Jemparingan Jawi Mataram, Budaya Melatih Olah Rasa dan Olahraga
Kamis, 02 Feb 2012 13:27 WIB

Ina Florencys
Jakarta - Sambil duduk bersila, melihat dan memilih dengan cermat anak panah yang akan diluncurkan. Anak panah harus benar-benar lurus sehingga stabil saat meluncur dari busur. Setelah itu, tegakkan busur di atas tanah dan mata siap membidik sasaran tembak.Setiap Selasa Wage, Keraton Yogyakarta rutin melaksanakan Jemparingan (panahan) Jawi Mataram. Panitia biasanya menggelar acara ini di Lapangan Kemandungan Kompleks Kraton Yogyakarta atau tepatnya di Utara Sasana Hinggil Alun-Alun Selatan. Jemparingan Jawi Mataram atau lomba panahan ini memiliki tujuan unutuk "tinggalan dalem mangayubagya" atau memperingati hari kelahiranΒ Sri Sultan Hamengkubuwono X.Memang bukan sebuah turnamen lomba yang besar karena penyelenggaraannya cukup sederhana. Namun, konon sejak 1934 sudah ratusan kali pihak Keraton Yogyakarta menggelar perlombaan ini. Sore itu (31/1/2012), ada 40 peserta yang terlibat baik laki-laki maupun perempuan. Pihak keraton mewajibkan para peserta untuk mengenakan busana Jawa. Laki-laki mengenakan busana peranakan sementara perempuan mengenakan busana kebaya sederhana.Para peserta duduk bersila membentuk dua barisan, menghadap ke arah Barat. Posisi peserta memang duduk gaya mataraman, sangat berbeda dengan pada umumnya biasa melakukan dengan posisi berdiri. Jarak peserta lomba dengan bandulan atau sasaran tembak sejauh 30 meter dan ada 20 rambahan atau putaran. Masing-masing pemanah dapat meluncurkan lima anak panah setiap putarannya.Bandulan atau sasaran untuk memanah merupakan irisan serabut bambu yang diikat menjadi satu. Ada tiga bandulan dengan panjang kira-kira 40 cm. Secara keseluran bandulan di cat putih dan sedikit bagian ujung atasnya dicat merah. Di belakang bandulan, sudah ada lembaran karpet karet tebal yang berfungsi untuk menahan anak panah yang meleset."Ini merupakan olahraga seni yang baru saya jalani. Kia-kira sudah tiga bulan ini saya belajar memanah. Tidak hanya sehat, panahan juga membantu kita untuk meningkatkan daya konsentrasi. Fokus adalah kesulitan sekaligus tantangannya. Ia juga berkaitan erat dengan kondisi tubuh. Saat saya sedang tidak fit betul, agak sulit fokus biasanya," ujar Milla Rosinta Totoatmojo, penari muda yang juga bergabung dalam Tembi Dance Company.Sore itu Milla mendapat posisi Juara II kategori pemanah perempuan. Ia beberapa kali mampu melesatkan anak-anak panahnya tepat mengenai bandulan. Menurutnya, panahan gaya Mataram itu lebih tenang, dalam, serta elegan."Setahu yang saya pelajari, gaya panahan ini tidak menggebu-gebu. Ia dimulai dari rasa. Di sini tidak hanya mengolah raga tapi juga mengolah rasa."Jemparingan memang mensyaratkan busur yang baik. Busur yang baik itu dapat melengkung penuh dengan sempurna. Busur tersebut mampu membuat anak panah meluncur dengan kekuatan serta jangkauan terbaik. Demikina juga dengan anak panah, harus benar-benar kuat saat menerima tekanan hebat dari tali busur. Jika tidak, anak panah hanya akan patah karena tekanan. Di balik itu semua, juga ada sang pemanah yang berperan penuh mengendalikan busur dan anak apanah. Bukan hanya soal memiliki konsentrasi dan kekuatan, tetapi seorang pemanah juga perlu memiliki keahlian agar bisa memanah tepat sasaran."Meski bersila, posisi tubuh tetap harus tegak. Tangan kiri lurus memegang busur. Sementara posisi siku kanan sejajar bahu. Ngeker ke arah sasaran tembak. Untuk jarak rentang 30 meter, posisi jari tengah tangan kanan berada di dekat hidung. Jarak 40 meter, di dekat ujung bibir. Lalu jarak 50 meter, di dagu samping," jelas Mujiyanto, pemanah asal Klaten, Jawa Tengah, yang saat itu juga berhasil menjadi juara II kategori pemanah laki-laki.-laki.Jemparingan Jawi Mataram merupakan tradisi yang harus dijaga kelestariannya. Jangan sampai, kesenian yang mengandung olahraga dan seni ini memang sangat istimewa. Bayangkan saja, melakukan satu kegiatan dengan menggunakan olah rasa dan olahraga.
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan