Pengunjung Pasar Tanah Abang membludak dan mengabaikan protokol kesehatan. Lonjakan pengunjung terlihat saat hari-hari menjelang Idul Fitri.
Pasar Tanah Abang memang menjadi pilihan banyak kalangan untuk berbelanja, apalagi mendekati momen lebaran dimana biasanya masyarakat membeli pakaian baru. Jauh sebelum tempat ini ramai didatangi pengunjung, traveler tahu bagaimana sejarah Pasar Tanah Abang?
Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, penulis Abdul Chaer dalam bukunya, Tenabang Tempo Doloe (2017) menyatakan bahwa dahulu Tanah Abang merupakan daerah yang rimbun dan asri. Nama Tanah Abang diambil dari tanah di sana yang berwarna merah atau abang. Sebutan itu pertama kali disematkan oleh balatentara Mataram yang menyerbu Batavia pada tahun 1628.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasar Tanah Abang sendiri didirikan oleh Dewan Hindia Belanda, Yustinus Vinck pada 30 Agustus 1735. Disebut juga sebagai Pasar Sabtu karena hanya dibuka pada hari Sabtu, penjualannya mampu menyaingi Pasar Senen yang sudah lebih dulu maju.
Namun, pada tahun 1740, terjadi kerusuhan antara Belanda dan etnis Tionghoa yang dikenal dengan Geger Pecinan. Dalam kejadian itu, tak sedikit pedagang dari etnis Tionghoa yang tewas. Hal ini pun berdampak pada kehidupan Pasar Tanah Abang.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, tragedi berdarah itu mulai terlupakan. Mengutip RRI, sekitar tahun 1881, Pasar Tanah Abang mulai dibuka dua hari, yaitu pada Sabtu dan Rabu. Saat perputaran yang semakin masif dan meningkat, mulailah Pasar Tanah Abang dibuka setiap hari.
Perdagangan di pasar ini pun kian lengkap setelah hadirnya Stasiun Tanah Abang. Pasar Tanah Abang pun menjadi tujuan pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan, sehingga kerumunan dan kesemberautan PKL menjadi hal yang biasa di Tanah Abang.
Bahkan, di era kepemimpinan Jokowi, Pasar Tanah Abang pun tak jarang dikenalkan kepada duta besar atau tamu penting dari negara tetangga hingga CEO Facebook, Mark Zuckeberg.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan