapa spot yang kami kunjungi (berdasarkan research instagrammable spots di Banten). Berikut ulasannya, semoga memberikan ide! 1. Gunung Pinang Gunung Pinang punya legenda yang mirip dengan kisah Malin Kundang. Konon ada seorang pemuda bernama Dampu Awang yang hidup miskin bersama ibunya. Setelah beranjak dewasa, Dampu Awang pergi merantau ke kota dan menikah dengan wanita dari keluarga kaya. Setelah kaya, dia menolak mengakui ibunya yang miskin di kampung halamannya. Dalam perjalanan di laut, kapal Dampu Awang dihadang badai hebat dan dikutuk hingga berubah menjadi Gunung Pinang. Ke Gunung Pinang sebaiknya pagi-pagi sebelum matahari terlalu terik. Kalau mengikuti Google Maps, ada kemungkinan Anda nyasar ke perumahan, seperti kami. Setelah tanya-tanya orang baru ketemu. Letak akses masuk wisata gunung ada di sepanjang Jl Raya Cilegon. Memang tulisan tanda masuk ke area gunung tidak terlalu besar dan mudah terlewatkan. Untuk koodinat yang lebih tepat, silahkan masukan 'Gunung Pinang Kramat Watu Bike Park' ke dalam pencarian google map anda. Sekitar 2 km dari tempat masuk, terdapat lookout yang dari sana kita bisa melihat pemandangan kota Serang, Banten. Track sepanjang 2 km ini bisa dilalui dengan berbagai macam aktivitas olahraga yaitu jogging, berjalan kaki, atau naik sepeda (bike trekking). Bisa juga dengan naik mobil seperti kami-kami ini yang pemalas. Pemandangan dari atas gunung indah. Lookout ini mengingatkan saya pada Tebing Keraton di Bandung atau Kalibiru di Yogyakarta. Di lookout tersebut kita bisa berfoto dengan latar belakang Kota Serang, hanya dengan membayar Rp 5.000 per orang. Ada satu ayunan juga yang diikat ke pohon. Duduk dan foto di sana hasilnya instagrammable banget dan tidak dipungut biaya. 2. Vihara Avalokitesvara Wisata budaya kami di Banten dimulai dari Vihara Avalokitesvara yang tak lain adalah Vihara Dewi Kwan Im. Vihara ini menempati areal seluas 10 hektar, pantas luas sekali! Pada saat kami ke sana, banyak umat Buddha yang sedang bersembahyang. Kalau membaca sejarah, rupanya vihara ini dulu sempat menjadi tempat pengungsian waktu Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Pada waktu itu, meletusnya gunung merupakan bencana alam yang dahsyat dan menelan banyak korban jiwa. Orang-orang datang ke vihara tersebut untuk berdoa. Doa-doa mereka ini lalu menyentuh hati Dewi Kwan Im. Dewi akhirnya menunjukan belas kasih dan menyelamatkan vihara ini dari banjir, lahar dan musibah lainnya. Walapun bukan beragama Buddha, saya kagum dengan vihara ini. Mengingat usianya yang lebih dari 400 tahun, vihara ini tergolong sangat terpelihara. Semoga hal ini berlanjut! 3. Benteng Speelwijk Benteng Speelwijk terletak di seberang Vihara Avalokitesvara. Kami jalan kaki ke benteng ini dari vihara sekitar 3 menit dan menyeberangi kali kecil. Jaman dahulu, kali kecil ini merupakan sungai besar yang bisa dilalui kapal. Namun sekarang mengalami pendangkalan. Benteng Speelwijk dibangun di abad ke-16, pada jaman penjajahan Belanda. Benteng ini diberi nama sesuai Jendral Cornelis Janzoon Speelman yang bertugas antara 1681-1684. Kami berfoto-foto singkat di sini. Yang dapat kami temukan di sini adalah sisa-sisa reruntuhan pintu masuk, dinding yang mengelilingi benteng, serta menara yang dulunya digunakan untuk mengintai jarak jauh. Dahulu benteng ini dibuat untuk menjaga Banten dari serangan musuh-musuh yang melaut ke sana. 4. Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten adalah salah satu peninggalan Kesultanan Banten yang pernah berjaya pada abad ke-16 hingga ke-17. Masjid ini dibangun dengan gaya arsitektur Jawa pada pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, yang merupakan Sultan ketiga dari Kesultanan Banten (1566). Menuju lokasi masjid ini harus melewati pasar tradisional dulu. Di sebelah masjid terdapat sebuah menara yang bisa dinaiki pengunjung. Karena pada saat itu ramai sekali oleh pengunjung dan peziarah, kami tidak masuk ke masjid tersebut. 5. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama Masih satu lokasi dengan masjid, terdapat Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Kata orang di dalamnya kita dapat melihat artefak-artefak peninggalan kesultanan Banten dan penjajahan Belanda. Namun sayang pada saat kami berkunjung, museum ini sedang tutup, sehingga kami tidak bisa masuk. Dekat dengan Masjid Agung, kami juga melewati lokasi Keraton Surosowan. Keraton ini dihancurkan oleh Jenderal VOC, Daendels, pada jaman penjajahan Belanda. Apabila ada yang ingat pelajaran sejarah, Daendels ini merupakan jenderal yang mengerahkan kerja paksa untuk pembangunan Jalan Pos sepanjang 1.000 kilometer dari Anyer hingga Panarukan di pantai utara Jawa (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pantura). Pada waktu kami kesana, keraton ini juga tutup untuk pengunjung. Tetapi melihat dari luarnya, tidak banyak lagi puing-puing peningggalan Keraton. Nampaknya keraton ini telah hancur rata dengan tanah. 6. Keraton Kaibon Destinasi terakhir kita adalah Keraton Kaibon. Berbeda dengan Keraton Surosowan yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Banten, Keraton Kaibon dibangun sebagai tempat kediaman Ratu Aisyah. Konon katanya nama 'Kaibon' berasal dari kata 'keibuan'. Sama seperti Surosowan, Daendels juga menghancurkan keraton ini pada 1832. Namun reruntuhannya masih lebih utuh. Anda bisa lebih banyak meng-capture instagrammable foto di sini. Saya bisa membayangkan dahulu kala Kaibon adalah sebuah keraton yang luas dengan bangunan yang megah berabad-abad lalu. Setelah puas menjelajah keindahan alam dan wisata budaya Banten, kami mampir di pusat kota Serang untuk makan malam, sebelum bertolak kembali ke Jakarta. Pilihannya bisa mengunjungi Mall of Serang, ataupun mencoba restoran dan kafe-kafe gaul yang berada di sekitar pusat kota.
Hide Ads