Pantai (Baron, Krakal, Kukup, dan Drini) Kami Datang
Jumat, 11 Nov 2011 15:34 WIB

Jakarta - Tiga bulan adalah waktu yang kami butuhkan untuk mempersiapkan liburan ini. Bahkan beberapa minggu sebelum tanggal yang telah ditentukan. Kami terpaksa mengundurkan rencana ini dengan alasan "sok sibuk". Tanggal 30 April 2011 akhirnya saya, Irvansyah, dan 5 orang teman lainnya (Jauhari, Nico, Endo, Ratih Jozu, dan Vita) berhasil memaksakan untuk berangkat. Tujuan kami adalah beberapa pantai di daerah Gunungkidul, Yogyakarta. Walaupun, malam harinya ada beberapa masalah teknis mengenai mobil yang akan dipakai, tetapi rombongan tetap dapat berangkat sesuai rencana pada pagi harinya, Alhamdulillah.Hari Pertama, Sabtu 30 April 2011Rencana awal pemberangkatan sebenarnya pukul 6 pagi dengan niatan kami dapat sampai di pantai tujuan sekitar pukul 14.00 WIB. Tapi, apa mau dikata dari agenda bangun tidur yang rada kesiangan, adanya pertandingan 1st leg antara Real Madrid vs Man. City, hingga acara menunggu Vita membungkus lemper, membuat kami baru dapat meninggalkan Kota Semarang pada jam 8 pagi.Kami sangat antusias menyambut pagi itu karena ini adalah perjalanan pertama kami bersama-sama untuk liburan, sama antusiasnya dengan Bradley Cooper, Ed Helms, Justin Bartha, dan Zach Galifianakis ketika menuju Las Vegas dalam "The Hangover". Sayangnya, pagi itu perut kami baru terisi dengan angin, untungnya ada Roti Maryam, Β the king of lemper (karena ukurannya yang besar makanya dikatakan "king", dan aneka macam snack yang kami dapatkan gratis di sebelah PLN Ungaran. Ditemani beberapa lagu hits Indonesia yang didendangkan memaksa dari speaker handphone, perjalanan kami pagi itu sangat menyenangkan, kecuali untuk salah seorang teman bernama Nico. Entah karena bau mobil yang tidak pas di hidungnya atau apapun. Tapi, kami tidak peduli, "Just enjoy the trip brother."Kemudi mobil yang dikendalikan oleh Endo, membawa kami melintasi beberapa daerah dengan cepat, Jambu, Soropadan, Secang, Magelang, Mertoyudan, Parakan hingga tidak terasa telah memasuki Daerah Istimewa Yogyakarta pada pukul 11.00 WIB. Awan mendung yang menyambut kami di perempatan Ring Road laksana kerikil kecil yang ingin menghalangi lajunya Shinkansen, tidak akan berarti apa-apa. Tapi, akhirnya kami kalah, tergoda oleh Mbak Inul Daratista yang membangun industry karaokenya di Jln. Ring Road Utara, memaksa kami memutar arah tujuan dan berhenti tepat di depan Inul Vizta. Rencana mampir selama 1 jam pun di molorkan dengan sengaja hingga 2 jam. Alasannya bayar 2 jam lebih hemat, pastinya juga lebih puas."β¦Kembalilah kasih kita harus bicaraKutahu kau ragu kepada dirikuKembalilah kasih kita harus bicara Ungkapkanlah semua adanyaβ¦"Kembalilah Kasih by Gigi Lagu di atas menjadi pembuka dan penyambut siang kami di Kota Yogyakarta. Dibawakan oleh seorang teman bernama Nico yang saat itu sedang tidak bersahabat dengan sesuatu bernama cinta. Seiring tawa dan sahut-sahutan antara Geisha, Kerispatih, Ungu, Terry, Bondan, dan lain-lain membuat kami lupa sejenak dengan rutinitas pekerjaan yang membosankan, bahkan Black Eyed Peas dengan The Time (The Dirty Bit)nya sukses mengajak kami untuk bergoyang dan menikmati remix music sejenak."...Iβve had the time of my lifeβ¦and Iβve never felt this way beforeβ¦and I swear this is trueβ¦and I owe it all to youβ¦(letβs dance babe)...."Tidak terasa, waktu 120 menit cepat sekali habis, lagu Yogyakarta yang versi aslinya dibawakan oleh Katon Bagaskara menutup siang ceria kami di Inul Vizta, setelah selesai shalat Dzuhur berjama'ah, kaki kami langsung berlari dan meluncur ketujuan semula, Pantai Baron.Perjalanan kami lanjutkan menuju arah Piyungan, atau lebih gampangnya dari arah Bandara Adi Sucipto masih lurus lagi kurang lebih 3 km. Kami sempat mampir di daerah Meguwo untuk beli Dunkin Donuts dan menyerahkan tongkat kemudi ke Irvansyah. Walaupun sempat salah arah karena perbedaan penafsiran salah satu rambu, tetapi kami dapat kembali ke arah yang benar dengan cepat. Setelah banyak mengeluarkan tenaga di Inul Vizta, suasana di mobil tidak terlalu