Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini berlangsung di saat musim semi. Rentang waktu puasa kami di Utrecht, Belanda menjadi sedikit lebih pendek, sekitar 16 jam lebih di awal Ramadhan, sampai sekitar 18 jam lebih di akhir Ramadhan.
Kami menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan penuh suka cita, dan menjalaninya dengan penuh khidmat. Bulan yang penuh berkah dan maghfirah, dimana setiap muslim yang mampu, melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bulan inilah kaum muslim belajar menahan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, mempererat tali silaturahmi, dan berbagi rejeki dengan sesama lewat zakat, infak dan sedekah.
Tanpa mengurangi kekhidmatan dan kekhusukan, namun kiranya bulan Suci Ramadhan tahun ini, hampir sama kondisinya seperti tahun lalu. Tak satupun penduduk bumi yang menyangka, dampak pandemi Corona yang disebabkan oleh virus Covid-19, begitu masif menyebar ke hampir seluruh permukaan bumi.
Hampir semua penduduk jagat semesta dihimbau untuk sebisa mungkin berdiam di rumah, membatasi segala bentuk interaksi dengan orang lain selain anggota keluarga satu rumah.
Pembatasan pergerakan dan mobilisasi penduduk berlaku bukan hanya bersifat lokal, tapi juga regional dan international. Hal ini bertujuan untuk lebih meminimalisir dampak wabah yang mematikan ini semakin meluas dan merajalela. Bersyukur vaksin saat ini sudah mulai masal digunakan.
Para diaspora atau WNI yang bermukim di perantauan, seperti juga yang tinggal di Utrecht Belanda, dengan penuh kesadaran, mengikuti dan menaati imbauan dan aturan pemerintah setempat.
Komunitas muslim Indonesia di Utrecht, termasuk saya, yang tergabung dalam perkumpulan SGB-Utrecht (Stichting Generasi Baru), menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini, dengan beragam agenda kegiatan yang disesuaikan dengan aturan pemerintah setempat, diantaranya; Tahsin Al-Quran secara online, ceramah online menjelang berbuka, iftar virtual, program berbagi makanan berbuka puasa bagi jamaah yang membutuhkan, terutama yang lagi sakit atau mungkin masih dalam proses karantina mandiri, dan juga buat teman-teman pelajar yang tinggal sendiri atau yang baru datang ke Belanda.
Program ZIS Ramadhan Insyaallah untuk Ramadhan tahun ini, SGB Utrecht kembali memfasilitasi jamaahnya, dan juga masyarakat muslim Indonesia di Belanda yg ingin menyalurkan zakat fitrah, zakat maal, infaq dan sedekah-sedekah Ramadhan lainnya lewat SGB.
Donasi Ramadhan ini nantinya akan didistribusikan ke anak-anak yatim, kaum dhuafa dan orang-orang yg membutuhkan di Indonesia dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan dan amil zakat di Indonesia seperti Human Initiative dan Yakesma.
Kajian Online setiap pekan, Kajian online ini terbagi 2, ada yg kami adakan bekerjasama dengan pengajian-pengajian kota se-Belanda yg tergabung dalam FORKOM-NL, dan ada juga kajian online SGB Utrecht dengan penceramah dari tanah air seperti, Ustadz Dr Saiful Bahri, Lc, MA dan Ustadz Salim A Fillah.
Himbauan untuk sebisa mungkin berdiam di rumah, jaga jarak dan pembatasan berkumpul, membuat kami tidak bisa bersilaturahmi seperti biasa di musala kecil, yang terletak di Bazelstraat 31 untuk melaksanakan acara buka puasa bersama.
Para WNI, baik itu yang menetap, para pelajar dan para pekerja, tahun- tahun sebelumnya biasanya setiap hari Sabtu selama Ramadhan, berkumpul saling melepas rindu, bersilaturahmi dan saling berkisah kegiatan masing-masing, merasakan hangatnya persaudaraan di rantau saat buka puasa bersama.
Para ibu yang tergabung dalam grup pengajian An-Nissa bergotong royong, bahu membahu menyiapkan takjil dan santap berbuka, dengan menu khas Indonesia. Kami akan begitu kehilangan suasana Ramadhan dalam kebersamaan, tanpa silaturahmi ragawi, berdiam di rumah, keterbatasan salat berjamaah di musala dan mesjid, membuat Ramadhan tahun ini akan terasa sedikit sunyi dan hampa, hampir sama seperti tahun lalu.
Dengan beragam aturan yang membatasi silaturahmi masal termasuk mesjid-mesjid dan musala karena wabah Covid-19, ada kesedihan yang luar biasa. Umat muslim merasakan hilangnya koneksi spiritual yang dapat diperoleh dari doa-doa jamaah.
Namun di sisi lain terdapat banyak ruang sunyi yang begitu lapang di hati, jiwa dan raga kita untuk lebih khusuk bertafakur. Sehingga puasa menjadi lebih leluasa dihayati karena jarak kerumun yang terpangkas.
Sebagai makhluk sosial, kita memang membutuhkan ruang kebersamaan alami yang hidup, disertai jiwa nan bebas, bukan sekedar sekat gambar dan suara teknologi. Berharap dan berdoa, semoga secepatnya wabah ini berakhir, dan kita semua kembali beraktivitas normal dengan penuh rasa syukur. Marhaban yaa Ramadhan 1442 H.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!