Mendaki Gunung Merbabu Via Desa Cuntel? Bisa!
Selasa, 07 Apr 2015 17:10 WIB
Suminar Inar
Jakarta - Jalur pendakian menuju puncak gunung biasanya ada berbagai macam, tidak hanya satu jalur saja. Begitu pula dengan Gunung Merbabu di Jawa Tengah, Anda pun bisa mendaki puncak gunung ini dari Desa Cuntel. Seperti apa?Berawal dari teman saya, Tresna, yang akan mendaki gunung Merbabu seorang diri, akhirnya saya pun ikut dalam pendakian ke Gunung Merbabu bersama Tresna. Walaupun posisinya Tresna lebih dulu tiba di Semarang, saya menyusul Tresna keesokan harinya. Gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3.145 MDPL masuk ke dalam beberapa wilayah di Jawa Tengah, yaitu Magelang, Boyolali, Salatiga, dan Semarang. Ada beberapa jalur menuju puncak gunung Merbabu. Dalam pendakian kali ini kami memilih untuk naik melalui jalur Desa Cuntel di Salatiga dan turun melalui Desa Selo di Boyolali.Hari pertama setelah bertemu dengan Tresna di stasiun Tawang, sekitar pukul 13.00 dini hari. Karena hari masih terlalu pagi, kami beristirahat dahulu di stasiun Tawang. Kemudian pukul 17.00 kami mencari angkot menuju terminal Terboyo, Semarang, untuk menuju Salatiga dengan menaiki bus jurusan SemarangβSolo. Sekitar pukul 18:30 kami menaiki angkot menuju basecamp pendakian Cuntel yang terletak di kawasan wisata Kopeng dengan biaya Rp 5 ribu per orang. Sekitar pukul 17:30 kami tiba di pintu gerbang Wisata Air terjun Umbul Songo, di mana di tempat itu banyak sekali tempat makan. Tanpa pikir-pikir lagi, kami langsung menuju tempat makan untuk sarapan pagi dengan pecel dan telor dadar. Setelah kelar makan, kami melakukan pendakian kecil menuju posko pendakian Cuntel dan istirahat di sini sekitar 20 menit untuk mempersiapkan pendakian sekaligus melakukan pendaftaran pendakian.Sekitar pukul 09.00 kami memulai pendakian dengan berdoa bersama terlebih dahulu. Trek awal kami melewati areal perkebunan dengan trek cukup menanjak. Sekitar pukul 09:40 kami tiba di pos bayangan 1 dan kami istirahat sejenak di sini. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kembali dan mulai memasuki hutan yang tidak terlalu rapat dengan tanjakan tidak terlalu terjal. Sekitar pukul 11.00 kami tiba di pos bayangan 2 dan kami istirahat cukup lama karena sekalian ngopi dan memakan cemilan dari rumah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan medan yang masih tidak terlalu terjal. Sekitar pukul 13.00 kami tiba di Pos 1 dan kami istirahat di sini. Karena sangat rindang dan sejuk, jadi kami istirahat cukup lama sambil foto-foto tentunya.Sekitar pukul 14.00 kami tiba di Pos 2 dan kami istirahat lagi, sambil menikmati pemandangan yang berbukit-bukit dan masih rindang. Sudah pasti tentu kita ngopi lagi. Sekitar pukul 15:30 kami tiba di Pos 3 atau orang-orang biasa menyebutnya Kergo Pasar.Areal Pos 3 ini terbilang luas dengan pemandangan yang indah, karena dari pos ini sudah terlihat Gunung Sindoro dan Sumbing. Kita juga dapat melihat lautan awan yang bergumpal-gumpal dan memiliki keindahan tersendiri. Selepas pos 3, trek pendakian mulai terjal dan terbuka, dengan debu-debu yang berterbangan. Serasa kami sedang di atas awan, sering kali kita mendengar suara gamelan. Kami bersyukur karena hari itu sangat cerah sekali, hal ini ditandai dengan masih terangnya matahari bersinar walaupun jam sudah menuju pukul 16:30.Kami terus berjalan menapaki jalur tanah yang berdebu sampai akhirnya kami berhenti sejenak menjelang pukul 18.00 untuk menikmati matahari tenggelam di ufuk barat. Sungguh ini pemandangan yang sangat indah dengan lautan awan yang begitu memukau.Pemandangan unung Sindoro-Sumbing di kejauhan melengkpi keindahan sunset sore ini. Perlahan matahari tenggelam dan kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4.Sekitar pukul 18.00 kami tiba di Pos 4 atau biasa disebut Pos Pemancar karena memang terdapat menara pemancar yang terbilang tinggi. Di sini sudut pandang sangat terbuka dan kami bersyukur malam itu pemandangan sangat indah, bahkan bisa dibilang sangat sempurna. Bulan purnama bersinar dengan indah dan terangnya, bintang-bintang bersinar kerlap-kerlip di kejauhan, angin yang tenang, serta lautan awan masih terlihat dengan pemandangan