riuh, apalagi cuaca cukup mendung, sangat cocok untuk memejamkan mata sejenak, huammmm. Memasuki daerah Wonosari, kami disambut oleh hujan deras dan jalan yang berkelok-kelok naik turun, hampir seperti jalur yang ada di Cadas Pangeran, menurut keterangan dari Vita.Kurang lebih 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah Gunungkidul yang jaraknya 66 km dari Kota Yogyakarta. Pukul 16.30 WIB kami sampai di pantai tujuan kami yang pertama, yaitu Pantai Baron. Biaya tiket masuk untuk 6 orang waktu itu adalah Rp14.000,00 dan parkir mobil Rp5.000,00. Aroma khas pantai menyambut kami dengan ramah. Keramaian beberapa kendaraan luar kota yang diparkir menjelaskan cukup banyaknya pendatang yang mengetahui keindahan pantai ini.Kami pun tidak membutuhkan waktu lama untuk segera menikmati Pantai Baron. Pasir pantai berwarna gelap adalah hal pertama yang kami temui, aliran air sungai yang bermuara ke laut selatan membuat celah pemisah antara sisi pantai dengan dataran tinggi di sisi seberang pantai. Walaupun, terlihat cukup tenang tetapi arus dalam cukup deras, hal ini harus diperhatikan bagi yang belum mahir berenang. Meskipun, memakai ban karena apabila lengah bisa saja terbawa arus yang deras dan hilang dijadikan sesajen untuk Nyai Roro Kidul yang katanya bermukim di kawasan Pantai Selatan.Nico merupakan orang pertama yang menyeburkan diri ke dalam air. Kesegaran air berwarna hijau ini mengundang 3 anggota "boyband" lainnya, yaitu Jo, Endo, dan Irvansyah untuk ikut nyemplung, membiarkan Vita dan Ratih yang sedang asyik memainkan kamera 2 megapixel dan mengabadikan aksi-aksi elegan dan maskulin dari 4 boyband di Pantai Baron.Aksi teatrikal layaknya 4 anggota pasukan khusus yang sedang merayap di atas pasir, sampai pose-pose lain seperti happy sunbathe dan lompatan ke dalam air sangat sempurna, bahkan mungkin beberapa majalah pria seperti Men's Health dan Cosmopolitan harus mempertimbangkan untuk memasang salah satu foto koleksi liburan kami sebagai cover utama dimajalahnya, haha. Bahkan kekompakan antara para boyband terlihat dibeberapa capture photo, khususnya ketika sama-sama mendukung aksi Endo mengabadikan sebuah tulisan yang didedikasikan untuk pasangan hidupnya bernama Dewi.Kurang lebih pukul 17.30 WIB akhirnya kami beranjak untuk meninggalkan Pantai Baron. Semburat kuning kemerah-merahan yang dilemparkan matahari di ufuk barat, berlapis-lapis memecah kesunyian yang beranjak menduduki sore dan memanggil bulan 'tuk segera datang. Hingga kegelapan itu menyelimuti segenap garis pantai, kami beringsut menjauh dan memilih untuk kabur.Sesampainya ditempat parkir, ada beberapa boyband yang berganti pakaian di mobil, dan ada juga yang mencari kamar mandi. Acara kami setelah ini adalah mencari tempat menginap yang murah, nyaman dan bersih sebagai biduk peristirahatan kami malam ini. Untuk calon tempat yang pertama, kami memilih penginapan di dekat gerbang masuk ke pantai Baron, melihat dari suasananya intuisi kami mengatakan sepertinya bukan ini tempatnya, dan setelah disurvey oleh Jo, Vita, dan Ratih, ternyata benar tempat ini bukan tempat yang cocok, alasannya cuma satu, yaitu mahal (bukan karena jumlah kamar hanya dua dan kami ber enam, walaupun double occupancy, hihi).Guest house yang sekilas terlihat ketika berangkat, menjadi tujuan kami selanjutnya untuk tempat menginap, lokasinya yang berada di luar kawasan pantai Baron terasa sangat jauh, apalagi kegelapan dan gerimis setia menemani kami sejak meninggalkan Pantai Baron. Setelah sampai, kami semua turun beramai-ramai untuk melihat kamar-kamarnya, walaupun harga yang ditawarkan cukup murah, yaitu Rp40.000,00 per malam untuk 2 orang, tetapi sepertinya ini juga bukan pilihan tepat untuk menginap. Kebersihan dan suasana kamar yang temaram, sepertinya lebih cocok sebagai referensi tempat untuk syuting film sejenis pocong mandi goyang pinggul ataupun arwah goyang Jupe Depe.Dari informasi si penjaga penginapan, kami memutuskan untuk kembali mencari di kawasan Pantai Kukup. Jalan yang berkelok-kelok dan suasana jalan tanpa penerangan mengingatkan kami kepada arah yang ditempuh