Sebagai seorang traveler, saya selalu butuh partner jalan. Namun kali ini terbesit ingin solo trip, benar-benar sendirian tanpa teman.
Akhirnya saya memilih Bandung sebagai kota untuk mengukir sejarah bepergian seorang diri. Saya pun sengaja tidak mengajak teman di Bandung untuk bertemu. Saya ingin merasakan bagaimana bervakansi hanya dengan diri sendiri.
Kereta Argo Parahyangan membawa saya pagi itu menuju Stasiun Bandung. Perjalanan ditempuh dalam waktu 3 jam dari Stasiun Gambir. Suasana gerbong cukup hening, hanya beberapa penumpang menempati kursi-kursi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru kali ini saya pergi ke suatu kota tanpa agenda bertemu dengan siapapun. Agak aneh rasanya tapi saya tetap menikmati petualangan ini.
Mendekati Bandung, pemandangan dari balik jendela kereta sungguh menawan. Hamparan sawah serta perbukitan hijau bagaikan lukisan alam yang tak ada lawan.
Memang lanskap Jawa Barat ini bukan kaleng-kaleng, sangat cantik seperti warga lokalnya. Sesampainya di Stasiun Bandung, saya langsung melakukan transaksi dengan penyewa motor.
Biaya sewa motormatic100 ribu per hari dengan beberapa syarat dan yang utama adalah memiliki SIM C aktif. Keliling Kota Kembang ini memang lebih asyik mengendarai roda dua.
Destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Djuanda. Bermodal kan google maps, saya tancap gas dengan waktu sekitar 25 menit.
Tahura ini mengarahkan saya ke area Dago dengan udara yang cukup sejuk. Jalanan cukup ramai di hari Selasa. Ternyata banyak juga yang berwisata di hari biasa.
Tahura Djuanda merupakan salah satu objek hits di Bandung Raya. Biaya masuknya bersahabat, hanya cukup membayar 12 ribu untuk semua aktivitas. Banyak spot yang bisa dinikmati seperti Curug Lalay, Curug Dago, Goa Jepang, Goa Belanda, Tebing Keraton, dan juga Armor Coffeshop.
Kawasan konservasi ini membentang dari Pakar sampai Maribaya. Terdapat sekitar 2500 jenis tanaman terlindungi di Tahura. Tak ketinggalan sekumpulan Pinus menjulang tinggi membentuk kanopi dan menutupi kita dari sengat matahari. Saya menyusuri Tahura sampai ke Goa Jepang sambil mengambil beberapa gambar. Sungguh tenang bisa menapaki hutan sendirian.
Kawasan Puncak Ciumbuleuit (Punclut) menjadi lokasi pelancongan saya selanjutnya. Map digital ini menuntun saya ke arah Jalan Ciumbuleuit melalui Jalan Siliwangi.
Baru saya sadari, ternyata Punclut ini kawasan yang dilewati jika ingin ke Lembang. Rute ke Punclut cukup menantang dengan jalanan berkelok serta menanjak. Syukurlah, si motor hitam ini sungguh tangguh.
Setelah 30 menit saya tiba di Punclut. Cukup padat pengunjung di hari Selasa ini, terutama rombongan keluarga. Di sini banyak terdapat spot kece yang bakal bikin feed Instagram kita semakin meriah.
Selanjutnya, cafe di Punclut hingga destinasi Caringin Tulu
Ada Tafso Barn, Dago Bakery, CafΓ© Lereng Anteng, D'Dieuland, dan masih banyak lagi dengan keunikannya tersendiri. Setelah melihat-lihat, saya menjatuhkan pilihan kepada Sudut Pandang.
Sebuah cafΓ© resto berseberangan dengan Dago Bakery dan menyuguhkan view menawan. Dengan pemesanan minimal 50 ribu,saya pun membeli segelas es kopi latte dan mendoan. Bonus lanskap hijau serta udara sejuk khas Punclut.
Setelah membeli sekantong oleh-oleh, ingin rasanya menyegarkan pikiran di tempat dingin lagi. Saya memutuskan untuk menyambangi Caringin Tilu atau biasa disebut Cartil, sebuah dataran tinggi di Desa Cimenyan, Bandung. Katanya sih romantis, yuk kita buktikan!
Butuh waktu 30 menit dari kota ke Cartil. Jalur yang terus mendaki membuat perjalanan semakin seru. Sesampainya di atas, udara khas pegunungan mulai terasa.
Sore itu langit cantik dengan semburat oranye menyambut. Pemandangan kota Bandung dan kerlip lampunya pun terlihat.
Terbukti! Cartil memang seromantis itu. Saya sejenak duduk di Cafe Cartil dan memesan secangkir cappucino panas. Memandangi indahnya panorama Bandung serta beberapa pasangan anak muda sedang bercengkrama.
Saya pun ikut merasakan kebahagiaan mereka. Terimakasih Paris van Java, telah mengiringi langkah saya menikmati eksotisnya pesonamu. Begitulah cerita singkat pengalaman pertama saya ber-solo traveling. Seru dan bebas. Akan kemana lagi ya selanjutnya?
---
Artikel ini ditulis oleh pembaca detik Travel, Rachel. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol