Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia

Kata Waktu - detikTravel
Sabtu, 22 Jun 2013 14:51 WIB
loading...
Kata Waktu
Di hotel di Penang
Hotel di Penang
Hotel di Penang
Terminal Bus Phuket
Suasana di Krabi
Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia
Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia
Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia
Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia
Uang Salam Tempel Menembus Perbatasan Thailand-Malaysia
Jakarta - Perjalanan darat dari Thailand menuju Malaysia akan memberikan aneka pengalaman seru. Dari berjumpa orang dengan berbagai macam sifat, sampai memberi uang salam tempel ke petugas imigrasi, untuk melintas perbatasan.Hujan deras melanda Phuket dari pagi hingga siang. Trip ke Phi Phi Island dibatalkan karena ombak dan angin kencang membahayakan pelayaran. Kami hanya diam di hotel melihat pantai dari balkon. 11.30 pagi waktu Phuket, kami segera memesan taksi charter dan tarifnya hanya 450 Baht, lebih murah dari tarif taksi hotel. Supir taksinya orang muslim asli Phuket. Ia sangat ramah sekali dan bahkan jauh dari bayangan saya akan supir taksi pemabuk yang membawa kami tadi malam.Perjalanan dari hotel ke terminal bus sekitar 45 menit dan ia bercerita di sepanjang perempatan jalan banyak terdapat pedagang bunga untuk berdoa, biasanya rangkaian melati untuk ditaruh dimobil. Tapi, bunga ini agak membahayakan karena banyak pedagang bunga menggunakan formalin. Jadi ingat pedagang makanan di Indonesia yang sering menggunakan formalin.Terminal busnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu bersih, sama seperti terminal bus di Pulau Jawa. Tiket bus Phuket-Hatyai (perbatasan Thailand-Malaysia) seharga 344 Baht/orang untuk bus kelas 2. Bus berangkat dari Terminal Phuket pada jam berikur: pukul 07.30, 08.30, 09.30, 11.30, 12.30, 19.30, 21.30. Sementara bus kelas 1 seharga 535 Baht berangkat pukul 19.30 untuk perjalanan darat selama 7 jam.Setelah selesai memasukan bagasi di dalam bus, saya minta izin kepada kondektur bus untuk makan siang terlebih dahulu. Ada warung sederhana di depan terminal bus. Wow! Ada daging babi, jadi saya memilih sayur rebung muda dan opor ayam. Ternyata masyarakat Phuket menyukai masakan pedas sama seperti masyarakat Sumatera. Kami berdua membayar 125 Baht atau hanya Rp 37.500. Lumayan murah untuk makan siang yang cukup banyak.Pukul 12.30 tepat, bus berangkat dan transportasi di Thailand lumayan tepat waktu. Perjalanan darat dari Phuket terasa sangat menyenangkan karena pemandangannya yang menarik, sama seperti di Pulau Sumatera. Masih banyak hutan tropis dan pantai-pantai indah. Bahkan saya baru menyadari Phuket adalah sebuah pulau yang cukup besar dan dipisahkan oleh sebuah jembatan yang panjangnya sekitar 100 meter saja. Phuket seperti dipisahkan oleh sebuah anak sungai kecil dengan pasir putih di pantainya, sangat menarik.Sepanjang perjalanan kita bisa melihat masjid dan kuil Buddha bergantian, miris apabila mendengar bahwa kaum militan selalu dibasmi dan selalu bergantian memerangi pemerintah lokal. Tapi memang kesenjangan sosial serta eokonomi antara umat Muslim dan Budha di Thailand terlihat timpang. Ekonomi sebagian besar di Thailand selatan dipegang umat Buddha dan umat Muslim masih dibatasi dan bahkan dicap teroris.Krabi sebuah kota kecil di Thailand selatan memiliki pesona yang memikat selain pantai dengan pasir putihnya, juga terdapat gunung-gunung kapur yang diselimuti hutan serta kabut. Apabila kalian menonton film Hang Over 2, ada pemandangan pegunungan di Thailand Selatan itulah Krabi. Perjalanan darat dari Phuket menuju Krabi ditempuh selama 3 jam. Jalanan di Thailand rata-rata mulus dan cukup bersih.Krabi-Hatyai masih harus ditempuh 4 jam lagi dan beruntung jok busnya cukup empuk, AC-nya juga baik dan cukup aman. Di sepanjang perjalanan kita bisa melihat komunitas Muslim yang sangat banyak, wanita-wanita berjilbab dan pria-pria mengenakan kain sarung seperti di Indonesia. Hutan karet dan kelapa sawit bergantian menghiasai perkebunan mereka.Bus berhenti di sebuah kota kecil Trang untuk mengisi bensin dan penumpang turun untuk makan dan minum di sebuah cafetaria kecil. Ternyata tiket