Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta

Ina Florencys - detikTravel
Selasa, 26 Feb 2013 11:10 WIB
loading...
Ina Florencys
Naomi Srikandi membacakan puisi karangan Darmanto
Whanny Darmawan
Butet Kertaredjasa
Intonasi datar Landung Simatpang
Berfoto bersama Darmanto Jatman (di atas kursi roda .red) usai acara
Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta
Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta
Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta
Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta
Semalam Bersama Penyair di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta
Jakarta -  Rumah Budaya Tembi di Bantul, Yogyakarta adalah tempatnya wisatawan berbaur dengan seniman. Mereka menyelami dokumentasi dan pengkajian budaya Jawa, bermalam bersama para penyair dan aktor teater.Rumah Budaya Tembi berlokasi di Jl Parangtritis Km 8,4, Timbulharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta. Pada Januari 2012 lalu, saya menghabiskan malam di tempat ini melihat penyair Darmanto Jatman bermain dengan kata-kata.Penyair ini kerap berpenampilan rapi, bergaya flamboyan dan berambut kribo. Pria kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1942 ini senang memainkan kata dengan merangkainya dengan puisi.Sabtu (21/01) malam, Darmanto hadir bersama sang istri, Sri Muryati, di pendopo Rumah Budaya Tembi. Sambil duduk di atas kursi roda, Darmanto tersenyum sumringah menyalami beberapa tamu yang datang. Tentu saja, karena malam itu merupakan malam istimewa baginya. Beberapa seniman tampil membacakan kembali puisi-puisi yang dulu pernah ia ciptakan dan bawakan. Mereka antara lain, Hari Genthong, Butet Kartaredjasa, Whanny Dharmawan, Landung Simatupang, Naomi Srikandi, dan Gunawan Maryanto."Darmanto adalah seorang penyair dengan puisi-puisinya yang luar biasa bagus, apalagi jika itu dibacakan sendiri olehnya. Lalu kita ingat bahwa saat ini Mas Darmanto sedang sakit. Ada usulan dari Hari Genthong untuk bagaimana jika teman-temannya saja yang membacakannya. Kami melakukan persiapan sekitar dua minggu dan jadilah 'Malam Sastra Tembi Bersama Darmanto Jatman'," ujar Ons Untoro, Direktur Tembi Rumah Budaya.Hari Genthong, seniman yang juga sahabat karib Darmanto, juga menyatakan hal yang sama. Sudah 47 tahun ia mengenal Darmanto. Di matanya, Darmanto sosok yang luar biasa. Puisi maupun cara membacakannya sangat baik. "Ya, mungkin nanti kami semua yang di sini tidak akan mampu mencapai taraf seperti apa dia baca. Ini karena Darmanto itu orang yang sangat musikalis," tutur Hari.Wisatawan bisa menikmati karya Darmanto lewat bahasa-bahasa kiasan atau metafora, terutama makna kejawen, dalam puisi-puisinya. Misalnya, puisi berjudul "Istri" yang dibuat awal tahun 1980-an. Traveler bisa menyelami kebudayaan Jawa lewat puisi yang mengandung nilai-nilai tentang posisi serta peran perempuan terutama istri. Pada periode sama, Darmanto juga menciptakan puisi "Rumah" dan "Anak". Melalui ketiga puisi itu, ia mengangkat nilai-nilai atau falsafah kehidupan manusia Jawa. Sementara itu buku kumpulan puisi berjudul "Istri", terbitan Grasindo 1997 bahkan mengantarkannya meraih penghargaan bergengsi, The SEA Write Awards di tahun 2002.Malam itu, aktor teater Whanny Dharmawan khusyuk membacakan ketiga puisi tersebut. "Saya dulu pernah membaca puisi-puisi ini di Festival Puisi Internasional. Pada waktu itu Mas Sitok Srengenge mendaulat saya untuk membacakan. Saya memilih ketiganya. Sebetulnya pilihan saya saat itu ya waton penak saja. Tapi begitu selesai, saya mulai berpikir bahwa rumah, istri, dan anak itu adalah kelengkapan. Sesuatu yang lengkap," ujar Whanny sesaat sebelum membacakan puisi.Di awal acara Hari Genthong membacakan "The 27th Crisis" dan "Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua". Setelahnya, Gunawan Maryanto membacakan "Pidato Karangdempel", sebuah puisi yang sarat isu-isu ekonomi, sosial dan politik. Sementara Naomi Srikandi, hadir dengan gaya santai membaca puisi khas isu perempuan dan sarat budaya Jawa, yakni "Teori Probability Tukini". Butet membacakan "Golf Untuk Rakyat" dan "Hei Sapi". Semuanya membacakan puisi tersebut dengan penuh penghayatan. Pada akhir acara, Landung Simatupang membacakan 'Melintasi Atlantik' dan 'Impresi Honolulu'. 
Hide Ads