Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja

Saskia Rajayani - detikTravel
Selasa, 17 Nov 2015 18:05 WIB
loading...
Saskia Rajayani
Silaunya mentari sore menambah eksotiknya tempat ini
Berfoto bersama susunan batu
Tengkorak yang ada di dalam batu
Batu raksasa berbentuk oval tempat meletakkan mayat
Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja
Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja
Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja
Desa Bori, Situs Warisan UNESCO di Toraja
Jakarta - Desa Bori di Toraja merupakan salah satu 'situs warisan dunia UNESCO.' Di desa tersebut juga terdapat sejumlah susunan batu menhir bernama Rante Kalimbuang yang unik.Satu daerah paling tersohor di Sulawesi Selatan dan bahkan di dunia adalah Toraja. Toraja dari kata To Riaja yang berarti orang yang bermukim di daerah atas. Dalam hal ini berarti daerah pegunungan.Jika berjalan-jalan ke sini, 1.000 persen budaya dan adat istiadat setempat masih sangat kental. Setelah beberapa kali mengunjungi daerah ini, ada saja hal yang memanjakan mata saya dengan hal yang baru. Semua mungkin sudah sangat familiar dengan acara upacara kematian atau panorama gunung di Sesean, makam batu di tebing-tebing. Tapi kali ini saya akan menunjukkan satu lagi sisi unik dari Toraja dengan pemandangan batunya. Sore hari menjelang maghrib, saya dan keluarga menuju satu tempat yang bernama Bori atau dikenal dengan Rante Kalimbuang. Bori masih terletak di Kota Toraja Utara. Tempat ini menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO, yaitu adanya Batu Simbuang yang menyerupai menhir. Bisa dibilang punya kemiripan dengan stonehengenya Inggris, atau kalau yang ada di Indonesia ada di Kebumen. Nah, batu-batu ini ditanam dan diambil dari gunung- gunung yang ada di Toraja. Untuk membangun situs megalith ini, masyarakat setempat harus mengadakan satu ritual khusus yang bernama 'Rapasan Sapurandanan.' Bukan hanya itu, untuk ritual tersebut jumlah kerbau yang dikorbankan minimal 24 ekor. Menurut kepercayaan adat setempat, semakin tinggi menhir yang didirikan, semakin tinggi pula derajat kebangsawanan seseorang. Untuk menanam batu ini, diperlukan dibuthkan beratus-ratus lelaki. Caranya yaitu dengan ditarik menggunakan batang pohon dan tali temali dari bambu. Kurang lebih sepertiga dari batu ini ditanam dalam tanah. Tercatat ada 102 batu yang tertanam di kawasan ini dengan beraneka macam ukuran. Untuk para wisatawan, tidak akan dimanjakan dengan batu-batuan itu saja. Akan tetapi juga bisa melihat beberapa makam yang ada di batu, kuburan bayi dan rumah tongkonan pastinya.
Hide Ads