Menjadi Syarat Bepergian, Seberapa Akurat Rapid Test Antigen?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menjadi Syarat Bepergian, Seberapa Akurat Rapid Test Antigen?

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Minggu, 17 Jan 2021 08:14 WIB
Seorang warga mengikuti rapid tes antigen di Tebet, Jakarta, Selasa (29/12/2020).
Foto: Rapid test antigen (Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Kini, rapid test antigen dibutuhkan perjalanan ke berbagai kota. Sebenarnya, seberapa akurat pengujian tersebut?

Traveler yang mau berwisata harus memperhatikan persyaratan yang diberikan oleh tempat tujuan. Beberapa daerah mewajibkan rapid test antigen sebagai syarat pengunjung masuk.

Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh detik Travel, untuk traveler ketahui sebelumnya, rapid test antigen merupakan pemeriksaan serologi yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen spesifik dari virus Corona SARS-COv-2. Antigen sendiri adalah molekul yang bisa merangsang respons daya tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rapid test antigen dilakukan dengan mengambil spesimen melalui swab atau usapan dari hidung atau tenggorokan. Tujuannya pun untuk mendeteksi antigen yang merupakan protein disandi oleh genetik virusnya sendiri.

"Tes Antigen itu kan langsung virusnya yang dicari. Jadi lebih tepat positif atau negatif," kata pakar biologi molekuler, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo seperti dikutip dari detikHealth.

ADVERTISEMENT

Tes PCR pun dilakukan pengambilan spesimen yang sama dengan Rapid Test Antigen, yang dicari dalam tes PCR adalah materi genetik dari virus, yaitu RNA-nya. Karakteristik ini menjadikan sensitivitas atau akurasi PCR lebih tinggi dari antigen.

Akan tetapi, tes PCR tidak bisa membedakan apakah virus masih hidup atau tidak. Tes PCR bisa mendeteksi keberadaan virus pada pasien yang terkonfirmasi positif atau sudah dinyatakan sembuh.

Banyak orang yang melakukan tes PCR saat sudah dikarantina selama lebih dari dua minggu, tapi hasilnya masih positif. Padahal bisa saja PCR mendeteksi virus yang sudah mati.

Nah, sementara itu, antigen hanya mendeteksi keberadaan virus utuh. Tes ini mencari bagian terluar virus.

"Karena mendeteksi virus utuh, maka antigen akan efektif dilakukan di fase awal atau minggu pertama seseorang terkena COVID-19. Jika diperiksa, kemungkinan hasil positifnya tinggi,"imbuhnya.

Akan tetapi, jika dibandingkan, akurasi tes PCR tentu lebih baik dari antigen. Tes PCR keakuratannya bisa sampai 95 persen, sedangkan rapid test antigen ada miss 10-15 persen.

Mengutip CNN Indonesia, Ahli patologi klinik, dr Muhammad Irhamsyah mengungkapkan, walau hasil yang didapat negatif, namun masih ada kemungkinan orang yang diperiksa terinfeksi virus Corona, sehingga masih ada risiko menularkan ke orang lain. Tingkat akurasi alat tes swab juga berpengaruh.

"Hasil negatif pada swab antigen dapat terjadi pada kondisi kuantitas antigen pada spesimen di bawah kemampuan alat deteksi tersebut," kata Irhamsyah.

Sedangkan menurut Basti, alasan pemerintah lebih memilih tes antigen untuk masyarakat adalah berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, belum semua daerah atau masyarakat bisa mendapat akses tes PCR. Kedua, pengujian sampel pun memerlukan laboratorium khusus dan fasilitas yang lengkap dan juga tenaga ahli.

Sedangkan antigen lebih mudah pemeriksaannya. Tak seperti PCR yang membutuhkan laboratorium, sampel bisa diuji di tempat terbuka dan hasilnya terbilang cepat, hanya 15-30 menit. Biarpun begitu rapid test antigen tetap harus dilakukan dari pada tidak sama sekali.


Hide Ads