busnya 50 baht sudah termasuk makan dan minum. Saya hanya cukup membayar 100 Baht sisanya untuk 2 orang makan dan minum. Makanannya kebetulan halal sehingga saya tidak khawatir untuk memakannya.Pukul 07.00 malam bus memasuki Kota Hat Yai, kota bisnis terbesar ketiga di Thailand. Banyak gedung-gedung tinggi di kota ini. Hat Yai juga menjadi tempat pelesiran para warga Malaysia untuk jalan-jalan, membeli makanan atau untuk hiburan esek-esek. Wanita Thailand terkenal cantik-cantik sehingga banyak warung remang-remang atau restoran seperti di Pantura, Jawa.Pukul 08.00 malam kami tiba terminal bus Hat Yai dan harus mencari taksi carteran lagi. Ada beberapa mini van menuju ke Penang cuma harus menunggu penumpang penuh dan terlalu sempit sehingga tidak nyaman. Taksi carter dari terminal bus Hat Yai senilai 600 Baht untuk perjalanan 1 jam menuju ke perbatasan Thailand-Malaysia di Padang Besar. Perbatasan Padang Besar, hanya seperti terminal bus. Kami harus turun dari taksi dan berjalan sekitar 15 meter menuju check point Imigrasi Thailand.Puluhan orang mengantre dan saya harus menunggu sekitar 30 menit untuk dicap. Beberapa orang memasukan uang RM 2 ke dalam paspor agar petugas imigrasinya tidak tanya macam-macam. Saya lalu mengikuti mereka dan menyelipkan RM 2 ke dalam paspor. Uang salam tempelnya memang manjur. Si petugas bertanya dengan bahasa Melayu logat Thai, "Yang benar orang Indonesia atau Indonesia orang?" Saya jawab, "Orang Indonesia". Ia tersenyum dan langsung mencap paspor saya. Lancar jaya...Ternyata korupsi memang membuat lancar urusan. Tidak ada bus berhenti di dekat perbatasan seperti yang tertulis di internet. Tidak jauh ada sebuah taksi Malaysia berwarna merah putih. Saya tanyakan rute yang akan dituju dan biaya yang harus dibayarkan. Taksi dari Padang Besar-Air Hitam-Georgetown harus dibayar RM 260 dan saya mendapatkan RM 250.Setelah naik taksi, kami harus melewati Malaysian Check Point. Sekali lagi harus diperiksa paspornya dan mengisi arrival and departure form. Tidak sampai 10 menit, sudah beres dan tidak perlu ada uang salam tempel. Tapi harus hati-hati jangan sampai paspornya tidak dicap. Petugas imigrasi hanya menanyakan apa isi kopernya, dan hanya bilang baju dan suvenir, kami langsung bisa masuk wilayah Malaysia. Perjalanan dari perbatasan ke Kota Georgetown, Penang harus ditempuh selama 3 jam melalui Lebuh Raya atau jalan tolnya Malaysia.Karena kehabisan uang, kami mampir ke ATM di Air Hitam. Kalau tidak bawa uang tunai, cukup gunakan ATM berlogo Cirrus/Visa/Master dan pasti bisa mengambil uang tunai selama masih ada saldonya. Hujan turun deras di jalan tol dan kami beristirahat di rest area Kota Sarang Semut. Saya memesan nasi lemak RM 5 dan kopi panas RM 1,5 saja. Istirahat 30 menit membuat badan terasa segar dan sopir taksi Pak Hashim sangat komunikatif sekali.Pukul 00.00 kami mulai memasuki Penang Bridge. Ketika memasuki Kota Georgetown, terasa sepi sekali. Bangunan tua berjejer dan seperti kota mati. Hanya 1 atau 2 bar yang masih buka dengan beberapa turis asing. Saya memilih sebuah butik hotel Banana Boat dengan desain bangunan peranakan yang sudah berumur seratus tahun lebih dan seharga RM 156 permalam termasuk breakfast for two. Setelah membayar ongkos taksi kepada Pak Hashim senilai RM 260, saya meminta beliau untuk menjemput kami di hotel menuju ke bandara.Pagi hari pukul 07.30 kami bangun dan makan pagi di hotel. Penang cukup cerah minggu pagi itu setelah didera hujan deras. Masih terasa sepi kota tersebut karena hari Minggu sebagian besar toko tutup karena banyak yang pergi ke gereja. Pukul 08.00 kami packing dan tidak lupa foto-foto bangunan gedung hotel yang sudah tua. Patung-patung Kong Hu Cu menghiasi beberapa bagian ruangan dan kaca patri menghiasi atap gedung hotel. Sangat nyaman berada di hotel ini, tidak ada terkesan angker.Pukul 09.00 kami sudah harus tiba di bandara untuk bagasi dan imigrasi, Pak Hashim dengan setia menunggui kami di depan hotel dan siap membawa kami ke bandara. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan tidak terlupakan bagi saya. 3 Negara, 3 Tempat dan berbagai pengalaman menarik. Saya ingin kembali ke Penang dan Bangkok, tapi tidak ke Phuket.
Hide Ads