Kendati merupakan kampung Arab, Pekojan memiliki masjid bergaya Eropa. Adalah Masjid An-Nawier yang mempunyai sentuhan Eropa klasik nan ciamik.
Masjid An-Nawier atau akrab disebut warga sebagai Masjid Pekojan berada di Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Berada di dekat Kali Krukut, masjid ini berdiri apik di tengah pemukiman.
Keindahan Masjid An-Nawier sudah dapat terasa begitu memasuki gapura masjid. Terlihat beberapa ornamen cantik dalam masjid sudah dapat diintip dari luar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat wudunya saja sudah istimewa. Nuansanya sudah sangat Eropa dengan pilar-pilar raksasa.
Memasuki masjid ini keelokan masjid makin terasa. Traveler akan disambut langsung oleh ubin berbahan dasar marmer yang bikin suasana adem.
Total pilar di dalam masjid terdapat 33 pilar, yang diambil dari pemaknaan Islami.
"Kita di sini ada 33 pilar, yang itu mengambil makna filosofis sesuai tasbih, tahmid, dan juga takbir," kata Ketua DKM Masjid Jami An-Nawier, Dikky, dalam perbincangan dengan detikTravel.
Masjid ini merupakan cagar budaya, walau begitu masjid ini masih aktif digunakan dan jauh dari usang. Masjid ini justru tampak begitu terawat dan indah.
Selain itu, upaya restorasi oleh pengurus masjid juga membuat masjid ini nampak masih terawat dan estetik.
"Restorasinya kemarin itu plafon, lantai, ada keramik aslinya tapi saya tinggalkan di bagian depan. Jadi kita ganti dengan material yang lebih tinggi keramiknya," katanya.
"Itu memang biasa kita dapatkan di bangunan-bangunan sejarah seperti Istana Negara, Balai Kota, itu kan bangunan sejarah tapi kita lihatnya mewah. Jadi, bukan berarti bangunan sejarah sederhana dengan keadaan yang memprihatinkan bukan, apalagi ini kan tempat ibadah," dia menambahkan.
Dirinya menjelaskan arsitektur yang diambil tak hanya bergaya Eropa, tapi juga ada seperti unsur jawa, atau juga timur tengah. Tapi memang karena pada masa dulu adalah unsur arsitektur Eropa yang dominan, sehingga karakteristik tersebut yang mendominasi.
Masjid itu diperkirakan berdiri sejak tahun 1769, namun baru pada sekitar 1800-an hingga awal abad ke-19 bangunan ini dibangun secara permanen dan memiliki bentuk khas seperti ini.
Kemudian, pada tahun 2014 hingga 2018, terjadi restorasi yang menghabiskan dana kurang lebih 4 miliar. Dana tersebut dihimpun dari jamaah rutin masjid tanpa bantuan dana dari instansi pemerintah maupun swasta.
"Kami berjibaku mengatur keuangan masjid dengan ya utang dulu kepada material, kadang tukang pun diutangi, karena kami tanpa pemborong. Saya sebagai selaku ketua DKM memang penanggung jawab pelaksanaan restorasi itu sendiri dalam segi mengatur keuangannya, dalam segi mengatur tindakan hutang yang harus dilakukan," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa dalam proses restorasi tersebut pengurus masjid juga sudah memperhitungkan perawatan masjid dan menjaga autentisitas dari masjid tersebut.
"Tidak ada perubahan, saya ini malah mengembalikan keasliannya seperti pilar, plafon ini misalnya yang dicat dempul berulang kali, waktu saya kupas cat dempulnya dikembalikan ke kayunya kemudian kita pelitur, itu menghabiskan kurang lebih biaya 500 juta. Keaslian itu yang kami cari," dia menjelaska.
Masjid ini cukup luas dan diperkirakan dapat menampung lebih dari seribu jemaah.
Selain itu, masjid ini terdapat makam Syarifah Fatimah atau yang dikenal Baba Kecil. Dia seorang tokoh yang mewakafkan lahannya untuk pembangunan masjid ini, makamnya kerap dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?