'Negeri Dongeng' Itu Ada di Sembalun Lawang
Minggu, 20 Okt 2013 14:30 WIB

Jakarta - Puncak Rinjani di Lombok selalu menjadi idaman para traveler, khususnya yang hobi mendaki gunung. Namun dalam perjalanan menuju puncak, jangan lewatkan menikmati Desa Sembalun Lawang yang bak negeri dongeng.23 Agustus 2011Senja menutup kisahku di Gili Kondo, sebuah pulau kecil tak berpenghuni di antara Pulau Lombok dan Sumbawa. Tapi petualangan belum berkahir.Malam mulai datang, gelapnya langit menutup pandangan mata. Rivan dan bayu telah sampai Kota Selong turun dari mobil bak terbuka, menatap ke arah utara tempat bernaungnya Gunung Rinjani."Disanalah akan kutemukan Dewi Anjani," kata Rivan.24 Agustus 2011Kami sedang packing di rumah salah seorang kerabat pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur."Kalau ke Rinjani itu yang penting niatnya baik," kata Pak Djalal."Maksudnya?" Sahut Bayu."Ya kalau kita dari awal membawa niat baik, maka kebaikanlah yang akan kita dapat. Tapi kalau dari awal kita sudah membawa niat buruk, jangan harap kalian selamat sampai kembali," ujar Pak Djalal."Ups!" Bayu dan Rivan tersenyum kaget."Kita cuma berdua pak, apalagi ini bulan Ramadan", kata Rivan pada Pak Djalal"Jangan khawatir, kalian malah akan jadi turis di sana. Memang pendaki lokal mungkin akan jarang pada bulan ini, tapi pendaki mancanegara banyak," ucap Pak Djalal."Nanti saya hubungi teman saya untuk menyiapkan tenda dan kompor. Kalian nanti malam bisa menginap di sana, sebelum besok mendaki," lanjut Pak Djalal.Sambil packing Bayu dan Rivan terus berbincang dengan Pak Djalal tentang Rinjani, yang angker dan penuh misteri. Waktu telah menunjukkan pukul 15.00 WITA. Bayu dan Rivan berjalan kaki menuju jalan dengan membawa carier yang cukup besar."Nah itu angkutannya," ucap Pak Djalal sambil melambai tangan menyetop mobil kecil putih. "Hati-hati ya, nanti sebelum sampai sana hubungi teman saya"."Oke Pak. Doanya ya," Sahut Rivan dan Bayu serentak.Perjalanan awal Rinjani dimulai. Dengan angkot kecil putih Rivan dan Bayu berangkat menuju Aikmel, tempat dimana mereka nantinya harus berganti dengan mobil bak terbuka menuju desa Sembalun Lawang.Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pertigaan Aikmel. Lama menunggu, hari semakin sore, membuat pertanyaan pada diri mereka apakah masih tersedia mobilnya? Akhirnya ada satu mobil yang lewat. Mereka bersemangat menyetop dan bertanya apakah bisa mengantar hingga Sembalun Lawang."Tidak dek, ini cuma sampai situ saja", jawab si sopir.Beberapa menit kemudian, mobil kedua lewat, mereka kembali bertanya dan sopir menjawab bahwa mobil hanya bisa mencapai Sembalun Bumbung."Ini sudah sore, saya mau turun lagi nanti, tidak bisa saya mengantar hingga Sembalun Lawang," jawab sopir dengan logat Lombok.Cukup lama, kemudian mobil ketiga lewat dan setelah tawar-menawar, akhirnya sopir mau mengantar mereka sampai ke Sembalun Lawang. Dalam satu mobil mereka bersama seorang ibu dan anak perempuannya, yang membawa beberapa kelapa muda dan buah-buahan lainnya. Terlihat letih di wajah mereka.Hawa dingin mulai terasa, seiring jalan yang semakin menanjak dan rusak. Tinggi rindang, tanjakan turunan curam, tikungan tajam dan pekat kabut mengiringi perjalanan menuju Desa Sembalun.Terlihat beberapa puncak dan tebing tinggi. Namun di mana Rinjani juga belum terlihat. Jalanan sepi dan lembab. Membuat tanya seperti apakah Desa Sembalun itu. 1 jam perjalanan sudah, jalan menanjak kemudian menikung dan turun.Pohon-pohon berbatang lurus menjulang tinggi terlihat berjajar rapi dalam hutan yang gelap dan dingin ini. Sesekali sopir harus melompat ke gigi satu untuk melahap tanjakan curam. Seperti berada di hutan yang berada di puncak.Tebing dalam dan pandangan luas terlihat desa di bawahnya. Lagi, jalanan menanjak curam dan menikung sampai atas kemudian turun.Mereka terkejut, terpesona, menatap jalan menurun di sebuah desa. Ada pemukiman, ladang sawah, gunung-gunung, warna warni taman bunga dan jingga sinar matahari, yang membuat warna semakin mempesona. Sembalun Lawang, laksana desa dalam sebuah negeri dongeng.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum