Selalu banyak sisi positif dan negatif dari sebuah hal. Apalagi tentang keberadaan timah di Indonesia, khususnya di Pulau Bangka. Pertambangan timah sangat merusak ekosistem. Sebuah fakta yang sangat kontradiktif jika dilihat dari perannya sebagai "emas" sumber penghasilan masyarakat Bangka. Namun dalam tulisan ini, saya akan mencoba untuk membahas timah dari sisi sejarah dan kegunaannya.
Cuaca yang tidak mendukung dan jarak yang jauh dari destinasi wisata lainnya membuat kami tidak bisa menyambangi daerah pertambangan timah selama di Bangka. PT. Timah pun ternyata tidak boleh dikunjungi oleh sembarang orang. Maka saya dan rekan petualang pun memilih Museum Timah sebagai gantinya di hari Sabtu, 2 Oktober 2010.
Museum Timah berlokasi di , Jl. Ahmad Yani no. 179, Pangkalpinang, Bangka Belitung . Di museum ini, rekam jejak perjalanan pertambangan timah di Bangka Belitung tersimpan secara apik. Anda tidak perlu membayar sepeser pun karena tak ada tiket masuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bagian tengah ruangan museum, kotak-kotak sejarah timah akan menyuguhi anda dengan replika dan beberapa peralatan yang masih asli untuk penggalian di masa awal dan masa modern. Ada juga foto-foto dan cerita sejarah penambangan timah dari masa ke masa.
Penambangan timah pada awalnya sangat bergantung pada tenaga manusia. Penggaliannya dilakukan menggunakan linggis kayu, diperkirakan telah dimulai oleh penduduk pribumi Bangka sekitar abad ke-5. Pada awal tahun 1850-an, alat mesin gali mulai menggantikan tenaga manusia sebagai penggali tanah. Setelah itu, mesin tenaga uap mulai digunakan pada pertengahan abad ke-19. Sejak tahun 1996, penambangan timah darat dilakukan menggunakan peralatan berteknologi modern (penambangan aluvial), yaitu dengan pompa semprot (gravel pump). Sedangkan penambangan timah laut menggunakan kapal keruk.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan timah dalam wujud yang sangat familiar dan aplikatif. Misalnya sendok, garpu, kaleng, kertas pembungkus rokok, pelapis anti karat, pelapis pipa besi, pelapis kawat telepon dan listrik, solder, dan baju anti api. Timah juga digunakan sebagai bahan baku baterai kering, bahan untuk campuran oktan dalam bensin, dan campuran untuk pembuatan benda-benda yang terbuat dari karet.
Harus diakui, penambangan timah memang merusak keseimbangan alam. Namun, masih banyak orang yang peduli untuk menambal lubang-lubang akibat kerusakan yang dihasilkannya. Salah satunya dengan program Bangka Goes Green. Untuk cerita lengkapnya, anda bisa membacanya di tulisan saya selanjutnya yang berjudul "Ratusan Sapi Hijaukan Bumi Bangka". Selamat membaca dan selalu lihatlah Indonesia dengan hati dari berbagai sisi! :) (@lucianancy)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!