Serpihan Surga di Nagari Saniang Baka, Sumbar
Rabu, 20 Agu 2014 14:35 WIB

Hervina Ahmad
Jakarta - Perbukitan di Nagari Saniang Baka menyimpan potensi wisata yang luar biasa, dengan panorama alam yang sangat indah. Gunung Marapi, Singgalang, dan Tandikat, bisa terlihat bersamaan jika cuaca cerah.Tak akan ada habisnya jika menceritakan keindahan negeri ini, setidaknya bagi saya pribadi. Negeri yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Tak perlu jauh ke luar negeri untuk memanjakan mata, negeri ini sudah lebih dari cukup mewakili kekuasaan-Nya. Negeri serpihan surga ini membuat saya semakin jatuh cinta. Negeri ini kampungku, tanah kelahiran, dan tempat menghabiskan seluruh hidup ini nantinya.Kesempatan pulang kampung untuk kedua kalinya ditahun 2014 ini tidak saya sia-siakan begitu saja, kembali menjelajah keindahan negeri ini. Beruntung sekali pada saat itu cuaca hampir setiap hari cerah, walau dengan panas yang sangat menyengat. Namun hal itu tak jadi masalah, akan sangat sayang sekali jika pulang kampung hanya di rumah saja.Di suatu siang, saya bersama Rendy Febrianto dan kakaknya, Siska Alfionita pergi ke daerah perbukitan di Saniangbaka. Saya kurang tahu nama-nama tempat di perbukitan itu, tapi kami naik dari Palo Banda, melewati jalan yang baru di buka baru-baru ini. Jalan tersebut sudah lumayan bagus, jadi jika cuma punya motor matic juga masih bisa ke sana. Kami ke sana pakai motor matic karena tidak punya motor yang gede-gede buat ke ladang itu atau buat offroad.Sebelumnya saya juga pernah ke sini, awal tahun kemarin bersama beberapa teman. Berbekal ingatan itu saya memandu perjalanan, namun karena ada perubahan-perubahan dan banyak simpang-simpang, kami tidak sampai di tujuan. Ada peristiwa lucu saat kami ke sana. Saat mencoba melewati jalan yang lain karena tidak sampai juga di tujuan, kami melewati sebuah jalan yang terhalang oleh kayu-kayu dan sampah-smapah sehingga tidak bisa dilewati. Di bagian atas jalan tersebut ada sebuah excavator yang sedang membersihkan lahan. Di saat kami mencoba membersihkan jalan untuk kami lewat dan mencoba melewati kayu-kayu tersebut, tiba-tiba excavator itu menuju tempat kami. Seketika kami panik, berusaha mundur tapi tidak teratur. Uni Siska langsung tancap gas menjauh dari tempat tersebut. Setelah excavator itu lumayan dekat, barulah kami mengetahui bahwa niat orang yang menjalankan itu baik, yaitu memindahkan kayu-kayu yang berserakan dijalanan itu agar kami bisa lewat.Akhirnya kami bisa lewat, kebetulan saat itu ada seorang bapak yang hendak pergi ke ladangnya atau ke mana. Karena melihat kami agak sedikit kebingungan, kami bertanya kepada bapak tersebut tentang tujuan kami, dan si bapak yang baik itu menunjukkan kami jalannya, bahkan mengantar kami ke sana. Walaupun kami tersesat, tapi itu juga anugerah karena pemandangannya tidak akan membuat menyesal. Kami tersesat dijalan yang indah. Di sanalah kami tersesat, indah bukan? Jalan itu menuju Pinang, kalau mau pulang bisa lewat sana. Tapi karena kami bukan mau pulang, kami balik lagi mencari jalan yang lain. Berhubung ini perbukitan, banyak sekali pendakian. Jalannya masih tanah merah, sehingga membuat kami tidak bisa mendaki. Surut ke belakang dan akhirnya kami cari jalan lain juga.Balik lagi, setelah diantar bapak yang baik hati itu, kami sampai ditempat yang sebelumnya saya belum pernah ke sana. Kami melewati sebuah villa tingkat dua yang besar dan bagus, milik seorang Datuk di Saniangbaka. Sebelum sampai di villa tersebut, kami melewati turunan yang cukup berbahaya bagi kami, berkerikil pula. Alhasil saya hampir jatuh dan ditertawakan oleh Uni Siska dan Rendy karena saking paniknya.Negeri ini sangat berpotensi menjadi tempat wisata karena pemandangannya yang sangat indah. Apalagi sekarang banyak yang membuat rumah/pondok di perbukitan sana. Tapi, secara pribadi jika ini dikembangkan menjadi tempat wisata untuk umum, saya tidak mendukung. Semua orang juga tahu, tempat wisata dimana pun sangat rentan menjadi tempat maksiat. Selain itu, akan terjadi kerusakan hutan karena bisa jadi orang akan berpikir akan lebih banyak dan cepat uang masuk jika lahannya dijadikan tempat wisata. Hijaunya perbukitan akan hilang, sedikit demi sedikit hanya karena materi.Menjadikan negeri ini sebagai tempat wisata umum memang sangat mungkin sekali, melihat keindahannya tersebut. Sekaligus bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Tapi jika negeri ini benar dijadikan tempat wisata, harus ada komitmen yang kuat antara pemerintah nagari, pengembang wisata, masyarakat, dan pelancong yang akan berkunjung untuk benar-benar menjaga keindahan ini.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol