Perjalanan Romantis ke Museum Kata Andrea Hirata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Perjalanan Romantis ke Museum Kata Andrea Hirata

- detikTravel
Senin, 16 Mar 2015 08:25 WIB
Perjalanan Romantis ke Museum Kata Andrea Hirata
Museum Kata Andrea Hirata (Rini/detikTravel)
Belitung Timur - β€ŽKabupaten Belitung Timur mungkin tak seindah Belitung Barat yang punya banyak pantai nan indah. Namun Belitung Timur, punya destinasi romantis untuk para penikmat sastra, yaitu Museum Kata milik novelis Andrea Hirata.

Sejak novel dan film Laskar Pelangi booming di tahun 2008 lalu, Belitung menjadi sebuah destinasi wisata baru bagi para traveler. Sang Pβ€Žengarang, Andrea Hirata pun, rupanya memiliki cara tersendiri untuk menarik hati mereka dengan membangun Museum Kata, sebuah museum sastra Indonesia dengan fasilitas terlengkap yang akan memberikan kepuasan bagi para penikmat literatur.

Berlokasi di Jalan Laskar Pelangi Nomor 7 di Desa Gantong, Belitung Timur, dari depan museum saja pengunjung sudah disuguhi pemandangan miniatur ala Gulliver's Travel, sebuah kisah luar biasa tentang Gulliver yang terjebak di dunia liliput. Begitu menginjakkan kaki di depan pintu masuk museum, kata 'membaca adalah esensi menikmati sebuah museum sastra' sudah menyambut pengunjung, sambil memberi pesan bahwa berkunjung ke museum kata adalah untuk membaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Esensinya mengunjungi museum kata adalah membaca. Ada tulisan di depan sebelum masuk, literary museum is about the reading, tapi kalau ada tamu yang sudah terbiasa dengan konsep ini, dia bisa berjam-jam di ruangan itu, dan kalau Anda perhatikan kita upayakan dalam dua bahasa kan, pelan-pelan," ujar Andrea Hirata kepada wartawan saat menyambut kedatangan rombongan Menteri Pariwisata dan Menteri Koordinator Maritim ke museum kata miliknya, Sabtu (14/3/2015) petang.

β€ŽDi sini rupanya Andrea kembali menegaskan, museum kata bukanlah tempat tinggal orangtuanya atau tempat dirinya menghabiskan masa kecil. Karena rumah tersebut merupakan rumah asli Belanda yang sudah berumur 200 tahun dan dipugar sedemikian rupa hingga menjadi Museum Kata.

"Rumah Ibu saya di sebelah sana," ujarnya sambil menunjuk ke sebuah rumah tak jauh dari museum tersebut. "Rumah ini, desain Belanda yang dibeli oleh manajemen saya tahun 2010," sambung Andrea.

Namun dari sekian banyak arsitektur berbau Sastra, hingga gambar hasil cuplikan film Laskar Pelangi di museum ini, ada satu pojok 'romantis' yang menarik hati pengunjung. Ada kantor pos ala Museum Kata, dimana pengunjung diberikan kesempatan untuk menuliskan berbagai pesan kepada orang yang disayang pada secarik kartu pos, dan nanti staf museum akan mengirimkannya ke alamat yang dituju.

Ada satu bis surat berwarna oranye β€Žyang dipakai untuk memasukkan kartu pos berisi pesan yang akan dikirimkan. Dengan membayar Rp 15 ribu saja untuk kartu pos, perangko dan ongkos kirim surat, pengunjung dapat kembali merasakan esensi romantis mengirimkan pesan melalui secarik kertas kepada orang-orang yang disayang.

Ada beberapa contoh kartu pos yang akhirnya dikirimkan kembali ke Museum Kata dan berasal dariβ€Ž berbagai daerah dan negara. Salah satu yang dipasang adalah kartu pos dari Museum Kata yang pernah dikirimkan ke Paris, Perancis.

Di pojok lain salah satu ruangan, terdapat beberapa kata mutiara yang ditempel secara acak menyerupai scrapbook. 'never get tired of doing little things for others. Sometimes those little things occupy the biggest part of their hearts', demikian tulis salah satu kata mutiara tersebut.

β€ŽSebelum beranjak pergi, petikan gitar dari Andrea diiringi nanyian merdu dari seorang relawan bernama Dena kembali menambah suasana romantis museum tersebut. Pengunjung kembali terhening selama beberapa waktu saat mendengarkan lantunan lagu yang diambil dari film Laskar Pelangi.

"This is in so many ways is a school. Bagaimana Anda datang, duduk dan membaca. Inspirasinya luas, agar literary art, literary music, movie, di sini juga menayangkan film-film berdasarkan novel, kita tidak kehabisan ide, tapi kita perlu dibantu agar orang banyak tahu dan dapat memanfaatkan ini, dan jadilah bangsa ini bangsa yang sastrawi, keren. Sastra itu tinggi, sastra itu intelek, identik dengan intelektualitas," tutup Andrea.

(fay/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads