Wisata Religi di Cirebon, Ada Masjid & Kelenteng Antik

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Cirebon

Wisata Religi di Cirebon, Ada Masjid & Kelenteng Antik

Faela Shafa - detikTravel
Kamis, 02 Apr 2015 15:05 WIB
Wisata Religi di Cirebon, Ada Masjid & Kelenteng Antik
Cirebon - Banyak jenis wisata yang bisa dijelajahi di suatu tempat. Cirebon juga punya wisata religi yang tak kalah seru. Mulai dari masjid kuno era Wali Songo hingga kelenteng antik semua ada di sini.

Mulai dari keraton hingga tempat ibadah nan penuh sejarah jadi objek wisata yang tak bisa dilewatkan di kota ini. Dikumpulkan detikTravel, Kamis (2/4/2015) inilah 6 destinasi wisata religi di Cirebon:

1. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

(Fitraya/detikTravel)
Sebuah masjid bergaya mirip dengan Masjid Agung Demak berdiri bersebelahan dengan Keraton Kasepuhan. Inilah Masjid Agung Sang Cipta Rasa atau yang biasa dikenal dengan Masjid Agung Kasepuhan. Dibangun tahun 1489, masjid ini punya banyak keunikan.

Misalnya saja, alih-alih beratap kubah, masjid ini memiliki atap dengan bentuk limas. Ditambah, tidak ada tanda bulan sabit atau memolo di ujungnya. Kemudian, tidak ada menara di masjid ini. Sungguh berbeda dibanding masjid kebanyakan lainnya yang biasanya memiliki setidaknya 1 menara.

Masjid yang punya legenda dibangun dalam waktu semalam ini berdinding batu bata dan memiliki teras yang luas. Kesan kuno sangat kentara dari kendi besar berisi air yang jadi tempat untuk berwudhu. Pintu masuknya pun dibuat rendah agar pengunjung yang datang membungkuk, mengambil filosofi penghormatan saat masuk ke dalam rumah ibadah.

Jelajah lebih ke dalam masjid, mimbar di dalam masjid terbuat dari kayu antik. Sedangkan tempat imam terbuat dari batu putih dengan ornamen bunga teratai, terlihat akulturasi dari Hindu. Di shaf pertama dan paling belakang ada sekat kayu berukuran 2x2 meter yang digunakan untuk keluarga keraton.

Nah, yang tak boleh dilewatkan adalah saat hari Jumat karena ada Adzan Pitu atau Adzan Tujuh. Pada salat Jumat, akan ada adzan dari masjid ini yang dilantunkan oleh 7 orang sekaligus. Wah!

2. Masjid At Taqwa

(Novi Kusumayanti/d'Traveler)
Mengarah ke Jl RA Kartini, ada Masjid At Taqwa yang dulunya bernama Tajug Agung. Selesai dibangun pada tahun 1951, masjid ini memiliki gaya campuran antara modern dan klasik. Yang menarik adalah pintu masuk atau gerbang selebar 3 meter yang berada di depan bangunan utama.

Gerbang berwarna emas ini bertuliskan kaligrafi kalimat syahadat yang ditulis di atas batu granit. Bingkai gerbang yang berwarna putih membuat warna emasnya semakin menonjol.

Keunikan lainnya adalah bagunan utama. Meski jendelanya besar dan banyak, namun tak ada satupun yang menggunakan kaca. Ini yang membuat udara bisa dengan mudah keluar masuk sehingga jamaah tak mudah kegerahan. Ada pula menara yang tinggi menjulang dengan gagahnya.

Menambah kecantikan, ada 6 lampu taman yang berbaris indah di bagian depan. Di sisi kanan dan kiri masjdi hadir kolam air mancur yang apik. Sst, bahkan ada pohon kurma lho di area samping masjid lho!

3. Masjid Merah Panjunan

(Sondang Dairi Manullang/d'Traveler)
Masjid Merah Panjunan jadi destinasi wisata religi yang selanjutnya. Menariknya, masjid ini merupakan bentuk akulturasi yang sangat harmonis di kampung Arab Cirebon. Berumur lebih dari 500 tahun, ada gaya Tiongkok dan Jawa di sini.

Masjid yang sama sekali belum berubah dari awal berdiri ini memiliki ornamen kreamik di interior masjid. Alkisah, keramik-keramik ini merupakan hadiah dari seorang puteri Tiongkok yang kemudian jadi istri dari Sunan Gunung Jati.

Saat Ramadan, masjid ini otomatis ramai pengunjung. Tak hanya ingin beribadah selama Ramadan, tapi banyak juga yang melakukan wisata ziarah terutama pada tanggal 27 Ramadan.

4. Masjid Kanoman

(Fitraya/detikTravel)
Satu lagi masjid yang berada di dekat komplek keraton adalah Masjid Kanoman. Dengan warna putih dan kaya akan ornamen khas keraton, masjid ini berdiri dari tahun 1930.

Masjid dengan bentuk bujur sangkar ini juga punya 2 makam di kiri dan kanan masjid. Sampai saat ini, masjid ini masih aktif digunakan. Malah makin ramai saat ada acara Muludan atau Sekatenan di komplek Keraton Kanoman Cirebon.

5. Masjid Astana Gunung Jati

(Fitraya/detikTravel)
Masjid Astana Gunung Jati berada di belakang kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarga Kesultanan Cirebon di daerah Klayan, Kabupaten Cirebon. Lokasi masjid ini ada di kontur perbukitan, ini menyebabkan masjid ini memiliki lantai unik yang berundak-undak.

Arsitektur Masjid Astana Gunung Jati serupa dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun pada era Wali Songo di abad ke-15. Tiang-tiang kayu dan tembok penuh dengan dekorasi keramik China menjadi penghias masjid ini.

Masjid Astana Gunung Jati memiliki sumur keramat dan ramai dikunjungi peziarah pada Jumat Kliwon. Di masjid ini pun diabadikan kalimat wasiat Sunan Gunung Jati untuk masyarakat Cirebon, "Ingsun Titip Masjid Lan Fakir Miskin". Pesan ini agar umat Islam tidak lupa dengan tanggung jawab agama dan tanggung jawab sosial.

6. Kelenteng Talang

(Sondang Dairi Manullang/d'Traveler)
Tak hanya masjid, di Cirebon juga bisa ditemui kelenteng. Kelenteng ini bernama Kelenteng Talang dan dibangun sekitar tahun 1417. Seperti diketahui, Cirebon merupakan salah satu kota yang memiliki akulturasi yang harmonis.

Di dalam kelenteng bisa ditemui silsilah Majapahit sampai kisah Kelenteng Talang. Dalam silsilah tersebut, terlihat hubungan kekerapatan antara Raja Campa, Hayam Wuruk, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.

Seperti layaknya kebanyakan kelenteng, nuansa merah terlihat jelas di sini. Paling pas mendatangi tempat ini saat menjelang Imlek karena suasana jadi lebih meriah.
Halaman 2 dari 7
Sebuah masjid bergaya mirip dengan Masjid Agung Demak berdiri bersebelahan dengan Keraton Kasepuhan. Inilah Masjid Agung Sang Cipta Rasa atau yang biasa dikenal dengan Masjid Agung Kasepuhan. Dibangun tahun 1489, masjid ini punya banyak keunikan.

Misalnya saja, alih-alih beratap kubah, masjid ini memiliki atap dengan bentuk limas. Ditambah, tidak ada tanda bulan sabit atau memolo di ujungnya. Kemudian, tidak ada menara di masjid ini. Sungguh berbeda dibanding masjid kebanyakan lainnya yang biasanya memiliki setidaknya 1 menara.

Masjid yang punya legenda dibangun dalam waktu semalam ini berdinding batu bata dan memiliki teras yang luas. Kesan kuno sangat kentara dari kendi besar berisi air yang jadi tempat untuk berwudhu. Pintu masuknya pun dibuat rendah agar pengunjung yang datang membungkuk, mengambil filosofi penghormatan saat masuk ke dalam rumah ibadah.

Jelajah lebih ke dalam masjid, mimbar di dalam masjid terbuat dari kayu antik. Sedangkan tempat imam terbuat dari batu putih dengan ornamen bunga teratai, terlihat akulturasi dari Hindu. Di shaf pertama dan paling belakang ada sekat kayu berukuran 2x2 meter yang digunakan untuk keluarga keraton.

Nah, yang tak boleh dilewatkan adalah saat hari Jumat karena ada Adzan Pitu atau Adzan Tujuh. Pada salat Jumat, akan ada adzan dari masjid ini yang dilantunkan oleh 7 orang sekaligus. Wah!

Mengarah ke Jl RA Kartini, ada Masjid At Taqwa yang dulunya bernama Tajug Agung. Selesai dibangun pada tahun 1951, masjid ini memiliki gaya campuran antara modern dan klasik. Yang menarik adalah pintu masuk atau gerbang selebar 3 meter yang berada di depan bangunan utama.

Gerbang berwarna emas ini bertuliskan kaligrafi kalimat syahadat yang ditulis di atas batu granit. Bingkai gerbang yang berwarna putih membuat warna emasnya semakin menonjol.

Keunikan lainnya adalah bagunan utama. Meski jendelanya besar dan banyak, namun tak ada satupun yang menggunakan kaca. Ini yang membuat udara bisa dengan mudah keluar masuk sehingga jamaah tak mudah kegerahan. Ada pula menara yang tinggi menjulang dengan gagahnya.

Menambah kecantikan, ada 6 lampu taman yang berbaris indah di bagian depan. Di sisi kanan dan kiri masjdi hadir kolam air mancur yang apik. Sst, bahkan ada pohon kurma lho di area samping masjid lho!

Masjid Merah Panjunan jadi destinasi wisata religi yang selanjutnya. Menariknya, masjid ini merupakan bentuk akulturasi yang sangat harmonis di kampung Arab Cirebon. Berumur lebih dari 500 tahun, ada gaya Tiongkok dan Jawa di sini.

Masjid yang sama sekali belum berubah dari awal berdiri ini memiliki ornamen kreamik di interior masjid. Alkisah, keramik-keramik ini merupakan hadiah dari seorang puteri Tiongkok yang kemudian jadi istri dari Sunan Gunung Jati.

Saat Ramadan, masjid ini otomatis ramai pengunjung. Tak hanya ingin beribadah selama Ramadan, tapi banyak juga yang melakukan wisata ziarah terutama pada tanggal 27 Ramadan.

Satu lagi masjid yang berada di dekat komplek keraton adalah Masjid Kanoman. Dengan warna putih dan kaya akan ornamen khas keraton, masjid ini berdiri dari tahun 1930.

Masjid dengan bentuk bujur sangkar ini juga punya 2 makam di kiri dan kanan masjid. Sampai saat ini, masjid ini masih aktif digunakan. Malah makin ramai saat ada acara Muludan atau Sekatenan di komplek Keraton Kanoman Cirebon.

Masjid Astana Gunung Jati berada di belakang kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati dan keluarga Kesultanan Cirebon di daerah Klayan, Kabupaten Cirebon. Lokasi masjid ini ada di kontur perbukitan, ini menyebabkan masjid ini memiliki lantai unik yang berundak-undak.

Arsitektur Masjid Astana Gunung Jati serupa dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun pada era Wali Songo di abad ke-15. Tiang-tiang kayu dan tembok penuh dengan dekorasi keramik China menjadi penghias masjid ini.

Masjid Astana Gunung Jati memiliki sumur keramat dan ramai dikunjungi peziarah pada Jumat Kliwon. Di masjid ini pun diabadikan kalimat wasiat Sunan Gunung Jati untuk masyarakat Cirebon, "Ingsun Titip Masjid Lan Fakir Miskin". Pesan ini agar umat Islam tidak lupa dengan tanggung jawab agama dan tanggung jawab sosial.

Tak hanya masjid, di Cirebon juga bisa ditemui kelenteng. Kelenteng ini bernama Kelenteng Talang dan dibangun sekitar tahun 1417. Seperti diketahui, Cirebon merupakan salah satu kota yang memiliki akulturasi yang harmonis.

Di dalam kelenteng bisa ditemui silsilah Majapahit sampai kisah Kelenteng Talang. Dalam silsilah tersebut, terlihat hubungan kekerapatan antara Raja Campa, Hayam Wuruk, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.

Seperti layaknya kebanyakan kelenteng, nuansa merah terlihat jelas di sini. Paling pas mendatangi tempat ini saat menjelang Imlek karena suasana jadi lebih meriah.

(shf/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Cirebon
Travel Highlight Cirebon
28 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads