Laskar Gerhana
Misteri Kamar Hotel 111 di Ternate
Kamis, 17 Mar 2016 19:00 WIB

mochamad nuzulul arifin
Jakarta - Setiap orang pasti berharap dapat istirahat nyaman di hotel. Tapi jika mendapatkan pengalaman mistis, bagaimana dong?Pertama kali memasuki pelataran hotel tempat Laskar Gerhana Detikcom menginap di Ternate, perasaan saya tidak nyaman. Berhubung saat pertama kali masuk hanya berupa briefing dari tim detikTravel, perasaan tersebut tidak sampai membuat saya terganggu. Namun akhirnya ada kejadian juga saat pertama kali masuk kamar 111 di hotel tersebut.Kebetulan saya check-in hotel mendahului teman-teman yang lain. Kondisi kaki yang bengkak luar biasa tak memungkinkan saya untuk melanjutkan agenda lainnya. Maka dengan kebaikan salah satu karyawan hotel, saya pun sempat diantar ke klinik untuk rawat luka. Setelah sempat makan bakso hangat, saya putuskan untuk merebahkan sebentar badan yang sangat penat ini.Keanehan pertama yang tidak saya sadari adalah ketika remote AC, telepon kamar, dan welcome drink tidak ada. Dengan susah payah saya menyeret kaki untuk menemui staf hotel di lantai dasar. Belum sempat turun, saya pun bertemu seseorang yang mengaku karyawan hotel tersebut. Maka bersama-sama kami mengecek kamar.Dengan nada keheranan, dia mengaku bahwa baru siangnya sebelum saya check-in telah menata kamar sesuai prosedur yang ada. Artinya, remote AC, welcome drink, dan telepon kamar sudah siap digunakan. Kemudian sembari meminta maaf, dia pun berusaha untuk memenuhi kelengkapan kamar tersebut. Ini tak berlangsung lama, sekitar 10 menit, semuanya sudah beres.Karena letih yang luar biasa, setelah saya bersih-bersih badan, saya mencoba untuk rebahan. Namun sayang, belum sampai 2 menit, brakk! Tiba-tiba terdengar suara pintu terbanting keras. Saya pikir pintu kamar sebelah atau depan yang menutup. Saya pun tetap cuek. Braakk! Untuk kedua kali bunyi pintu dibanting. Saya coba cek pintu kamar, ternyata tetap tertutup seperti posisi semula. Namun saya mulai curiga dengan pintu lemari yang bila ditutup memang bisa bersuara keras. Masalahnya, siapa yang membuka atau menutup? Sementara saya tinggal sendirian di dalam kamar.Dengan perasaan yang cukup penasaran, saya pun mencoba untuk tidak menghiraukan. Segera saya laksanakan salat Isya yang saya jamak qasar dengan salat Maghrib di atas kasur. Kemudian tidak ada kejadian apa-apa lagi di dalam kamar. Hingga bunyi 'brak' ketiga pun sampai membuat saya terperanjat.Bunyi pintu almari yang ditutup ini sangatlah keras. Di lain kesempatan, ternyata panitia lokal yang menghuni kamar depan saya pun katanya sempat mendengar suara keras tersebut. Apalagi saat itu memang pas dengan kedatangan teman-teman rombongan Laskar Gerhana Detikcom ke hotel.Mengingat suasana yang tak nyaman lagi, saya pun mencoba untuk mengalah dengan mahluk apalah yang mungkin sebel dengan saya. Restoran bawah menjadi pilihan saya untuk nongkrong plus ngopi. Sekalian memanfaatkan fasilitas WiFi untuk mengirim beberapa gambar ke kanal-kanal detikcom. Tak lupa sempat saya guyon dengan teman-teman kalau saya lagi sebel sama 'sesuatu'.Ternyata kejadian aneh masih saja terjadi. Tiba-tiba listrik di lantai 2 padam. Padahal posisi saklar listrik saat itu masih 'on'. Sebagaimana disampaikan oleh staf hotel yang sempat saya tanya pas memesan kopi. Nah, di sinilah saya mulai curiga atas kejadian-kejadian tersebut.Saat saya memesan kopi untuk yang ke-2 kalinya, saya pun sempatkan bercengkerama dengan salah satu supervisor yang sedang piket. Bertanya hal ihwal hotel yang sebenarnya cukup lumayan ini. Maksudnya, cukup bagus kondisi interiornya, sayang kondisi dari luar terlihat kurang menarik. Apalagi jika malam hari.Saya pun bercerita tentang nomor kamar saya, 111. Dimana 3 kali saya diajak 'kenalan' dengan cara yang sama. Sambil menanyakan nama salah seorang staf yang membantu saya sore sebelumnya."Si R, itu sudah lama ke luar, Bapak. Dia pindah kerja hotel," ungkap sang supervisor."Haaahhh...?" spontan rasa kaget pun menyergap."Lha, mas-mas tadi itu siapa?" tanya saya penasaran. Maklumlah, lha wong dia memang yang mengantarkan saya ke klinik, membelikan bakso, dan melengkapi fasilitas kamar."Aduh, masak demikian, Bapak?" malah saya gantian yang ditanya."Terus... kejadian model yang saya alami, apa pernah menimpa penghuni kamar sebelumnya?" tanya saya berusaha memastikan."Pernah ada. Itu yang bunyi pintu lemari menutup sendiri. Tapi kalau Bapak mau pindah kamar, boleh kok. Bapak bisa pindah di kamar 201. Tapi terpaksa harus naik tangga lagi. Tapi posisi tepat di depan tangga. Nggak jauh," kata petugas hotel."Ah, nggak apa-apa kok. Saya tetap saja di situ. Saya sudah biasa berkenalan dengan hal begituan. Semoga teman sekamar saya saja nggak sampai diganggu," sahut saya meyakinkan.Nah, usut punya usut, ternyata beberapa teman mengalami kejadian yang cukup beragam. Sampai ada yang sampai merasa 'dimarah-marahi' oleh mahluk gaib. Hal itu menjadi bahan guyonan kami saat bersiap untuk meninggalkan hotel tersebut.Dalam hati pun saya sempat sewot saat ingat guyonan dengan salah seorang sahabat yang asli Tidore. Kalau saya merasa kerasan di Ternate, pastilah nanti akan ada 'beberapa teman' yang mengajak kenalan. Sebagaimana hal-hal mirip yang pernah saya alami saat kedatangan saya di Pulau Morotai tahun 2000 yang lalu."Ah, Ternate. Kau memang bumi penuh misteri," gumamku dalam hati.
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour