Donny Alamsyah & Hanief Ride to Lampung
Aneka Tantangan Menuju Lampung
Senin, 23 Jul 2012 13:50 WIB

kepoyuk
Jakarta - Menjelajah Lampung menggunakan sepeda motor dari Jakarta, adalah petualangan yang seru. Tantangannya sungguh beragam dan menguji kesabaran, tapi sekaligus menjadi pengalaman yang berharga. Brumm!Jumat, 6 Juli 2012, langit Jakarta siang itu mendung tipis merata. Sekitar pukul 13.30 WIB dua motor, bebek dan satu lagi matic bergerak dalam kecepatan sedang dari bilangan Jakarta Selatan ke arah utara.Di atas dua motor itulah saya, M Hanief dan sahabat saya Donny Alamsyah memulai perjalanan Silaturahmi Indonesia. Kami mengenakan helm KBC dengan model dan motif yang sama dari Juragan Helm. Bedanya helm saya merah dan Donny kuning.Kami hanya mengikuti papan petunjuk arah ke Tangerang atau menanyakan arah kepada beberapa orang yang kami temui di perjalanan. Sempat juga kami berhenti untuk menerima telepon dari detikTravel dan makan siang di warung makan Padang pukul 14.35 WIB.Donny beberapa kali mengambil foto dan video dengan kamera sakunya sambil motor terus berjalan. Memasuki Tangerang, lalu lintas macet gara-gara angkot berhenti sembarangan, lapak kaki lima, jam pulang kerja, plus kerusakan jalan. Saya lihat Donny sesekali masih menggunakan kameranya, kemudian ia letakkan di bagasi mungil di bawah stang bagian dalam motor maticnya.Di sebuah persimpangan saya berhenti menunggu Donny yang tak terlihat di kaca spion. Tak lama Donny menelpon memberi tahu, ia harusΒ memutar balik, mencari kameranya yang hilang. Dugaannya karena goncangan saat melewati jalan berlubang, kamera terlempar dari bagasi.Beberapa menit kemudian ia muncul. Kameranya tidak ditemukan. Dia bermaksud membeli kamera di sebuah pusat perbelanjaan Tangerang yang bangunannya tampak megah di kanan depan tempat berhenti kami. Kami sepakat sembari dia membeli kamera, saya akan meneruskan perjalanan pelan-pelan dan menunggu di masjid di depan kami sekalian salat Ashar.Tantangan pertama di hari pertama perjalanan kami. Kamera saku dilengkapi fitur GPS dan bisa digunakan menyelam sedalam 12 meter andalan kami hilang. Tapi perjalanan tetap harus dilanjutkan. Niat kami sudah bulat.Saat langit sudah mulai menguning, Donny datang dengan motornya, menghampiri saya yang menunggu di depan pusan perbelanjaan. Sebotol teh dia minum cepat dan kami melanjutkan perjalanan saat langit makin merah.Malam menyambut kami dengan pasar tumpah, kerusakan jalan dan perbaikan jalan. Tapi kami menikmati saja suasana itu. Muda-mudi dengan dandanan terbaiknya berseliweran, perempuan-perempuan sibuk memilih sandal warna-warni, anak-anak membawa balon-balon lucu, ibu-ibu memborong buku tulis dan perlengkapan sekolah, musik berdentam dari penjual CD bajakan, penjaja makanan menggugah selera. Donny menangkap suasana itu dengan kamera sakunya.Pukul 20.00 WIB lewat kami baru mencapai Serang. Kami berhenti di alun-alun untuk makan malam di sebuah tenda seafood depan kantor pos kuno peninggalan Belanda. Beberapa pengunjung mengenali Donny sebagai aktor film dan meminta foto bersama. Donny melayani dengan senang hati.Sejam menjelang tengah malam kami memasuki kawasan Pelabuhan Merak, 10 jam sejak kami meninggalkan Jakarta. Kemacetan tak lagi milik Jakarta. Ia sudah menular kemana-mana. Apakah ini indikasi kemajuan daerah luar ibukota? Kami tidak tahu. Sama tidak tahunya dengan entah kenapa hari itu kami bisa menikmatinya. Menikmati kemacetan dan semua yang kami alami barusan.Perjalanan kami masih panjang. Akan ada apa lagi yang seru? Tunggu saja di detikTravel!
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!