Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Senin, 08 Nov 2021 19:45 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Cerita Hangat dari Traveler Autis, ke Kampung Tajur untuk 'Healing'

Rumah Adat Kampung Tajur
Rumah Adat Kampung Tajur
Keindahan Alam di Kampung Tajur
Keindahan Alam di Kampung Tajur
Sungai yang jernih di Kampung Tajur
Sungai yang jernih di Kampung Tajur
detikTravel Community -

Memiliki anak dengan gangguan autisme menjadikan pola pikir saya berubah. Cara makan bahkan cara untuk berwisata untuknya sangat dipikirkan. Menurut pandangan saya, anak autis rentan terhadap stres. Oleh karena itu, berwisata sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat stres yang sedang dialaminya.

Dahulu untuk berwisata, kami selalu menghabiskan waktu ke tempat yang sedang viral atau ramai dikunjungi oleh pengunjung. Namun sekarang hal itu berbanding terbalik, kami mencari tempat yang sepi pengunjung.

Karena semakin bertambahnya umur, ia dapat merasakan ketidaknyamanan saat berada di dalam keramaian juga kebisingan. Maka dari itu, hingga ke pelosok desa pun dilalui untuk kebutuhan wisata putri kami.

Salah satu desa wisata yang kami kunjungi berada di Kampung Tajur, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. Jarak dari pusat Kota Purwakarta ke lokasi sekitar 30 kilometer.

Berada di lereng Gunung Burangrang menjadikan akses menuju Kampung Tajur cukup menanjak dan berbelok-belok. Kami pun menemukan jalan sempit dengan pemandangan hijau di sekitarnya seperti perkebunan teh dan sayuran.

Tiba di Kampung Tajur, suasana pedesaan begitu terasa. Rumah adat sunda berupa rumah panggung berderet rapi. Beberapa rumah bertuliskan 'Home Stay' yang berarti rumah tersebut biasa disewakan untuk wisatawan.

Namun, sangat disayangkan selama masa pandemi ini, wisatawan tidak diperbolehkan untuk menginap di sana. Kami pun disambut oleh masyarakat yang begitu ramah. Rupanya mereka sudah terbiasa dan ter-edukasi dengan kedatangan wisatawan.

Setelah berbincang sebentar dengan masyarakat, kami diarahkan untuk menyusuri persawahan juga hutan yang ternyata di sana terdapat sungai yang begitu jernih. Saat itu, hanya keluarga kami saja yang berkunjung kesana. Udara yang sejuk dan hening, membuat putri kami begitu nyaman saat berada di Kampung Tajur.

Kami pun mengikuti arahan dari mereka. Berjalan kaki menyusuri sawah dan ditemani oleh suara hewan ternak seperti kambing, merupakan sesuatu yang langka bagi kami. Sebagai orang tua dari anak dengan gangguan autisme, kami sekaligus menjadikan moment ini sebagai ajang untuk terapi baginya.

Masuk berjalan kembali ke dalam hutan dengan akses yang sudah tertata rapi, juga disuguhkan dengan aneka bunga dan tumbuhan liar, putri kami bisa bekerja sama serta mampu mengikuti arahan dari kami dengan baik. Setelah itu, kami beristirahat di tepi sungai.

Masuk ke dalam sungai, menginjak bebatuan merupakan salah satu jenis terapi alami untuk putri kami. Kami begitu takjub dengan kehidupan masyarakat di Kampung Tajur. Upaya untuk mempertahankan tradisi, adat istiadat dan kelestarian alam begitu terlihat di sana.

Kebersamaan anak-anak bermain permainan tradisional masih bisa kami lihat. Penggunaan handphone tidak kami temui di Kampung Tajur yang masih bisa dibilang dekat dengan perkotaan.

Mungkin hal inilah yang menjadikan para wisatawan tertarik untuk mengunjungi Kampung Tajur ini.

BERITA TERKAIT
BACA JUGA