Budaya megalitikum masih terus hidup di Sumba. Begitulah pandangan saya sepanjang perjalanan kami menuju sebuah desa yang bernama Anakalang. Di sepanjang jalan masih bisa ditemui kuburan kuburan batu besar yang berada tepat di depan rumah - rumah penduduk. Terkadang ada yang berukuran lebih kecil dari rumahnya, terkadang ada yang hampir seukuran dengan rumah itu. Sebuah hal yang baru bagi saya untuk melihat keunikan ini.
Kami berhenti di sebuah rumah yang tepat berada di pinggir jalan setelah perjalanan hampir 1 jam dari kota Waikabubak (17/10/2010). Sebelum mengambil gambar, kami mengetuk rumah yang bercat biru dan beratapkan seng itu terlebih dahulu. Seorang mama tua keluar dari dalam rumah, sembari membawa sebuah buku besar. Dia sepertinya sudah tahu maksud kedatangan kami. Disodorkannya buku besar itu dan sebuah bolpoin kepada saya. Mengisi buku tamu, menjelaskan maksud kedatangan dan memberikan sejumlah donasi itu yang tertera di buku besar. Melihat daftar nama yang tertera di buku itu, ternyata jumlah tamu berkunjung sudah banyak, mencapai ratusan orang. Dan mayoritas adalah wisatawan asing.
Mencoba beramah - tamah itu yang sedang kami lakukan. Tapi sang mama ternyata masih ada kesibukan di dapur untuk menyiapkan makan malam bagi keluarga. Kami tidak bisa menggali informasi lebih jauh soal kuburan ini. Informasi yang kami dapat hanyalah, kuburan ini adalah kuburan batu terbesar di Sumba, penghuni dari komplek kuburan mini adalah orang tua dan kerabat dari mama tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina