Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka

Diaz Rossano - detikTravel
Rabu, 03 Feb 2016 14:30 WIB
loading...
Diaz Rossano
Bebatuan Bertumpangan di Tepi Pantai
Mercusuar di Pulau Besar
Perahu nelayan bersandar
Akar Pohon Bakau
Hutan bakau mengitari pantai
Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka
Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka
Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka
Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka
Pantai Pulau Besar yang Perawan di Bangka
Jakarta - Pulau Bangka menyimpan sejuta pesona keindahan pantai yang tiada habisnya. Salah satunya adalah Pantai Pulau Besar yang terletak di Desa Batu Betumpang, Kabupaten Bangka Selatan.Pantai ini berjarak sekitar 110 Km dari Pangkalpinang yang merupakan ibukota Provinsi Bangka Belitung melalui jalur Sungaiselan. Sementara bila melalui Koba jaraknya lebih jauh, sekitar 20 Km. Namun jalannya lebih lebar karena merupakan jalan provinsi yang menghubungkan Toboali dengan Pangkalpinang. Waktu tempuhnya sekitar 2,5 - 3 jam perjalanan, membelah perbukitan di tengah Pulau Bangka. Perjalanan juga dihiasi dengan pemandangan bekas galian tambang timah yang menimbulkan cekungan-cekungan berwarna putih tanda tanahnya mengandung kapur. Sebagian terisi air yang sempat heboh menjadi Danau Kaolin.Menjelang masuk Desa Batu Betumpang, terdapat kawasan transmigrasi yang tergabung dalam Kota Terpadu Mandiri (KTM) Batu Betumpang. Kondisinya tampak kurang terawat, ditandai dengan tingginya ilalang serta permukaan jalan yang mulai rusak tergerus air. Di sini terdapat kantor kecamatan Pulau Besar saja yang masih tampak berfungsi. Saya hanya masuk sebentar saja untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke arah pantai.Tiba di perkampungan desa, tampak perempatan tanpa ada tanda petunjuk arah apapun. Setelah bertanya kepada pemilik warung di tepi perempatan, perjalanan lanjut mengikuti lurusnya jalan. Tak sampai 5 menit tampak gerbang masuk obyek wisata Pulau Besar. Setelah itu tak ada tanda-tanda bayar parkir atau retribusi, dan saya langsung menuju pantai. Nyaris tak tampak tanda-tanda kehidupan, hanya satu dua orang nelayan saja sedang menyandarkan perahunya. Tak terlihat pula warung kopi atau tempat penyewaan alat renang, begitu juga villa-villa kecil penanda kehidupan ekonomi yang berputar di sini. Mungkin karena saat itu bulan puasa sehingga mereka baru bermunculan di sore hari.Pantainya sendiri terlihat masih alami, dikelilingi oleh hutan bakau yang masih hijau dan belum terjamah tangan-tangan jahil. Demikian pula pantainya yang masih perawan. Tak tampak sentuhan manusia dalam bentuk bangunan atau peningkatan kualitas lingkungan pantai. Semua berlangsung alamiah, apa adanya dan sangat tergantung kondisi alam dan cuaca. Hanya tampak bangunan mercusuar di sebuah pulau tak jauh di hadapan. Sepertinya bangunan tersebut masih aktif memandu kapal-kapal yang melalui Selat Bangka menuju muara Sungai Musi.Saya sendiri tidak terlalu lama berada di sana. Hanya sekedar mengambil beberapa foto dan berjalan-jalan di sekitar pantai, namun tak sempat menyeberangi pulau mercusuar walaupun bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Mengingat waktu yang semakin mendekati sore hari. Alangkah sayangnya potensi obyek wisata ini bila dibiarkan begitu saja tanpa sentuhan pemerintah daerah yang berpeluang mendongkrak pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Hide Ads