Gunung Sindoro dan Sumbing di kejauhan. Kami memutuskan istirahat dan buka tenda tidak jauh dari pemancar dan agak posisinya menjorok ke bawah.Kami membangun tenda dengan disertai angin dan kabut yang tebal, tanpa terasa, tenda kami sudah jadi. Kami memasak masakan sebagai gantinya makan siang. Kami pun makan dengan lahapnya. Entah kenapa di keheningan setelah senja, yaitu tepatnya waktu setelah Magrib, kami mendengar sesosok manusia yang sedang menaiki trek dengan nafas yang terengah-engah, akan tetapi kami tidak dapat melihat sosoknya. Kami sangat penasaran, tentunya parno juga mendengar suara tersebut. Sampai-sampai suara tersebut mengelilingi tenda kami.Sebagai catatan, Pos 4 atau Pos Pemancar ini merupakan puncak kedua dari 7 puncak yang dimiliki oleh Gunung Merbabu, karena gunung Merbabu dikenal dengan 7 summit-nya dengan pemandangan yang bisa dibilang paling indah jika dibandingkan dengan gunung lain di Jawa Tengah. Adapun 7 puncak tersebut adalah Watu Gubuk, Pemancar/Watu Tulis, Geger Sapi, Syarif, Ondo Rante, Kenteng Songo dan Puncak Merbabu. Jika kita naik dari jalur Cuntel kita bisa menikmati 5 puncak Merbabu. Sedangakan 2 puncak lagi yaitu puncak Watu Gubuk dan puncak Ondo Rante bisa ditemui melalui jalur yang lain.Hari kedua pendakian, sekitar pukul 07.00, kami bangun dan kemudian membongkar tenda untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak. Setelah semua siap, sekitar pukul 08.00 pagi, kami melanjutkan perjalanan ditemani udara pagi yang dingin. Sinar matahari berkilau dengan indahnya dengan view lautan awan dan si kembar Sindoro-Sumbing di kejauhan. Lagi-lagi ini pemandangan yang sangat indah. Kami pun menikmatinya dengan penuh hikmat, sudah tentu pasti sambil menikmati segelas kopi dan sepotong roti dicampur dengan racikan kopi hitam ala Salatiga.Setelah puas menikmati sunrise kami melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 08.30, kami tiba di puncak Geger Sapi (puncak ketiga). Sekitar pukul 09.00 kami tiba di pos persimpangan antara puncak Syarif dan puncak Kenteng Songo. Kami pun istirahat di sini sambil bercengkrama dengan Tresna, sembari menikmati pemandangan yang indah.Kemudian kami menuju puncak Syarif dengan jarak tempuh hanya sekitar 15 menit saja. Di puncak Syarif ini (puncak keempat) kita disuguhkan pemandangan yang sangat indah. Kita bisa melihat Gunung Merapi dengan gagahnya di kejauhan, si kembar Sindoro-Sumbing, lautan awan yang memukau, serta bukit-bukit di puncak Kenteng Songo.Setelah puas menikmati puncak Syarif, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Kenteng Songo (puncak keenam). Sekitar pukul 11.30, kami tiba di puncak Kenteng Songo dan langsung menuju puncak Triangulasi (puncak ketujuh) yang bisa dicapai dengan waktu tempuh 5 menit saja dari puncak Kenteng Songo. Kami bersyukur dapat mencapai puncak dengan selamat dan disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Dari sini puncak Merapi terlihat sangat jelas dengan gagahnya dan warna khasnya abu-abu. Lautan awan yang indah memukau terlihat jelas juga dari sini. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah.Setelah puas menikmati keindahan puncak Gunung Merbabu, sekitar pukul 13.00 kami turun melalui jalur Selo. Jalur Selo didominasi dengan padang savana yang menghampar luas, bukit-bukit yang indah, serta banyak jalur yang kalau kita tidak sigap akan menemui kendala yaitu kesasar.View gunung Merapi yang terus-menerus terlihat menemani perjalanan turun kami. Dan kami melalui beberapa pos yaitu: Pos 4 (Sabana 1), Pos 3 (Batu Tulis), Pos 2 (Pandean), Pos 1 (Dok Malang), Dan yang terakhir basecamp Selo. Berikut ini adalah perkiraan waktu tempuh tiap pos: Puncak β Pos 4 sekitar 1,5 jam, Pos 4 β Pos 3 sekitar 1,5 jam, Pos 3 β Pos 2 sekitar 30 menit, Pos 2 β Pos 1 sekitar 45 menit, Pos 1 β Basecamp Selo sekitar 1 jam.Tibalah kami di pos bawah Selo sekitar pukul 17.30, menikmati nasi goreng dan secangkir Kopi hitam panas di warung Selo. Itulah tulisan kecil dari saya yang bisa dituliskan, semoga bermanfaat untuk semuanya. Salam Adventure Gunung Merbabu! Sampai jumpa lagi. Kami akan menaikimu Lebaran tahun ini.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!