Jakarta - Tak hanya menikmati pesona alam, saat liburan di Sumba turis bisa lebih mengenal warga setempat dengan main ke kampung adat. Salah satunya Kampung Sodan.Kampung Sodan, adalah sebuah kampung adat di kecamatan Lamboya, Pulau Sumba. Menempuh jarak lebih kurang 45 Km dari Anakalang, melewati Kota Waikabubak lalu mengarah ke barat daya, kami memasuki sebuah kawasan perbukitan dengan kontur jalan yang naik-turun lengkap dengan tikungan tajam, tak lupa bentang alam Indah dan semak belukar di kiri-kanan jalan membuat perjalanan hari ini cukup menantang.Bonus matahari bersinar terik menjadikan petualangan ini sempurna. Memasuki desa Lamboya, jalan mulai rusak cukup parah. Menyeberangi sebuah sungai yang berair jernih dengan kedalaman 40 cm, mengalir deras membentang selebar 12Β meter.Kami yang berkendara sepeda motor menjelajah kawasan ini harus menghadapi kondisi jalan yang mulai rusak parah. Kombinasi tanjakan terjal dan batu lepasan membuat perjalanan menuju Kampung Sodan sedikit terkendala.Selalu berhati-hati melintasi jalan menanjak dengan batuan lepasan yang menutup permukaan jalan, hingga akhirnya kami tiba disebuah kaki bukit dengan ketinggian lebih kurang 60 meter. Kampung Sodan ada di atasnya. Kampung Sodan, sebagaimana kampung adat di Sumba yang masih asli, dibangun di dataran tinggi. Biasanya, bukit dengan jalan masuk terjal dan sulit didaki menjadi pilihan utama. Tujuannya, mempertahankan kampung dari serangan musuh akan lebih mudah jika bertahan pada posisi strategis, dan pintu akses masuk kampung dibuat menjadi satu pintu.Dan inilah kampung Sodan. Team harus mendaki jalan dengan kemiringan nyaris 40 derajat menuju pintu masuk kampung Sodan. Hanya akses masuk satu-satunya. Selebihnya hanya jurang terjal. Tiba di Kampung Sodan, Om Joni salah seorang sahabat yang menemani kami berasal dari suku Loli dan mampu berbahasa Sodan dengan baik, mengucapkan salam dalam bahasa setempat. Dan sebuah sahutan menggema dari arah kampung Sodan.Bapak Talo Goro, tetua Kampung Sodan sendiri yang menyahut seruan om Joni. Kami diterima di kampung ini. Alhamdulillah. Dan, sekali lagi jalan mendaki menuju rumah Bapak Talo Goro, harus kami lalui. Tiba di rumah Bapak Talo Goro, kami disuguhi sirih pinang sebagai salam dan tanda adat bahwa kami diterima dengan tangan terbuka. Tak lupa, kami juga menyerahkan sirih pinang yang kami bawakan untuk tanda niat baik kunjungan kami ke kampung ini.Dan selanjutnya, obrolan kami mengalir santai tapi tidak kehilangan arah. Sebatang rokok tembakau asli yang ditanam di depan rumah, dilinting dengan kulit jagung menjadi salam perkenalan dari Bapak Talo Goro dan menjadi simbol penerimaan dari beliau bahwa kami diterima dengan hangat.Kampung Sodan, yang belum tersentuh akses listrik dari PLN berada di sekitar 797 mdpl. Hawanya cukup sejuk. Kampung ini terdiri dari 33 rumah, yang semuanya masih asli, dibuat dari kayu Mayella dan yang dihuni oleh total 230 jiwa.Setiap rumah di Kampung Sodan dibangun dengan gotong royong dan kerjasama oleh 9 suku yang ada di satu Kampung Sodan. Suku-suku yang ada di dalam Kampung Sodan adalah Anamalanta, Ubuteda, Modu, Weeyelu, Marapati, Ubukawau, Weisola, Weemati dan Weesagora, dan Setiap suku, memiliki peran dan fungsi masing-masing didalam kehidupan keseharian kampung Sodan. Masyarakat Kampung Sodan menjaga dengan baik adat istiadat, budaya asli dan kearifan lokal yang menjadi kebanggaan masyarakat kampung ini. Termasuk kehidupan spiritual mereka yang memiliki keyakinan Merapu yang sekali setahun menyelenggarakan acara adat yang mereka sebut Poβdu.Sebuah acara sakral yang berlangsung sebulan penuh pada waktu yang telah ditentukan dengan menjalankan ritual, mentaati setiap perintah tetua adat dan menjauhi segala pantangan dan larangan. Tak butuh waktu lama, kami diajak untuk berkeliling kampung melihat kehidupan keseharian masyarakat kampung Sodan. Sungguh sebuah kesempatan berharga. Kami bisa melihat langsung kehidupan masyarakat Kampung Sodan yang masih asli, yang masih terjaga dengan baik. Luar biasa!
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!