Rabu, 27 September 2010 kami melakukan perjalanan darat dari Brastagi ke Singkil. Daerah yang kami lalui selepas dari Sidikalang lumayan sepi dan jalan tidak begitu mulus, beberapa meter jalan mulus beraspal lalu kembali rusak dan jalur yang dilalui adalah jalur rawan longsor. Selepas Dairi menuju Fakpak Barat sebelum Subulussalam salam mobil yang kami tumpangi diberhentikan oleh polisi. Saya lumayan kaget dan khawatir karena semua barang bawaan kami diperiksa semuanya tapi ini hanya merupakan pemeriksaan untuk mengantisipasi teroris yang akan masuk dan keluar Aceh.
Selepas dari pertigaan Subulussalam kami dihadiahi langit yang cerah dan pemandangan perkebunan kelapa sawit di kanan dan kiri kami. Hampir kurang lebih 7 jam perjalanan kami sampai disebuah kabupaten yang bernama Singkil. Yang ada dipikiran saya pertama kali adalah sepi tidak ada keramaian yang berarti. Jarak dari satu rumah ke rumah yang lain berjauhan. Beberapa terpisah oleh kebun kelapa sawit dan baru ketika memasuki ke daerah kotanya sudah tampak rumah yang lumayan banyak dan satu hal yang unik adalah plang-plang Asmaul Husna yang berderet sepanjang jalan mengingatkan saya saat berada di kota Padang.
Ketika sore hari baru tampak kegiatan masyarakat setempat disekitar pelabuhan. Malam harinyapun demikian kota sunyi senyap tak banyak lalu lalang kendaraan ketika kami ingin menikmati makan malam disekitar hotel yang kami tumpangi. Kedai kopipun tidak seramai yang saya bayangkan walau kadang terdengar suara dentingan gitar dan nyanyian pemuda setempat dari kamar tempat kami menginap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda