Mengenal Minang Darat dan Rantau

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Minang Darat dan Rantau

Dedy Rahmat Nurda - detikTravel
Minggu, 30 Jul 2023 17:31 WIB
loading...
Dedy Rahmat Nurda
Bangunan tua yang masih cantik terawat di tepi Sungai Batang Arau, Padang.
Reruntuhan bangunan tua yang rontok akibat gempa.
Kawasan pasar tua di era kolonial.
Kawasan pecinan di Kota Tua Padang.
Satu bangunan tua indah yang masih berfungsi hingga kini.
Mengenal Minang Darat dan Rantau
Mengenal Minang Darat dan Rantau
Mengenal Minang Darat dan Rantau
Mengenal Minang Darat dan Rantau
Mengenal Minang Darat dan Rantau
Jakarta -

Tiga baris Bahasa Latin dipahat di sebuah dinding tua kusam yang menghitam. Societa Commissionaria Di Esportazione E Di Importazione Incorporated In Switerland, begitu bunyi pahatan prasasti itu.

Meski tak sepenuhnya paham, namun kita masih bisa menerka arti dari prasasti tersebut, yang kira-kira berarti bahwa bangunan ini dahulunya adalah sebuah kantor komisi dagang ekspor impor milik armada laut Swiss (Switzerland).

Di sebuah pojokan di persimpangan kecil kawasan pecinan kota tua, tepat di pinggiran Sungai Batang Arau yang airnya berwarna kehijauan di Kota Padang itu, di sanalah terlihat reruntuhan bangunan tanpa atap itu, yang hanya menyisakan tembok tua rapuh yang telah rontok pada sepertiga bagian atas bangunannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tepat di bagian pintu gerbangnya, menyisakan susunan bata melengkung yang menggantung, model bukaan pintu yang tinggi dan lebar khas arsitektur era kolonial yang telah terkelupas lapisan plesteran yang melapisinya.

Sehingga terlihat jelas satu persatu batu bata merah yang menyusunnya. Di tengah bangunan, hanya menyisakan dua buah tiang besar yang sepertinya dahulunya sebagai penyangga struktur atap yang kini sudah hilang entah ke mana.

ADVERTISEMENT

Tiang-tiang di tengah aula besar itu kini tampak ditumbuhi oleh tumbuhan sejenis pakis dan berlumut. Di tengah ruangan terlihat onggokan material pecahan bata, kayu-kayu dan pecahan tembok yang sepertinya merupakan sisa reruntuhan bangunan yang sebagian kini hilang.

Kuat dugaan keruntuhan ini selain disebabkan oleh umurnya yang memang sudah tua, juga akibat dari gempa besar yang mengguncang Kota Padang di penghujung tahun 2009 yang lalu.

Itulah salah satu bangunan di kawasan Kota Tua Padang yang terletak di kawasan Batang Arau Muaro di tepi pantai Kota Padang itu. Namun bukan berarti kondisi semua bangunan tua sama seperti bangunan ini.

Banyak bangunan tua zaman kolonial yang masih berdiri utuh dan terawat. Lihat saja di sepanjang jalan Batang Arau di depan dermaga, banyak bangunan peninggalan kolonial yang telah disulap menjadi kafe-kafe kekinian tempat nongkrong anak muda, galeri, toko-toko, rumah makan.

Beberapa di antaranya tetap berfungsi sebagai gudang penyimpanan sebagaimana fungsinya dahulu kala tanpa mengubah bentuk dan arsitektur aslinya.

Bahkan ada yang menjadi perkantoran dan gedung bank BUMN serta ada pula yang dijadikan sebagai museum. Keberadaan kota tua di daerah daerah pinggiran muara sungai tempat berlabuhnya kapal-kapal fery yang bersandar menunggu penumpang atau bongkar muat bawaan menuju ke Pulau Mentawai dan pulau-pulau wisata kecil lainnya di pesisir barat Sumatera ini.

Itu membawa kita pada suasana seolah-oleh kembali ke masa silam, 100 hingga 200 tahun yang lalu. Keberadaan kawasan kota tua ini menjadi bukti sahih bahwa kota Padang memiliki riwayat perjalanan dan sejarah perkembangan yang panjang sejak ratusan tahun yang lalu.

Jika bicara tentang sejarah Kota Padang, maka tidak akan terlepas dari perannya sebagai kawasan rantau Minangkabau, yang berawal dari perkampungan nelayan di muara Batang Arau ini.

Minang Darat dan Rantau

Seperti diketahui, daerah Minangkabau dahulunya dikenal terbagi atas dua sebutan, yaitu daerah darek (darat) yaitu daerah pedalaman Minangkabau yang terletak di daerah dataran tinggi pegunungan seperti daerah Agam, Tanah Datar dan Solok.

Sedangkan daerah rantau merupakan sebutan bagi kawasan yang terletak di daerah pesisir pantai seperti Pariaman dan Padang. Daerah Rantau jelas lebih pesat perkembangannya, terutama dipengaruhi oleh keberadaan pelabuhan-pelabuhan laut yang membuka akses daerah tersebut dengan dunia luar.

Pelabuhan-pelabuhan tradisional yang awalnya hanya sebagai pelabuhan nelayan, lambat laun berkembang berkembang menjadi bandar pelabuhan yang ramai setelah masuknya kapal-kapal asing yang hendak membeli rempah-rempah dari kawasan pedalaman sekaligus menjual barang dagangannya yang dibawa dari tanah Eropa nan jauh.

Perkembangan kota Padang sebagai kota perdagangan semakin pesat tatkala Belanda di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) bercokol dan membuat kantor dagang di sini.

Keberadaan kantor dagang VOC yang menjalankan praktek monopoli perdagangan emas, rempah, kopi dan teh di kawasan Minangkabau itulah yang pada akhirnya memicu terjadinya pergolakan dan pertentangan pertama antara VOC dan warga lokal.

Hari itu tanggal 7 Agustus 1669, terjadi penyerangan loji Belanda di Muara Padang oleh masyarakat Pauh dan Koto Tangah yang merasa terusik oleh praktik perdagangan yang tidak sehat oleh koloni Belanda.

Hingga kini, tanggal tersebut ditetapkan oleh pemerintah Kota Padang sebagai acuan penetapan hari jadi Kota Padang.

Hide Ads