Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso

Dhiana Puspitasari - detikTravel
Kamis, 16 Feb 2012 15:55 WIB
loading...
Dhiana Puspitasari
Monumen Gerbong Maut Bondowoso
Kengerian Gerbong maut
Gerbong maut asli (roodebrugsoerabaia.com)
Bukti saya pernah mengunjunginya
Gerbong maut saksi kengerian sejarah
Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso
Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso
Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso
Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso
Mengenang Heroisme dalam Tragedi Gerbong Maut Bondowoso
Jakarta -  46 Dari 100 pejuang Bondowoso, gugur saat dijejalkan Belanda ke dalam gerbong rapuh yang tertutup. Monumen Gerbong Maut, hari ini menjadi saksi bisu kekejaman Belanda pada masa perjuangan.Ini merupakan merrupakan kesekian kalinya aku melintasi kota kopi Bondowoso. Tak jauh dari alun-alun Bondowoso mataku menangkap sebuah monumen yang berada di tengah jalan.Aneh, heran, ingin tahu, tetapi hawa menyeramkan hadir saat melihat sebuah kereta tua yang usang dengan patung-patung manusia di atasnya. Ketika rasa ingin tahu semakin membuncah, kuberanikan diri untuk berhenti, turun, dan mendekat. Kesan pertama yang tertangkap adalah ngeri dan semakin ngeri setelah membaca sejarah peristiwa yang ada di monumen tersebut. Leher terasa tercekat saat membaca tragedi gerbong maut.Belanda melakukan penangkapan besar-besaran terhadap TRI, lasakar, gerakan bawah tanah, dan orang-orang tanpa menghiraukan apakah yang bersangkutan berperan atau tidak dalam kegiatan perjuangan. Sehingga dalam waktu singkat penjara Bondowoso tidak mampu lagi menampung tahanan yang pada waktu itu mencapai kurang lebih 637 orang. Kemudian, Belanda bermaksud memindahkan tahanan yang termasuk "pelanggaran berat" dari penjara Bondowoso ke penjara Kali Sosok, Surabaya. Untuk mengangkut para tahanan tersebut menggunakan sarana kereta api.Setiap tahap pengangkutan memuat sebanyak 100 orang. Pemindahan pertama dan kedua berjalan dengan baik karena gerbong yang mengangkut tahanan diberi ventilasi seluas 10-15 cm. Namun, saat pemindahan tahap ketiga, gerbong tertutup sangat rapat dan selama perjalanan rakyat tidak boleh keluar gerbong. Akibatnya, semua tahanan dalam gerbong menderita kelaparan dan kehausan. Pemindahan tahap ketiga inilah yang dikenal dengan sebutan "Gerbong Maut".Setelah mendapat perintah langsung dari Komandan J Van den Dorpe, Kepala Penjara mengumpulkan semua tahanan yang telah tercatat namanya. Pada Sabtu, 23 November 1947, pukul 04.00 WIB, tahanan yang tercatat dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara.Pada pukul 05.30 WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 orang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena pada saat itu gerbong yang ketiga cukup panjang dan masih baru.Pada pukul 07.00 WIB kereta dari Situbondo datang maka, saat itu juga gerbong digandeng.Setelah gerbong dikunci, keadaan menjdi gelap gulita dan udara terasa panas walaupun masih pagi. Pukul 07.30 WIB kereta bergerak menuju Surabaya. Tepat di Stasiun Taman, mulai terjadi peristiwa memilukan. Jangankan diisi 30 Orang, 10 orang saja sudah terbayang panasnya. Bentakan pedas dari tentara Belanda menggubris gedoran-gedoran para tahanan dari gerbong."Di sini tidak ada makanan dan air minum, yang ada cuma peluru." Kalimat inilah yang selalu keluar dari para penjajah, seperti yang diceritakan dalam Monumen Gerbong Maut.Ketika tiba di Stasiun Kalisat, gerbong tahanan harus menunggu kereta dari Banyuwangi. Selama dua jam para tahanan berada dalam terik matahari. Akhirnya pada pukul 10.30 WIB kereta baru berangkat dari Jember ke Probolinggo. Setelah meninggalkan Jember di siang hari, suasana gerbong bagaikan di dalam neraka karena atap dan dinding gerbong terbuat dari plat baja. Banyak terjadi peristiwa diluar batas kemanusiaan, misalnya guna mempertahankan hidup dari kehausan sebagian para tahanan terpaksa meminum air mani tahanan yang lainnya.Mendekati Stasiun Jatiroto, hujan yang turun cukup deras dimanfaatkan para tahanan yang masih hidup untuk meneguk tetes demi tetes air dengan menjilat tetesan air yang berasal dari lubang-lubang kecil. Tidak demikian halnya dengan gerbong ketiga GR10152 karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan tetesan air sedikitpun.Setelah menempuh perjalanan selama 16 jam, "Gerbong Maut" sampai di Stasiun Wonokromo. Setelah mendata, di gerbong I sebanyak 5 orang sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III seluruh tawanan sebanyak 38 orang meninggal.Para tahanan yang sehat dipaksa menganggkut temannya yang sudah meninngal. Semua jenazah diletakkan sejajar. Setelah dievakuasi, jenazah harus diangkut dengan sangat hati-hati sebab kalau tidak daging jenazah akan mengelupas akibat kepanasan.Selesai membaca kisah tragedi ini aku hanya terdiam terpaku. Itulah sejarah yang harus selalu kita kenang dan hargai. Bagaimana para pejuangm engorbankan nyawanya untuk mememperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads