"Mendo" dalam bahasa Banyumasan artinya setengah matang. Pada awalnya, cara memasak ini dipraktekkan oleh masyarakat Banyumas dan Tegal. Mereka menggunakan olahan kacang kedelai, yaitu tempe dan tahu, untuk dimasak "mendo". Caranya dengan memasak di minyak panas yang banyak, dengan cepat, sehingga masakan tidak benar-benar matang.
Banyak yang mengira masakan setengah matang itu bisa membuat penikmatnya sakit perut. Tapi siapa sangka, masakan ini malah digemari oleh semua kalangan masyarakat. Cara memasak "mendo" pun menyebar ke beberapa kota lain, salah satunya Purwokerto. Dari sinilah, panganan yang dimasak "mendo" disebut "mendoan".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Sawangan, Anda bisa melihat langsung pembuatan tempe mendoan. Biji kedelai dipilih lalu dibersihkan, disimpan di wadah untuk proses fermentasi yang sempurna. Setelah terfermentasi, tempe diiris tipis lalu dibungkus daun pisang. Satu ikat daun pisang, biasa disebut juga tempe buntel, berisi 4-5 mendoan.
Tempe lalu dicelupkan ke dalam campuran tepung beras, tepung terigu, daun bawang, garam, bawang putih, dan ketumbar. Digoreng sebentar, lalu disajikan panas ditemani kecap dan cabe rawit. Nyam!
Di Sawangan, jejeran toko siap memenuhi permintaan Anda akan tempe mendoan. Mengutip situs Humas Pemprov Jateng, Rabu (25/7/2012), harga mendoan pun cukup murah. Rata-rata Rp 2.000 per buah tergantung penjual, dan Rp 25.000 untuk satu paket isi 20. Satu paket mendoan ini lengkap dengan tepung dan sambal kecapnya.
(sst/fay)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan