Melintasi jalan utama di Kota Landak, Kalimantan Barat, wisatawan pasti menangkap sosok Keraton Ismahayana. detikTravel pernah berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Istana yang berada di pinggir jalan utama Kota Landak itu tampak sederhana dengan warna hijau dan kuning.
Melangkahkan kaki ke area pelataran Keraton Ismahayana, suasana begitu tenang dan sedikit sepi. Tak ada penjaga, hanya ada gerbang yang terbuka. Di bagian depan bangunan terdapat tulisan Keraton Ismahayana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warna hijau dan kuning terlihat mendominasi istana. Tampak pula beberapa bangunan berarsitektur serupa. Di awal, pemandu akan mengajak Anda memasuki ruang tamu yang terbagi dua di kiri dan kanan.
Foto-foto dan penjelasan sejarah singkat seputar Keraton Ismahayana terpampang di dinding. Bangunan dari kayu belian, kayu besi khas Kalimantan, menyatu apik dengan ruang tamu yang sederhana.
Tapi begitu masuk ke dalam ruang tengah, kesan itu langsung berubah. Kemewahan terpancar dari singgasana raja yang berkilauan karena unsur emas, berlian, dan batu-batu mulia. Benda-benda tersebut ada di kursi, gorden, guci, sampai pajangan dinding. Sungguh mewah!
Sejarahnya, dahulu singgasana raja tersebut diduduki oleh Raden Ismahayana, raja pertama yang adalah cucu salah satu Raja Majapahit. Raja terakhir bernama Pangeran Ratu Gusti Abdul Hamid. Dia wafat pada 1943, dibantai oleh tentara Jepang dalam peristiwa Mandor.
Setelah dibuat kagum dengan ruang tengah yang bertabur berlian, suasana serupa juga dapat dijumpai di kamar tidur raja. Meski didominasi oleh bangunan kayu berwarna hijau dan kuning, taburan batu berlian juga menempel di berbagai perabot ruangan. Bukan main!
Salah satu yang paling mencolok adalah keberadaan pakaian sang Raja yang dibordir dengan benang emas. Adapun semua taburan batu berlian dan kemewahan itu membuat traveler bertanya, dari mana asal itu semua.
Faktanya, Kota Landak merupakan kota yang dikenal sebagai Kota Intan. Sejak dulu hingga sekarang, masyarakat Landak sudah biasa mencari berlian dan emas di hulu sungai. Jadi jangan heran kalau ada begitu banyak batu berlian dan batu mulia di istana tersebut.
Masyarakat sekitar istana juga masih memiliki hubungan darah dengan Keraton Ismahayana. Tidak ada satu pun yang berani mencuri batu berlian di dalam istana. Malahan masyarakat sekitar begitu menghargai istana peninggalan Keraton Ismahayana tersebut.
Sungguh indah istana tersebut. Sekiranya semua gemerlap berlian tampak begitu sederhana di balik balutan bangunan berwarna kuning dan hijau. Sejatinya sudah menjadi tanggung jawab semua orang untuk menghargai peninggalan sejarah dan menjaganya.
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol