Berada di sebuah ruko kecil yang terletak di kawasan Pecinan, Kecamatan Sawah Besar, Masjid Lautze sering dikira sebagai Klenteng. Hal tersebut tak luput dari aksen khas Tionghoa yang berhasil menarik pandangan. Seperti pada arsitektur bangunan, warna merah, kuning, hijau yang mendominasi, serta terdapat lampion di sisinya.
Latar Belakang Masjid
Masjid ini merupakan sebuah masjid yang berada di bawah Yayasan Haji Karim Oei. Karim Oei sendiri merupakan tokoh keturunan Tionghoa berpengaruh yang menjadi mualaf dan dekat dengan berbagai tokoh bangsa, seperti Sukarno dan Buya Hamka.
Semasa hidupnya, dirinya berjuang untuk menghapus sekat antara kelompok Muslim dan keturunan Tionghoa. Oleh karena itu, impian dan keteladanannya tetap diwariskan kepada orang-orang terdekat, khususnya umat Muslim etnis Tionghoa.
"Setelah Pak Karim Oey meninggal di tahun 1988, sahabat-sahabat beliau ingin mewariskan keteladanan pak Karim Oey di Indonesia," terang DKM Masjid Lautze, Yusman Iriansyah, saat ditemui detikTravel.
Salah satunya adalah dengan mengupayakan berdirinya Masjid Lautze yang berada di kawasan Pecinan. Berdirinya masjid ini tak lepas dari niat upaya penyebaran informasi dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Hal tersebut agar masyarakat dapat lebih mengenal Islam dan tidak memberi stigma negatif terhadap ajarannya.
"Di sini dalam rangka menyampaikan informasi Islam kepada saudara kita kalangan keturunan Tionghoa. Untuk yang ingin tahu Islam, paling tidak kita menyampaikan apa itu Islam kepada saudara kita itu, mungkin selama ini kurang paham dengan Islam sehingga sering terjadi kesalahpahaman," jelasnya.
Hal itu bertujuan bukan hanya untuk mengenalkan pandangan Islam, tapi juga sebagai upaya menjembatani masyarakat Tionghoa dengan mayoritas masyarakat di Indonesia.
"Sepertinya di Indonesia itu masih sama-sama menjaga jarak untuk bisa membaur tuntas. Nah kita berada di tengah-tengah mereka ini dalam rangka menjadi jembatan, menjembatani supaya pribumi dan non pribumi bisa bertemu, bisa membaur," ucapnya.
Cara Masjid Lautze Tarik Perhatian
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh Masjid Lautze agar dapat diterima dan menarik perhatian masyarakat umum. Misalnya saja pada corak warna bangunan, yang walaupun tidak memiliki makna filosofis mendalam, tapi sukses menarik perhatian.
"Kalau filosofi warna merah, hijau, kuning, sebenarnya filosofinya kita tuh filosofi norak aja, yang penting norak hehe. Soalnya kita ingin menampilkan masjid itu apa biar ada daya tariknya, soalnya kita kecil, sederhana, kalau kita tampil biasa tidak bakal dilirik orang," kata Yusman.
Hal ini didasari karena biasanya orang lebih tertarik dengan konsep atau arsitektur yang unik. Terlebih menurutnya, Masjid Lautze merupakan sebuah masjid kecil yang tidak memiliki ornamen mewah dan megah, sehingga cara tersebut yang dinilai tepat menarik perhatian.
"Karena kalau mau menampilkan yang mewah-mewah sudah jauh ketinggalan kita, tapi bagaimana orang bisa datang ke kita. Yang kita lakukan itu dari tampilannya biar orang penasaran ingin tahu ingin datang ke masjid tapi suasananya tidak kayak di masjid," ucapnya.
Selain warna, terdapat pula ornamen kaligrafi yang unik dan berbeda dari kaligrafi khas timur tengah seperti umumnya.
"Kaligrafi kita ini khas dari Tiongkok sana, jadi beda dengan kaligrafi timur tengah. Walau artinya juga sama. Jadi daya tarik kita di situ supaya saudara kita mau datang ke masjid itu," katanya.
Hal ini dilakukan agar masyarakat umum yang tak hanya Muslim juga terbuka untuk datang berkunjung ke tempat ini, khususnya bagi masyarakat etnis Tionghoa yang ada di sekitar.
"Bagaimana supaya saudara-saudara kita dari Tionghoa itu datang ke masjid tapi seperti tidak datang ke masjid. Jadi yang kita pakai seperti ornamen kita, apa yang paling disuka mereka sehari-hari seperti di Klenteng," terangnya.
Aktivitas Masjid
Hal tersebut terbilang cukup berhasil karena menurut pengakuan Yusman, masjid ini kerap dikunjungi oleh berbagai pihak, baik umat Islam maupun non-Islam yang ingin belajar.
Bahkan ada list sejak tahun 1997 terkait berapa banyak orang yang telah masuk Islam dengan dibimbing oleh pengurus di Masjid Lautze. Selain itu mereka juga memiliki kegiatan rutin seperti bimbingan mualaf untuk salat dan baca Al-Quran. Tempat ini memiliki jam operasional pukul 09.00-16.00 WIB pada Senin-Jumat dan khusus di hari Sabtu pada bulan Ramadan, buka hingga selepas Salat Tarawih.
Simak Video "Video: Hetty Koes Endang Kolaborasi dengan Putrinya Bikin Lagu 'THR'"
(wkn/ddn)