Satu hal lagi yang membuat saya betah berlama-lama disini adalah, udaranya sejuk sekali, apalagi kalau pagi hari, kabut baru akan hilang dari pandangan diatas jam 7 pagi. Sebelum saya mengakhiri perjalanan saya di kota ini dan kembali ke Surabaya, saya menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar Desa Kasiyan, kata teman saya di daerah ini mayoritas penduduknya adalah petani, walaupun tidak semua yang menanam padi, sebagian dari mereka adalah petani tebu. Selain bertani mereka juga sebagai pembuat batu bata, jadi tidak heran kalau disekitar areal persawahan banyak dijumpai semacam gubuk dan biasa disebut linggan. Linggan ini merupakan tempat pembuatan batu bata. Bicara soal mata pencaharian penduduk Mojokerto, ada juga yang berprofesi sebagai pengrajin Kuningan, di desa Bejijong salah satunya, saya sendiri sempat mampir dan melihat mereka bekerja, mulai dari proses mengolah bahan baku, mencetak, memanggang sampai tahap pemolesan/ finishing, untuk tahap akhir ini mereka menggun akan watu ijo (red: batu hijau) agar memberikan hasil mengkilap pada kuningan. Lucky me, saya pulang tidak dengan tangan kosong, oleh pemiliknya saya diberi souvenir berupa tempat lilin dan asbak berbentuk angsa dan kura-kura, saya senang sekali.
Akhirnya, perjalanan saya di kota ini berakhir dengan Wonosalam sebagai tujuan akhir saya. Bagi yang suka Durian, disinilah tempat yang tepat untuk berburu durian. Kita bisa menikmati durian masak pohon atau mau coba ikut memanen durian juga boleh.
Sekian cerita wisata saya selama dua hari di Mojokerto. For me, this two days journey is exciting. I do believe that Indonesia hide so many treasure of stories surrounding us, wait to be found.
(travel/travel)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya