Pontang-Panting Mencapai Keindahan Ujung Genteng
Kamis, 10 Nov 2011 13:24 WIB

Jakarta - Jumat (3/06/2011), saya beserta dengan teman-teman ingin berwisata ke Ujung Genteng. Teman-teman yang saat itu ikut ialah Yoyo, Anton, serta Debbi (sepupu Anton). Menurut para d'Traveler lainnya, Ujung Genteng itu sangat bagus. Maka dari itu, kami merasa penasaran dan kepingin sekali melancong ke sana.Akhirnya kami berangkat menggunakan mobil dan supir sewaan. Stat menuju Ujung Genteng dilakukan jam 10 malam dari rumah saya yang berada di Kawasan Ciledug, Tangerang. Kebetulan sekali supir kami saat itu merupakan orang Pelabuhan Ratu, jadi dia sudah paham betul jalan menuju Ujung Genteng.Selama perjalanan kami lalui dengan lancar-lancar saja, canda dan tawa tak jarang terdengar dari mulut kami. Padahal, saat itu kami mengalami sedikit kemacetan di daerah Cibadak karena adanya pasar. Tetapi, setelah melewati pasar perjalanan kami kembali lancar. Sebelum sampai di Pelabuhan Ratu kami sempat melewat rute yang sangat menegangkan. Jalan yang berkelok-kelok, jurang, jalanan yang sepi harus kita lalui dengan hati yang tenang. Keadaan jalan yang juga gelap karena minimnya penerangan sangat menyulitkan laju mobil kami. Benar saja, tak lama setelah melewati belokan yang sangat tajam, kami hampir saja menabrak pohon. Otomatis saya dan Anton sudah sangat panik dan meminta pak Frangki (supir kami) untuk beristirahat terlebih dahulu.akhirnya kami beristirahat di Pelabuhan Ratu, sekitar tempat pelelangan ikan yang ada di sana. Pak Frangki dan kedua teman kami tertidur di dalam mobil sedangkan saya dan Anton tidak bisa tidur. Karena itulah, kami berdua memutuskan untuk keluar dari mobil sambil mencari secangkir kopi karena memang udara di sana cukup dingin. Setelah berhenti di pelelangan ikan tercium aroma amis-amis gitu tapi kami memutuskan untuk tetap jalan yang penting bisa ngopi. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 05.30 WIB, Pak Frangki juga sudah bangun, dan kami pun meneruskan perjalanan ini. Jalanan yang kami lewati memang nggak mulus dan menaiki bukit. Banyak jalan yang rusak dan salah satu teman saya merasa mual karena kondisi jalanan yang hampir sama dengan wahana Pontang-Panting yang ada di Dufan.Sudah hampir 3 jam berlalu tapi kami belum juga sampai ke tempat tujuan. Rata-rata muka teman-teman yang ada di mobil sudah biru karena menahan mual. Tak lama kemudaian, akhirnya kami melihat juga pintu masuk Ujung Genteng dan tulisan "Bayar Masuk". Perasaan kami semua sudah sangat sumeringah melihat pantai yang sudah ada di depan mata. Tapi, kenyataannya kami harus kembali menahan rasa penasaran ini karena ternyata kami belum sampai dan masih harus melewati jalan yang semakin rusak parah. Memang sih, saat itu banyak bagian jalan yang sedang diperbaiki. Setelah 30 menit dari pintu Gerbang Ujung Genteng, akhirnya kami sampai juga. Perjuangan kami melewati jalan-jalan "off road" ini terbayar dengan keindahan alam Ujung Genteng yang tiada duanya. Pantainya putih bersih dan air lautnya sangat jernih. Tanpa menunggu lama, kami pun mulai bernarsis ria bergaya sambil berfoto dan ini akan kami jadikan bukti bahwa kami pernah traveling ke Ujung Genteng. Tidak berapa lama tiba-tiba kami didatangi oleh seorang bocah.Dia bilang, "Ada mercesuar dan pantai yang ada bakaunya." karena penasaran kami menuju ke tempat yang diberitahukan oleh anak kecil itu. Tapi, pas masuk kok ada portalnya? Ternyata kami harus lapor terlebih dahulu ke pos dan harus meninggalkan KTP. KTP sayalah yang harus ditinggalkan, Yoyo langsung membuka portal tersebut. Saat memasuki lokasi tersebut kami memang harus melewati seperti hutan kecil gitu.Finally, setelah sampai di pantainya, benar ada bakaunya dan seperti biasa kami langsung berfoto-foto di tempat itu. Ternyata bukan hanya kami yang ada di tempat itu tapi juga ada beberapa orang yang memang sedang melakukan sesi pemotretan. Wanitanya cantik-cantik lho. Karena nggak mau ketinggalan akhirnya kami mencuri-curi sela untuk memotret para wanita itu dari jauh.Cuaca di dekat mercusuar itu sangat panas, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan menuju Penangkaran Penyu. Untuk menuju penangkaran penyu kami harus menggunakan mobil dan menempuh perjalanan selama 30 menit. lagi-lagi kami harus melewati jalan yang rusak dan bergelombang. setibanya di sana kami melihat para tukik yang lucu-lucu. Merasa puas dengan pemandangan alam Ujung Genteng, kami segera mencari penginapan untuk bermalam. Salah satu teman kami tidak mau menginap di sana. Kami pun menginap di daerah sekitar Pelabuhan Ratu. Sebelum ke penginapan, kami meluangkan waktu sebentar ke Curug Cikaso. Kali ini kami melewati jalanan yang masih sama rusak. Tapi, ini masih mendingan dibanding dengan jalan yang kami lalui saat berangkat. Sesampainya di Pelabuhan Ratu kami langsung mencari penginapan dan hidangan malam. Malam ini, saya menemukan menu yang sangat menggiurkan, yaitu ikan kuwe bakar.Keesokan harinya kami bermain-main di pantai. Dan, kami penasaran ingin melihat kursi si Ratu Pantai Selatan. Kami pun menuju ke Karang Hawu. Kami harus menaiki tangga yang lumayan dan terdapat loket pembayaran. Kami hanya dikenakan biaya Rp2.000,00 per orang.Sesampainya di Karan Hawu kami disambut oleh kios-kios yangmenjual aksesoris dan ada pemakaman. Akhirnya kami sampai ditempat yang ada kursi Ratu Pantai Selatan. Namun sayang, katanya kursi tersebut akan dikeluarkan bila ada acara saja. Yasudahlah, kami pun hanya berfoto-foto saja dan melihat karang-karang yang ada di sana.Sialnya sendal yang saya kenakan saat itu putus. Alhasil saya harus nyeker sampai ke parkiran. Puas liburan, hari itu juga kami langsung pulang ke Jakarta.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Pariwisata Indonesia Kalah Pamor dari Malaysia, Masalahnya Bukan di Angka tapi...
Turis Lebih Tertarik ke Malaysia, Indonesia Tidak Kalah Indah tapi...
Perang Dagang Jilid Dua: AS Larang Maskapai China Lewat Langit Rusia!