Melihat Indahnya Lautan Awan di Puncak Sikunir
Jumat, 08 Mei 2015 10:40 WIB

Emanuel Ndelu Wele
Jakarta - Akhir pekan ini, traveler bisa coba mendaki sebagai pilihan aktivitas yang menyenangkan. Tak hanya gunung, bukit pun cukup menggoda untuk didaki, termasuk Sikunir. Bukit di Wonosobo ini memang favoritnya para wisatawan!Deru mesin truk pengangkut sayur yang kami tumpangi semakin kencang terdengar saat melewati medan menanjak dan berkelok. Sesekali truk ini berhenti, guna memberi jalan kepada pengendara sepeda motor dari depan karena jalanan ini cukup sempit. Sesaat kemudian teriakan si supir mengagetkan kami.Segera kami berempat pun turun setelah mengucapkan banyak terimakasih kepada si supir yang baik hati. Oh iya, perjalanan kali ini rencananya akan menggapai Puncak Sikunir yang terkenal dengan 'Golden Sunrisenya.' Berangkat sendirian dari Jakarta dengan menumpang bus ekonomi jurusan Jakarta-Wonosobo. Setelah tiba di Wonosobo, dilanjutkan dengan menumpang mini bus jurusan Wonosobo-Dieng. Dari sinilah berjumpa dengan tiga sahabat baik dari Solo. Akhirnya kami sepakat sama-sama melakukan perjalanan kali ini.Β Setelah 15 menit menapaki jalan tanjakan, kita akan menjumpai sebuah gapura yang cukup besar, dan di atasnya bertuliskan 'Welcome to Sembungan Village, Desa tertinggi di Pulau Jawa.'Dengan ketinggian 2.306 mdpl, tempat ini sangat layak untuk menyandang predikat sebagai desa tertinggi. Apalagi disertai dengan cuacanya yang sangat dingin. Bayangkan saja, suhu di siang hari saja bisa mencapai 16 derajat celcius. Brrr!Β Melintasi jalanan di tengah desa yang elok ini, membawa kita terkagum-kagum dengan panorama alamnya yang mempesona. Penduduknya yang ramah, membuat kita seolah berada di kampung sendiri. Di ujung desa ini kita akan menjumpai sebuah bangunan kecil yang berfungsi sebagai pos pendakian. Di sini kita wajib melapor jumlah personil, waktu pendakian, tempat mendirikan tenda, dan membayar tiket masuk dengan tarif Rp 5.000 per-orang.Β Setelah menyelesaikan semua registrasi, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi area perkebunan penduduk setempat khas daerah pegunungan. Sesekali berpapasan dengan warga yang hendak pulang ke rumah, setelah seharian beraktifitas di ladang.Sesaat kemudian, di depan mata kita akan nampak sebuah telaga yang sangat indah. Penduduk setempat menamakan Telaga Cebong. Kami seakan terhipnotis dengan keindahannya. Kami pun memutuskan mendirikan tenda di salah tepian telaga ini, apalagi hari telah beranjak sore.Ternyata disini sudah banyak pendaki lain yang mendirikan tendanya. Senyum sapa dengan sesama pendaki mengobati rasa lelah selama perjalanan. Di sini kita sudah seperti saudara, tak ada jarak yang memisahkan. Hal seperti ini, sering kami jumpai ketika melewati pendakian-pendakian di gunung lainnya.Setelah selesai makan malam dan bercengkerama ria dengan sesama pendaki, kami berempat segera tidur, karena akan bangun subuh untuk melanjutkan pendakian ke puncak. Tepat pukul 04.00 subuh, kami segera bangun.Disertai bunyi alarm yang mengusik pagi nan dingin menusuk kulit. Nampak di sisi luar tenda, butir-butir embun masih menempel dengan damainya. Segera kami mempersiapkan peralatan pendakian seperti head lamp, baju hangat, kamera, air mineral, dan beberapa makanan ringan sebagai bekal buat di puncak nanti.Diawali dengan doa bersama, kami pun mulai mendaki dan berjalan di pagi yang buta ini. Waktu tempuh ke puncak sekitar 30-60 menit. Dengan menapaki jalanan yang sangat terjal beralaskan batu-batuan sedang yang disusun rapih. Sekilas kami mengarahkan head lamp ke kiri jalan, nampak jurang nan dalam tak berdasar. Merinding jadinya!Satu jam pendakian membawa kami perlahan menapaki 'Puncak Sikunir.' Di tempat ini sudah banyak teman-teman pendaki yang terlebih dahulu sampai. Seperti biasa, saling menyapa, senda gurau, dan berjabat tangan sudah menjadi tradisi di antara kami sesama pendaki. Sembari menanti sang fajar, kami pun segera mencicipi bekal yang kami bawa. Tak lama berselang, langit di ufuk timur sudah mulai merekah, pertanda sang mentari akan segera keluar dari tidur panjangnya. Tawa renyah dan teriakan histeris pendaki lain menyatu dengan keindahan maha karya sang Pencipta. Tak bisa dilukiskan lagi dengan kata-kata, ketika menyaksikan semua ini. Kami mengabadikan semuanya dengan kamera kesayangan, tak ingin melewatkan ini semua.Β Puas berfoto ria di puncak, kami memutuskan segera turun. Perjalanan turun kali ini sangat memanjakan mata. Nun jauh di bawah sana terhampar pemukiman penduduk yang diapit oleh ladang-ladang yang berundak. Keindahan Telaga Cebong terpampang dengan anggunnya. Sementara Gunung Merapi, Merbabu, dan Prau terlihat mempesona bak mengapung di lautan awan yang menghampar.Pukul 10.00 pagi kami pun sampai di area kemping. Setelah selesai makan pagi dan re-packing peralatan pendakian, kami segera beranjak meninggalkan tempat ini. Lagi-lagi menumpang truk pengangkut sayur bersama pendaki yang lain, dan melanjutkan perjalanan pulang ke Terminal Bus Mendolo, Wonosobo.Kami pun akhirnya berpisah di sini. Setelah sempat tukar nomor handphone. Tiga orang teman kembali ke Kota Solo, saya sendirian kembali ke Jakarta. Sungguh akhir pekan yang menyenangkan di Puncak Sikunir.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol