Wisata Seni di Museum Affandi, Yogyakarta
Rabu, 24 Mei 2017 10:35 WIB

Robert Adolf Izak
Jakarta - Selain dikenal akan kuliner gudeg, Yogyakarta juga menjadi gudangnya seniman. Jika mengaku pecinta seni, wajib mampir ke Museum Affandi.Negeri ini tidak akan pernah melupakan kehadiran salah satu seniman lukis berbakat. Affandi koesoema, yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, telah kembali kepada Sang Pencipta tanggal 23 Mei 1990. Walau telah tiada, beliau tetap hadir bersama kita melalui peninggalan karya-karya-nya. Kita bisa melihat, menikmati, merasakan nilai seni luar biasa karya beliau di Museum Affandi.Luas museum 3.500 meter persegi menampung sekitar 300 karya peninggalan lukisan bernilai seni tinggi. Masih terlalu sedikit di banding 2.000 lebih yang ia hasilkan semasa hidupnya.Tidak sulit jika ingin berkunjung. Letaknya di jalan Adisucipto 167 Yogyakarta, sangat strategis di ruas jalan Yogya Solo. Mudah dijangkau kendaraan umum apalagi pribadi. Penikmat seni Lukis dapat berkunjung setiap hari, kecuali hari libur dan Senin pertama setiap awal bulan, mulai pukul 09.00 sampai 16.00.Pelukis yang terkenal bergaya naturalis, ekspresionis, dan romantisme yang khas sudah di sejajarkan pelukis-pelukis dunia. Lahir di Cirebon 1907. Pernah bekerja sebagai guru, penyobek karcis, dan pembuat gambar reklame untuk salah satu gedung bioskop di Bandung.Rahasia KeberhasilanApresiasi dunia akan nilai seni dari karyanya terbukti dengan kesempatan mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa dan Amerika serikat. Pameran tunggal di negeri ini pertama kali ia lakukan tahun 1943, saat Jepang masih berkuasa, di Gedung Poetera Djakarta.Berbagai penghargaan telah ia terima selama ia berkarya. Di antaranya yang baru sebagian kecil, tahun 1969 menerima anugerah seni dan medali emas dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Agustus 1979 Presiden Soeharto (saat itu) menganugerahkan Bintang Jasa Utama. Tahun 1974 menerima Gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari University of Singapore. Di era 1960-an, pernah menjadi guru besar kehormatan untuk mata kuliah ilmu seni lukis di Ohio state University, Colombia, Amerika Serikat.Ditemani Bapak Dedi yang pernah bersama Affandi selama 10 tahun, mengenal karya-karyanya. Pak Dedi banyak bertutur mengenai sejumlah makna dan keistimewaan lukisan Affandi.Sisi kehidupan Affandi sebagai pelukis ditunjukkan dalam 3 simbol. Matahari, tangan, kaki, simbol yang sarat makna filosofis hidup yang pernah ia torehkan di salah satu lukisannya.Ada matahari, tangan, dan kaki. Allah memberikan Matahari simbol sumber kehidupan yang tidak boleh dilupakan dan selalu harus disyukuri. Simbol tangan untuk selalu berkarya dan menghasilkan sesuatu yang baik. Simbol kaki untuk terus melangkah dan melangkah, berkarya tanpa henti sampai akhir hayat.Meski sudah terkenal, Affandi memilih hidup sederhana jauh dari kemewahan. Suka merendah, humanis, tidak sombong, tipikal yang lain. Affandi tidak lupa dengan makanan kesukaannya, yaitu nasi dengan tempe bakar.Perhatian dan kepekaan dengan alam lingkungan sekelilingnya sering ia tuangkan dalam lukisan. Karya berjudul Dead in My Hand tahun 1945, Fallen Plant in a Race Field tahun 1975, Parangtritis at Night tahun 1984, barulah sebagian kecil bukti persahabatan dengan alam sekelilingnya.Meski sudah terkenal dan karyanya diakui dunia, ia memilih rumah tinggal di pinggir Sungai Gajahwong. Lingkungan yang bersahabat dengan alam, memberikan kesan suasana asri, sejuk, tenang. Sama sekali tidak ada kesan mewah meski di dalamnya menyimpan karya yang bernilai ratusan juta rupiah.Melalui karya seni, Affandi menyatakan syukur kepada sang pencipta atas karunia bakatnya. Tidak lupa ia ungkapkan rasa syukur dengan terus berkarya dan memberikan yang berharga bagi dunia seni lukis negeri ini.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan