Kota Malang yang terletak di ketinggian 400 hingga 600 mdpl, dikelilingi oleh 5 gunung. Kelima gunung tersebut adalah Gunung Arjuno, Gunung Bromo, Gunung Semeru, Gunung Kelud dan Gunung Kawi. Inilah yang membuat Kota Malang memiliki suhu relatif dingin, bisa mencapai 18 derajat Celcius.
Kota Malang didirikan pada tahun 1914, meski demikian warga Malang tahu persis bagaimana sejarah terjadinya kota Malang. Karena Dwi Cahyono, seorang kurator asal Malang, telah mendirikan Museum Malang Tempo Doeloe sejak dua tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memasuki museum ini kita seperti berada di lorong waktu. Mulai zaman purbakala dengan aneka koleksi benda purbakala serta diorama penggalian benda-benda purbakala.
Semua koleksi benda Purbakala ini adalah asli, bayangkan kita bisa menyentuh tembikar yang berusia ratusan tahun. Bahkan kita bisa menuruni tangga masuk ke dalam diorama penggalian. Tanah ini sengaja digali dengan kedalaman 4 meter lengkap dengan arca purbakala yang sedang digali.
Setelah puas melihat koleksi benda purbakala, kita diajak untuk mengenal kerajaan-kerajaan yang pernah menduduki kota Malang. Kehidupan zaman Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singosari bisa kita lihat melalui diorama patung lilin yang ada disana. Meski mengangkat tema sejarah, namun museum ini jauh dari kesan menyeramkan karena dikemas dengan suasana modern.
Museum Malang Tempo Doeloe ini juga memiliki koleksi berupa prasasti, buku-buku kuno dan alat-alat rumah tangga yang digunakan pada zaman dulu hingga perang kemerdekaan. Menariknya lagi, di sini kita bisa mencoba untuk membuat tembikar dan mencoba menggunakan alat penghalus jagung.
Dari sini kita memasuki zaman perang kemerdekaan. Di area ini kita bisa melihat diorama penjara besi, ilustrasi rapat KNIP yang dipimpin oleh Bung Hatta dan Bung Karno. Kita bisa berfoto dengan patung Bung Karno yang berdiri tegak.
Perjalanan tidak selesai sampai di sini, masih ada topeng khas Malang yang bisa kita warnai sesuka hati. Berada di museum ini, membuat kita tertarik ke dalam zona waktu dan enggan untuk kembali. Pantas jika pada hari biasa museum ini dipenuhi oleh siswa-siswi sekolah yang ingin mengenal sejarah Kota Malang lebih dekat.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?