Lisbon yang Eksotis dan Misterius

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lisbon yang Eksotis dan Misterius

Sri Rezeki - detikTravel
Selasa, 28 Mei 2013 15:21 WIB
loading...
Sri Rezeki
A restaurant nearby St. George Castle
Portugal Souvenirs
View from Alfama
Belem Tower
Chiado
Lisbon yang Eksotis dan Misterius
Lisbon yang Eksotis dan Misterius
Lisbon yang Eksotis dan Misterius
Lisbon yang Eksotis dan Misterius
Lisbon yang Eksotis dan Misterius
Jakarta - Siapa yang tidak kenal Portugal? Selain sepak bola, negara ini juga terkenal dengan kejayaan masa lalunya. Hal ini yang membuat ibukotanya, Lisbon menjadi eksotis dan misterius bagi traveler.Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi satu negara di barat daya Eropa, tepatnya di Iberian Peninsula. Sebuah negara yang terkenal akan kekuatan politik, ekonomi, dan militernya di abad ke-15 dan ke-16.Sehingga negara tersebut menjadi negara terkuat di seluruh dunia pada zaman keemasannya. Negara ini memiliki banyak wilayah jajahan seperti Macau, Brasil, Angola, Guinea Bissau, Mozambik, hingga Timor Timur. Ya, negara tersebut adalah Portugal.Sayangnya zaman keemasan negara ini memudar ketika memasuki abad ke-19 hingga sekarang. Salah satu orang Portugal yang mendunia adalah Vasco de Gama. Beliau adalah salah satu orang yang membuka kesempatan Bangsa Eropa untuk datang dan menjelajahi negara-negara Timur. Β Portugal dengan ibukotanya Lisbon memberikan misteri tersendiri untuk dikunjungi. Selain negara ini termasuk salah satu negara eksotis di Eropa, negara ini juga mempunyai jalinan cerita yang panjang dengan negara kita, Indonesia.Kisah ini dimulai sejak kedatangan bangsa ini ke kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia pada tahun 1512. Mereka datang untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga, juga untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Hingga usaha Portugal untuk membantu Timor Timur untuk lepas dari Indonesia.Bahkan dahulu gosipnya sebelum Timor Timur resmi lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 2002, orang Portugis cenderung kurang menyukai orang Indonesia. Mereka berpikir Indonesia adalah negara penjajah.Agak ironis jika mengingat mereka justru pernah menguasai beberapa kerajaan nusantara seperti Kerajaan Sunda, Kesultanan Demak, dan juga kerajaan-kerajaan lainnya di Ternate, Ambon, dan Solor. Untuk mencapai Lisbon, traveler bisa mengawali perjalanan dari Paris. Waktu tempuhnya sekitar 2 jam.Saya berangkat dari Bandara Charles de Gaulle pukul 16.30 waktu setempat dan tiba di Lisboa Airport, Portugal pada pukul 18.00 waktu setempat. Saya memilih menggunakan pesawat karena saya hanya punya sedikit sekali waktu untuk menjelajahi negara ini.Selain itu sudah tidak ada tiket yang tersisa. Saya berangkat ke sana menggunakan maskapai Lufthansa. Agak mahal memang jika dibandingkan dengan pesawat low-cost lainnya. Untuk kali ini, saya sengaja memilih untuk β€œberpergian ala koper” karena baru selesai ujian akhir dan tubuh masih sangat lelah.Setibanya di Lisboa Airport, saya menuju ke metro untuk melanjutkan perjalanan ke hotel yang berada di wilayah Cais de Sodre. Ini adalah sebuah wilayah wisata yang hanya berjarak 500 meter dari laut. Saya tidak menemukan banyak kesulitan selama berada di Portugal.Saya bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Spanyol dan orang Portugis rata-rata mengerti Bahasa Spanyol. Bahasa Portugis juga secara penulisan sangat mirip dengan Bahasa Spanyol, hanya berbeda pengucapannya saja.Namun jangan khawatir, jika tidak bisa berbahasa Spanyol pun, orang Portugis lancar berbicara bahasa Inggris. Mungkin karena turis yang datang ke negara ini rata-rata turis yang berbahasa Inggris.Harga tiket metro sekali jalan dari Bandara Lisboa ke Cais de Sodre hanya sekitar 1,7 Euro (Rp 22 ribu). Harga ini hampir mirip dengan harga satu tiket metro sekali jalan di Paris. Dari Bandara ke hotel, saya sempat berganti metro untuk mengambil line hijau, karena metro dari Bandara Lisboa menggunakan line merah. Waktu yang saya tempuh dari bandara ke hotel hanya sekitar 20 menit.Sesampainya di hotel, saya sempatkan diri untuk ganti baju, makan malam, dan berjalan-jalan di sekitar hotel. Kebetulan hotel saya sangat dekat dengan pantai bahkan bisa dibilang halamannya adalah pantai.Keesokan harinya saya berusaha untuk memaksimalkan minimnya waktu yang saya punya di Lisbon. Perjalanan saya mulai dari St George Castle, benteng peninggalan zaman keemasan Portugal.Tiket masuk ke Kastil ini adalah 8,5 Euro (Rp 108 ribu) untuk orang dewasa. Namun karena saya masih mahasiswa dan berumur 22 tahun, saya mendapatkan tiket setengah harga. Sehingga saya hanya membayar sekitar 4 Euro (Rp 51 ribu).Di dalam St George Castle terdapat museum arkeologi di mana saya menemukan banyak fakta menarik mengenai hubungan Portugal dengan Islam dan kebudayaannya. Banyak sekali budaya Portugal yang berasal dari budaya Islam.Hal ini karena dari mulai tahun 711 hingga tahun 1249, Portugal adalah salah satu wilayah kerajaan Islam. Pada masa di bawah kerajaan Islam, nama Portugal adalah Al-Gharb Al-Andalus atau wilayah di Barat Andalusia.Selain memiliki unsur kebudayaan Islam, Portugal juga mempunyai hubungan sejarah yang cukup dekat dengan China. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan barang-barang peninggalan China seperti guci, cawan, dan benda-benda khas China lainnya di museum arkeologi ini.Berjalan keluar dari museum, saya dihadapkan dengan pemandangan Kota Lisbon yang sangat cantik dengan dihiasi oleh kilauan pantulan air laut. Angin yang berhembus juga sangat sejuk dengan temperatur yang sangat bersahabat yaitu 22 derajat celcius.Tidak heran banyak turis menikmati pemandangan ini sambil mengabadikan setiap momen melalui kamera masing-masing. Setelah puas menghabiskan waktu di St George Castle, saya bergegas turun ke pusat kota untuk makan siang.Karena dekat dengan laut, menu restoran di Kota Lisbon rata-rata adalah sea food, terutama ikan. Saya gemar menyantap ikan dan saya merasa sangat betah untuk tinggal di Lisbon. Saya memesan Sardinha Assada atau dalam bahasa Indonesia adalah sardin bakar dan rasanya lezat sekali.Saya juga cukup kaget begitu mengetahui jumlah yang harus saya bayar sangat murah yaitu hanya sekitar 8,5 Euro (Rp 108 ribu). Padahal jika berada di Paris, harga untuk menu sea food bisa mencapai lebih dari 30 Euro (Rp 380 ribu). Negara ini surga untuk penggemar kuliner berbahan dasar ikan seperti saya.Setelah mengisi tenaga, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan trem. Trem di kota Lisbon sangat khas karena hanya satu gerbong kecil dan sangat tua. Berbeda dengan trem yang ada di Belgia atau Belanda.Karena menggunakan one day ticket seharga 6 Euro (Rp 76 ribu), saya bebas menggunakan transportasi apa saja dalam waktu 24 jam. Tujuan saya selanjutnya adalah Sao Roque Church.Konon katanya, Sao Roque Church ini adalah Chapel paling mahal di dunia karena terbuat dari emas yang khusus didatangkan dari Brasil ketika masih merupakan wilayah jajahan Portugis. Selain ke Chapel ini, saya juga sempat mengunjungi Berardo Museum.Di dalam museum ini terdapat karya-karya dari Andy Warhol, Picasso, Dali, dan lain-lain. Yang paling menyenangkan dari museum ini adalah tidak diperlukan tiket untuk masuk alias gratis. Saya juga sempat mengunjungi Chiado, shopping center dan meeting pointnya anak muda Portugis.Selain Chiado, saya juga mengunjungi Cascais, sebuah pedesaan nelayan di Portugal dan mencicipi kuliner berbahan dasar gurita. Saya lupa namanya tapi rasanya sangat lezat karena guritanya masih segar.Malam harinya saya sempatkan untuk mengunjungi Belem Tower. Tower ini katanya harus saya kunjungi jika ke Lisbon. Letaknya agak di luar kota Lisbon, namun tidak terlalu jauh.Setelah mengunjungi Belem Tower saya sempatkan ke hotel untuk istirahat sebentar, mencicipi kue khas Portugal bernama queijadas, pasteis de bata, dan juga bolo! Ya saya yakin bolu yang kita kenal di Indonesia adalah resep orang Portugis. Bentuk dan rasanya sama dengan bolu yang saya temui di Portugis. Saya juga sempat mencicipi bacalhau (codfish).Pukul 22.00 waktu setempat, saya pergi ke Bali Lounge karena ada pertunjukan Jazz di sana. Keesokan harinya saya berburu suvenir khas Portugal di Lisbon Central. Harga souvenir di Lisbon hamper sama dengan Paris namun sedikit lebih murah yaitu sekitar 4-5 Euro (Rp 50-75 ribu) per item.Ada satu souvenir khas Portugal yang bernama azulejos atau yang dikenal dengan ubin. Namun ini bukan ubin sembarangan. Ubin ini punya corak yang unik dan dahulu merupakan ubin yang ditempel di istana raja, museum, dan lain-lain.Saat ini azulejos tidak diproduksi secara massal lagi, sehingga harganya mahal. Harga satu ubin dengan ukuran 10 cm x 10 cm berkisar antara 20-100 Euro (Rp 253 ribu-1,3 juta). Harga ini tergantung tahun dibuatnya ubin.Saya berhasil menemukan satu seri komplit dari perangko-perangko Portugis abad ke 5 dan juga perangko-perangko mantan negara jajahannya, salah satunya sudah tidak exist lagi, yaitu Macau. Saya sangat puas sekali.Setelah mendapatkan suuvenir yang dicari, saya sempat mengunjungi beberapa museum unik lainnya. Beberapa museum tersebut seperti National Tile Museum dengan berbagai jenis dan corak azulejos, Palacio Fronteira, Fado in Chiado di mana saya bisa mendengarkan musik khas Portugal. Kunjungan saya pun berakhir dengan mengunjungi Barrio Alto sebelum kembali ke Bandara.Perjalanan yang singkat namun sangat berkesan di Lisbon menuntaskan rasa ingin tahu saya akan bangsa-bangsa besar di masa keemasannya. Portugal ada di dalam list saya dan Alhamdulillah telah tercapai keinginan untuk menjelajahinya. Masih ada beberapa bangsa besar dalam list saya, semoga negara-negara ini setidaknya sama mengagumkannya dengan Portugal.
Hide Ads