Kecantikan Bromo yang Mempesona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dita Wisnuwardani|4118|JATIM|19

Kecantikan Bromo yang Mempesona

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 19 Mei 2011 15:10 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Sunrise view Bromo dari Puncak Penanjakan
Matahari yang mulai muncul mewarnai langit
Matahari yang mulai muncul mewarnai langit
Pura di tengah lautan pasir
Asap dari pusat Bromo yang mewarnai langit biru
Kecantikan Bromo yang Mempesona
Kecantikan Bromo yang Mempesona
Kecantikan Bromo yang Mempesona
Kecantikan Bromo yang Mempesona
Kecantikan Bromo yang Mempesona
Jakarta -

Pesona Kawah Gunung Bromo telah dikenal secara luas sebagai salah satu objek wisata unggulan dari Jawa Timur. Daya tarik gunung yang masih aktif ini adalah kawahnya yang sangat luas, yang sampai kini masih mengeluarkan asap belerang dari pusatnya. Selain itu Gunung Bromo juga menawarkan sunrise view yang indah jika dilihat dari Gunung Penanjakan. Letak Gunung Bromo berada dalam cakupan empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang, dan menjadi bagian dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Perjalanan kami awali sekitar pukul 1 pagi demi menyaksikan peristiwa terbitnya matahari. Kami bertolak dari Kota Batu Malang, dan membutuhkan sekitar satu jam perjalanan untuk tiba di kaki Gunung Penanjakan. Sesampainya di kaki Gunung Penanjakan kami menyewa mobil Jeep beserta sopir yang akan membawa kami menuju puncak dari gunung yang juga termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini. Dari puncak inilah kami akan menyaksikan sunrise Gunung Bromo yang tersohor. Peristiwa ini dihiasi oleh pemandangan puncak-puncak gunung yang berada di kawasan Taman Nasional, antara lain puncak Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru.

Dengan mengendarai mobil, tak butuh waktu lama untuk mencapai puncak Penanjakan. Namun karena jalan semakin curam, kami harus turun dari Jeep dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menaiki anak tangga yang cukup tinggi sejauh beberapa ratus meter. Selagi menaiki tangga kami menggigil kedinginan. Angin bertiup kencang menyebabkan dingin hawa pegunungan semakin terasa menusuk tulang. Untungnya di sekitar area anak tangga terdapat deretan warung-warung kecil yang menyajikan minuman hangat seperti kopi dan teh, tak lupa tersedia pula makanan hangat sebagai camilan. Warung-warung ini juga menyediakan topi kupluk dan sarung tangan, bahkan menyewakan mantel-mantel besar dan tebal untuk pengunjung yang tidak kuat menahan dingin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menghangatkan diri sejenak kami kembali menaiki anak tangga yang tersisa. Tak berapa lama sesampainya kami di puncak, semburat jingga muncul dari kejauhan. Kami pun menyaksikan sendiri cahaya matahari yang perlahan mewarnai langit dan menampakkan kecantikan puncak Bromo.

Ketika langit semakin terang kami turun menuju mobil Jeep sewaan kami yang kemudian mengantarkan kami dari Penanjakan menuju Bromo. Untuk mencapai Gunung Bromo kami harus berjalan kaki melewati lautan pasir dan bukit bebatuan, hingga menuju puncak. Jarak yang mesti ditempuh dari area parkir Jeep hingga bukit bebatuan cukup jauh, namun tak usah khawatir karena di sini tersedia pula kuda-kuda yang disewakan untuk mengantarkan kita.

Sementara kami menyeberangi lautan pasir ini kami melihat Pura Luhur Poten Bromo, yaitu pura yang menjadi tempat dimana para Suku Tengger melakukan upacara keagamaan.

Suku Tengger adalah suku asli beragama Hindu yang tinggal tak jauh dari kawasan taman nasional. Menurut legenda, mereka merupakan suku yang mengasingkan diri pada masa kejayaan Majapahit. Bagi suku ini, Gunung Bromo adalah gunung yang suci, dan demi sesembahan, setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Dimulai dari Pura Poten di bawah dan dilanjutkan di puncak Bromo. Melalui upacara tersebut masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit. Upacaranya berupa persembahan sesaji dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo oleh pemangku adat. Sementara itu, masyarakat Tengger yang lain turun ke dalam kawah, menangkap sesaji yang dilemparkan. Secara metaforis, sesaji yang dilemparkan itu bermakna sebagai berkah dari Yang Maha Kuasa.

Kembali ke perjalanan kami menuju Bromo, setelah melewati lautan pasir dan menaiki bukit-bukit batuan lagi-lagi kami harus menaiki anak tangga hingga ke puncak gunung. Sesampainya di puncak, kami disuguhi pemandangan berupa pusat kawah yang masih mengeluarkan asap belerang. Pusat kawah terletak sangat dalam dan jauh dari lokasi pengunjung, sehingga asap belerang yang dihasilkan tidak terlalu pekat dan tidak mengganggu pengunjung meski gunungnya masih aktif. Pada bibir puncak terdapat pagar pengaman sehingga para pengunjung dapat menikmati panorama Kawah Bromo dan mengambil gambar dengan aman.

 
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads