Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisata Bahari

Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon

Phoolan Devi - detikTravel
Rabu, 11 Nov 2015 15:42 WIB
loading...
Phoolan Devi
Dermaga Pulau Peucang
Air jernih di Pulau Peucang
Pulau Panaitan
Dermaga Pulau Panaitan
Tempat penangkaran badak
Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon
Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon
Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon
Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon
Perjuangan Menuju Surga di Ujung Kulon
Jakarta - Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat Banten merupakan tempat koservasi dari Badak Jawa yang langka. Tapi kadang perjalanan menuju Ujung Kulon yang indah tidaklah mulus dan membutuhkan perjuangan.Dari sekian banyak open trip yang pernah saya ikuti, perjalanan ke Ujung Kulon ini adalah yang paling penuh liku-liku. Mulai dari bus yang kelebihan muatan, sopir bus yang ngebut dan berhasil membuat kami para wanita berteriak histeris sepanjang perjalanan, sampai bus mogok berjam-jam.Sempat akan menyerah dan memilih untuk kembali pulang setelah beberapa kali bus mogok. Dua kali mogok masih bisa jalan lagi, tapi untuk yang ketiga kalinya, kami terpaksa tidur di pinggir jalan karena bus tidak bisa jalan sama sekali. Harus ganti sparepart dan tidak ada bengkel yang buka di pagi buta, apalagi di daerah kampung. Akhirnya saya menyerah, memilih menikmati tidur dengan selonjoran kaki di kursi teras penduduk sampai pagi.Sudah pagi, dan sarapan pun harus kami habiskan di pinggir jalan. Semangkuk mie rebus dan teh hangat saja sudah nikmat sekali rasanya. Lelah menunggu bus yang tak kunjung bisa jalan, kami pun berencana untuk naik truk pasir sampai ke Desa Sumur. Tapi sopir bus memaksa untuk tetap naik bus dan meyakinkan bahwa bus tidak akan mogok lagi. Baiklah, kami akhirnya melanjutkan perjalanan setelah kurang lebih 7 jam terombang-ambing tidak jelas di pinggir jalan.Sampai di Desa Sumur kami makan siang, unpack beberapa barang, lalu kemudian melanjutkan perjalanan. Awalnya saya kira akan naik perahu dari dermaga, tapi ternyata tidak. Saya harus berjalan agak ke tengah dulu karena perahu-perahu tidak bisa merapat ke tepi. Jadilah saya sibuk mengangkat celana, menenteng sandal, dan membawa tas ransel. Sudah seperti pengungsi saja. Tujuan pertama dan satu-satunya hari ini adalah Pulau Peucang. Meskipun harus gagal snorkeling karena sudah terlalu sore, saya mendadak bersemangat begitu sampai di pulau ini. Baru menginjakkan kaki di dermaga saja sudah terasa indahnya. Dermaganya bersih dari sampah, ada perahu-perahu kecil rapi berjajar, dan ada bendera merah putih yang dengan gagah berkibar ditiup angin.Turun ke pantai ada beberapa sampah daun kering yang berserakan. Tapi selebihnya saya tetap terpesona dengan pulau ini. Kecil, cantik, dan memanjakan mata. Apalagi warna laut biru toscanya, rasanya tidak afdol kalau belum basah-basahan di laut yang secantik ini.Puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Panaitan. Mendirikan tenda, mandi, dan unpack barang bawaan. Sebenarnya saya ingin menikmati matahari terbenam di tepi pantai, tapi apa daya matahari tak menampakkan dirinya sore ini. Jadi kami memilih masuk tenda sambil menunggu makan malam. Lepas makan malam, kami pun tertidur karena kelelahan. Selain kami, ada beberapa tenda yang juga bermalam di sini. Ada lahan kosong yang cukup luas yang memang dimanfaatkan oleh para backpacker untuk mendirikan tenda. Tapi sayangnya, pulau ini belum memiliki fasilitas toilet yang memadai. Hanya ada satu toilet di dalam rumah penduduk yang antrenya luar biasa, dan ada satu sumur yang dijadikan kamar mandi dengan penutup terpal seadanya. Saya lebih memilih untuk antre di sumur ini karena antriannya lebih pendek. Lumayan lah bisa mandi pagi meskipun harus susah payah menimba air dari sumur dengan timba yang sangat tidak memadai. Selesai mandi, packing, dan beres-beres tenda, kami siap melanjutkan perjalanan!Tujuan kami hari ini adalah snorkeling dan melihat badak di penangkaran. Perjalanan yang cukup jauh, panas yang menyengat, dan kondisi tubuh yang kurang sehat akibat terlalu lelah kemarin membuat saya terkapar tak berdaya alias mabuk laut. Boro-boro snorkeling, melihat pemandangan bawah laut dari atas kapal saja sudah membuat saya mual. Tapi rasa pusing saya terobati begitu kami menepi. Yap, kami akan melihat penangkaran badak. Saya excited sekali selama tracking menuju tempat penangkaran. Tapi begitu sampai di sana, sepi. Tidak ada badak yang menampakkan diri sama sekali. Usut punya usut, ternyata sebelum kami datang, ada rombongan pengunjung yang memaksa untuk berfoto dengan badak dari jarak dekat. Makanya mereka pergi bersembunyi masuk ke hutan. Oh iya, konon katanya badak-badak ini tidak suka dengan suara berisik. Jadi pengunjung yang ingin melihat mereka lebih baik tidak banyak berbicara atau mengeluarkan suara-suara gaduh.Setelah kecewa karena tidak bisa melihat badak, kami melanjutkan perjalanan dan siap-siap pulang ke Jakarta. Sampai di bus, semua kursi sudah terisi penuh, tak menyisakan satu tempat pun. Well, sepertinya giliran saya yang tidak mendapatkan tempat duduk kali ini. Para lelaki yang sebelumnya mengalah demi memberikan tempat duduk ke para wanita nampaknya sudah terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanan pulang dengan duduk di lantai bus yang tidak nyaman. Baiklah, tidak masalah!Meskipun tidak banyak yang bisa saya explore selama dua hari di sini, tapi pengalaman yang luar biasa ini tidak akan pernah saya lupakan. Banyak kejadian-kejadian menyedihkan dan menguras emosi yang kami alami, tetapi kami tetap bisa bahagia dan menikmati apa yang ada. Bukankah memang tidak semua yang kita rencanakan itu selalu berjalan mulus sesuai ekspektasi?
Hide Ads