Bella untuk pergi ke rumah Edward Cullen, mungkin Victoria, James, dan Laurent beberapa tahun lalu juga melewati jalan ini ketika akan menyerang keluarga Cullen dalam trilogy "Twilight".Akhirnya kami tiba di kawasan pantai Kukup, sambil melihat ke sekitar, kami memilih sebuah rumah bertingkat yang kelihatannya cukup nyaman untuk menginap, tidak tertulis nama ataupun alamat didepan rumah yang ada hanya susunan huruf bertuliskan "PENGINAPAN" beserta nomor telepon handphone yang bisa dihubungi. Ketua panitia, Jo memaksa kami melihat-lihat kamar di seluruh lantai untuk memastikan kamar mana yang dipilih, bahkan saat itu Jo masih sempat untuk menawar harga kamar yang akan digunakan untuk kami berenam.Setelah beberapa saat, kami mengetahui nama penginapan ini adalah Kukup Indah, penempatan kolam ikan air asin didepan kamar tamu membuat penginapan ini terlihat friendly dan comfortable. Satu set meja dan kursi di teras yang ditemani satu buah dipan, menjadikan teras sebagai ajang tempat berkumpul dan nongkrong setelah kami membasuh badan, sambil menunggu hidangan supper-time yang telah dipesan Vita dan Ratih. Obrolan mengalir deras ditemani canda tawa dan rasa puas untuk liburan bersama kali ini.Beberapa ekor Ikan bakar dan ikan goreng, serta seporsi tampico calamary yang digoreng renyah menjadi santapan terlezat kami hari ini selain the king of lemper dan roti maryam, ditemani potongan timun, kol dan sambal terasi yang menggoyang lidah, kami sejenak terdiam dan hanyut dengan makanan masing-masing. Terpaan angin barat dan suasana pantai yang khas, menambah kekhusyukan suasana santap malam bersama kami. Ditutup dengan segelas hot tea dan black coffee, hanya ada satu kata yang pas untuk menggambarkan suasana kami, Β "Maknyusssssssss."Gelombang panas yang perasal dari tiga batang rokok yang dihisap mengalir melewati gugusan malam, sambil berbicara pelan dan sepakat untuk membeli satu pack kartu remi, bahkan gerimis pun tak dihindari. Menunggu Jo, Nico dan Endo mencari kartu, membuat Ratih tidak kuat menahan diri untuk kembali ke kamar dan bercengkerama dengan bunga-bunga tidur bersama empuknya kasur dan bantal layaknya hotel berbintang. Hanya Irvansyah dan Vita yang masih terduduk menikmati suasana dan setia menunggu komplotan "The Three Musketeer" pulang membawa hasil, yaitu kartu remi.Sabtu malam ini berbeda dengan malam-malam lainnya, pertandingan akbar The Royal Poker antara pasangan koalisi dan oposisi akan memanaskan suasana pantai Kukup. Walaupun satu pasangan koalisi yang digawangi oleh Irvansyah dan Vita tidak diunggulkan, buktinya pasangan tersebut cukup handal dalam menjadi team kuda hitam yang mempersulit langkah rival abadinya, yaitu Jo dalam merebut posisi ke-3 klasemen. Sempat mengalahkan Jo dibabak-babak pertengahan, tetapi pada menit-menit akhir justru team koalisi ini kesulitan mengatasi serangan-serangan balik dari Jo, alhasil nilai penuh dicuri Jo pada 3 pertandingan terakhir dan memaksa Irvansyah dan Vita parkir di urutan ke-4 klasemen. Sedangkan Nico dan Endo terlihat nyaman bersaing di sisi atas papan klasemen sementara. Saling mengejar sejak menit pertama, Nico selalu memimpin dengan skor yang cukup aman. Walaupun, dibeberapa babak terlihat tertinggal dengan Endo, permainan kalem dan tidak sembrono dalam melepaskan kartu, menjadi ciri khas permainan para pemimpin klasemen malam itu, sangat berbeda dengan strategi permainan Jo yang cenderung blak-blakan dan sempat menerapkan vain strategy (vain: having too much pride in oneβs appearance, achievements)Β yang mana malah memaksa Jo sedikit tertinggal dengan team kuda hitam sementara, Irvansyah dan Vita. Skor akhir yang tercatat di papan klasemen malam itu adalah Nico: 151 poin, Endo: 146 poin, Jo: 146 poin, Irvansyah & Vita: 130 poin, maka dari hasil tersebut, diputuskan Nico lah yang menjadi juara The Royal Poker hari ini.Aktifitas padat pada liburan hari pertama ini ditutup pada jam 1 dini hari, kami kembali kekamar masing-masing untuk menikmati malam panjang di pantai Kukup, Good bye Saturday.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara