Di Indonesia umumnya kita mengenal 2 tipe wayang; wayang kulit dan wayang golek. Beruntungnya kali ini kami mendapat kesempatan mengunjungi salah satu tempat pembuatan wayang golek yang bernama Pitaloka. Letaknya hanya sekitar 50 meter dari Braga. Tempat pembuatan wayang golek Pitaloka tidak terletak di pinggir jalan. Kami harus berjalan melewati setapak berkelok kira-kira 10 meter untuk tiba di bengkel pembuatan golek itu.
Bengkel wayang golek Pitaloka terletak di jalan Pangarang 78/17 B, Bandung. Bengkel ini merupakan milik pak Tatang Haryana yang diwarisi dari ayahnya, H. Ruhiyat. Pak Ruhiyat ini sendiri terkenal sebagai seorang dalang kondang pada tahun 1960-an. Konon pak Ruhiyat adalah seorang pelukis yang mendalami seni melukis komik. Baru pada tahun 1955 pak Ruhiyat beralih profesi menjadi Juru Golek atau pembuat wayang golek.
Pada tahun 1967 pak Tatang mulai belajar membuat wayang golek. Beliau mengakui tidak gampang untuk bisa membuat wayang golek. Namun karena bakat seni dari ayahnya dan sudah turun-temurun, maka pak Tatang tidak terlalu kesulitan mempelajarinya. Apalagi pak Tatang memang hobby dan menjalaninya dengan senang hati. Membuat wayang golek dibutuhkan kecintaan pada seni dan kesabaran yang tinggi. Disamping itu Juru Golek juga harus memiliki keterampilan memahat dan mengukir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembuatan wayang golek adalah :
1. Kayu ditebang, dibuka kulit luar yang kasar (diangin-angin) lalu dijemur tidak boleh langsung kena matahari.
2. Kayu dipotong berdasarkan kebutuhan / besarnya.
3. Dibentuk berdasarkan kebutuhan. Untuk kepala bentuknya elips. Untuk badan bentuknya kotak. Dan lain-lain.
4. Bentuk bakalan atau bentuk kasar (contoh; wajah).
5. Digambar.
6. Dibentuk halus.
7. Proses pengukiran.
8. Dihaluskan menggunakan kertas amplas.
9. Diberi warna / di-cat.
10. Finishing; penyatuan bagian-bagian wayang golek dan pakaian.
Pakaian wayang golek dari bengkel Pitaloka ini dijahit sendiri oleh istri pak Tatang, yaitu ibu Imas.
Menurut pak Tatang, wayang golek memiliki 4 patrun atau kelompok tokoh yaitu patrun satria (contohnya Rama), patrun punggawa (contohnya Gatot Kaca atau Bima), patrun putri dan patrun denawa. Masing-masing patrun memiliki ciri khas tersendiri. Misalnya untuk patrun satria pada model lama matanya pasti tertutup sementara untuk yang model baru matanya mulai agak terbuka sedikit. Ciri lain yang membedakan masing-masing patrun ini juga bisa dilihat dari mahkota, baju dan warna cat pada wajah.
Warna cat pada wajah wayang golek punya makna berbeda.
Putih : karakter baik.
Krem : karakter baik dan bijaksana.
Biru : karakter heroik.
Merah : karakter jahat
Β
Dengan filosofi warna itu, golek bukanlah sekedar boneka biasa. (travel/travel)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah