Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Susan Stephanie|5147|SULBAR & SULSEL|50

Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Selasa, 02 Agu 2011 14:30 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
membanting kemurungan
ugc
ugc
ugc
ugc
ugc
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Bantimurung, Dijamin Tidak Membuat Murung
Jakarta -
Monyet!

Itu reaksi pertama ketika memasuki kawasan Taman Nasional Bantimurung.
Ya, sebuah patung monyet raksasa duduk dengan tegap sambil mengacungkan satu tangannya ke udara. Sepertinya memanggil kami untuk segera masuk dan menjelajahi tempat ini.Setelah membayar retribusi karcis seharga Rp. 10.000,00 per orang, kami langsung bergegas menuju lokasi Air Terjun Bantimurung yang terkenal itu.

Bantimurung berasal dari bahasa Bugis, Benti yang artinya air dan Merrung yang artinya bergemuruh. Kata Bantimurung juga sering diplesetkan menjadi Banting Murung, tempat dimana kita dapat membanting semua kemurungan. Dan memang, pada saat kami berkunjung, tidak nampak adanya wajah-wajah yang murung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang bapak terlihat duduk tenang bersila di bawah air terjun, membiarkan derasnya aliran air terjun jatuh menghujam langsung ke badannya. Pijat refleksi ala Bantimurung, yang pastinya membuat banyak orang berharap punya shower air terjun semacam ini di kamar mandinya masing-masing.

Di sisi lain, banyak remaja dan anak-anak yang bermain seluncuran mengikuti arah arus air yang mengalir deras. Hanya ada rona bahagia menghiasi wajah-wajah para pengunjung Taman Nasional ini.

Hal yang sama mungkin dirasakan oleh Alfred Russel Wallace, si pencetus Wallace Line, sebuah garis imajiner yang membagi flora dan fauna Indonesia menjadi dua bagian besar, Barat dan Timur.

Dalam kunjungannya ke Makassar di tahun 1856, ia mampir ke Taman Nasional Bantimurung ini untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Diceritakan dalam salah satu bukunya, betapa bahagianya Wallace di tempat ini ketika berhasil menemukan spesies kupu-kupu unik yang hanya terdapat Pulau Sulawesi. Samar-samar tercium aroma menggoda yang familiar, dan nampaklah satu papan kecil bertuliskan kalimat ajaib itu.

Mie Baso.

Tiba-tiba saja kupu-kupu di perut ini berubah lagi menjadi cacing-cacing ganas
yang sangat penuntut. Langsung saja saya bergabung dengan pendamping kami, Bang Agus, yang sudah terlebih dahulu memesan.

Cerita panjang tentang tempat ini pun mengalir lancar. Menurut Bang Agustinus Lamba, beberapa tahun yang lalu, masih terdapat ribuan kupu-kupu di tempat ini. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah pengunjung, membuat masyarakat lokal lebih gencar dalam menangkap kupu-kupu untuk kemudian dijual sebagai suvenir.

Pembangunan tempat rekreasi di Taman Nasional ini juga mengakibatkan hilangnya tempat untuk kupu-kupu bertelur. Hal-hal ini menyebabkan turunnya jumlah kupu-kupu di kawasan ini. Dia hanya berharap, semoga cepat ada tindakan nyata untuk memperbaiki alam dan ekosistem di Taman Nasional ini, sehingga sebutan Kingdom of Butterfly pemberian Wallace pun tetap bisa melekat di tempat ini.

Β 

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads